Fungsi Keluarga dalam Pendidikan Anak Menurut Prof. Dr. Zakiah
                                                                                laki-laki  musyrik;  dan  yang  demikian  itu  diharamkan  bagi  orang- orang mukmin. QS. An-Nuur: 3.
8
d Kriteria pemilihan pasangan. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Dari  Abu  Hurairah  r.a.  katanya,  bersabda  Rasulullah  SAW: mengawini wanita itu karena salah satu dari empat sebab: hartanya,
keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka hendaklah anda peroleh  yang  taat  kepada  agamanya,  yang  jadi  pilihan  anda.  HR.
Abu Hurairah.
9
Setelah  syarat-syarat  bagi  kedua  calon  suami-istri  dipenuhi,  maka dilaksanakanlah  pernikahan  menurut  ketentuan  yang  diwajibkan  Allah.
Setelah  mereka  diikat  oleh  tali  perkawinan,  maka  masing-masing  pasangan suami-istri mempunyai hak dan kewajiban yang ditentukan. Mereka dibekali
dengan  beberapa  petunjuk  dalam  mendayungkan  bahtera  rumah  kehidupan dengan  kasih  sayang  dan  kepatuhan  kepada  ketentuan  Allah,  agar  mereka
memperoleh ketentraman dan kebahagiaan sakinah. Firman Allah SWT:
“Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan  untukmu  hidupmu  dari  jenismu  sendiri,  agar
kamu  cenderung  dan  merasa  tenteram  kepadanya,  dan  Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh pada yang
demikian  itu  benar-benar  terdapat  tanda-tanda  kebesaran  Allah bagi kaum yang berpikir.
” QS. Ar-Ruum: 21.
10
Nabi  Muh ammad  SAW  memberikan  petunjuk  do’a  ketika  akan
melakukan hubungan intim antara suami-istri:
8
Departemen  Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 350
9
A. Razak, dan Rais Lathief, Terjemahan Hadis Shahih Muslim, Jilid II, Jakarta: Pustaka al-Husna: 1980, Cet. I, h. 203
10
Departemen  Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 406
“Dari  Ibnu  Abbas  r.a  bahwa  Rasulullah  SAW  bersabda: “Seandainya salah seorang di antara kamu ingin menggauli istrinya
lalu  membaca  doa:  artinya:  Dengan  nama  Allah,  Ya  Allah jauhkanlah  setan  dari  kami  dan  jauhkanlah  setan  dari  apa  yang
Engkau  anugerahkan  pada  kami,  maka  jika  ditakdirkan  dari pertemuan  keduanya  itu  menghasilkan  seorang  anak,  setan  tidak
akan mengganggunya selamanya”. HR. Muttafaq Alaih.
11
Setelah terbentuk keluarga muslim yang memenuhi persyaratan yang ditentukan  Allah,  dan  siap  mendapatkan  keturunan,  ada  beberapa  petunjuk
dan  pedoman  yang  membantu  terciptanya  kehidupan  sakinah,  selanjutnya adalah petunjuk do’a yang baik diucapkan dari Allah, yaitu:
“Ya  Tuhanku,  berilah  aku  keturunan  yang  baik  dari  sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa. QS. Ali Imran: 38.
12
a Masalah Kejiwaan
Masalah  kejiwaan  menampilkan  diri  dalam  berbagai  bentuk,  ada yang  dalam  ketidaktenteraman  batin,  cemas,  gelisah,  takut,  sedih,  marah,
bimbang,  tertekan,  frustasi,  rasa  rendah  diri,  rasa  sombong,  tidak  percaya diri, pesimis, putus asa, apatis dan sebagainya. Keadaan tidak tenteram boleh
jadi  disertai  dengan  tidak  dapat  tidur,  hilang  nafsu  makan,  sulit  buang  air, atau tidak mampu mengendalikannya.
Keadaan  yang  tidak  tenteram  dapat  mempengaruhi  kemampuan berpikir,  sehingga  orang  menjadi  pelupa,  tidak  dapat  berkonsentrasi,  sulit
melanjutkan pemikiran yang teratur, malas, lesu, bosan, cepat lelah, mudah dipengaruhi  orang,  sulit  berprestasi,  baik  dalam  belajar  maupun  dalam
bekerja dan sebagainya. Hal ini dapat pula mempengaruhi kesehatan badan, misalnya pusing, sakit kepala, tekanan darah tinggi atau darah rendah, sesak
11
Ibnu Hajar  Atsqalani,  Tarjamah Hadits Bulughul Maram Terj. Dari  Bulughul Maram min Adilatil Ahkaam oleh Masdar Helmy,  Bandung: CV. Gema Risalah Press, 2009, Cet. V, h.
426-427
12
Departemen  Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 55
nafas, pencernaan tidak teratur, sering ditimpa penyakit, sakit jantung, wasir, lumpuh  pada  sebagian  anggota  tubuh  seperti  tangan,  kaki,  jari,  lidah  jadi
bisu,  mata  jadi  tidak  melihat  karena  keadaan  kejiwaan  yang  tidak  sehat. Pengaruh  kejiwaan  terhadap  kelakuan,  orang  menjadi  jahat,  nakal,  tidak
berperasaan,  tidak  tahu  malu,  atau  berbagai  pelanggaran  hukum, pelanggaran terhadap ketentuan agama, dan berbagai penyimpangan lainnya.
Hal-hal  ini  adalah  gejala  kejiwaan  yang  sering  terjadi  pada  orang- orang  yang  tidak  mampu  menyesuaikan  diri,  kurang  kuat  imannya,  tidak
tenteram  batinnya,  dan  karena  berbagai  sebab  lainnya.  Faktor-faktor terjadinya masalah kejiwaan antara lain adalah:
1 Terdapat  dalam  diri  sendiri.  Misalnya  kegoncangan  perasaan  yang
dialami  oleh  remaja  yang  sedang  mengalami  pertumbuhan  dan perkembangan dengan cepat, perubahan kelenjar yang mengalir di dalam
tubuhnya,  pertumbuhan  kecerdasan  yang  mendekati  selesai  dan perubahan sikap sosial dan perkembangan kepribadian.
2 Faktor  luar,  di  antaranya  perubahan  nilai  dan  keadaan  sosial-ekonomi
yang  menyebabkan  orang  kehilangan  pegangan  atau  tidak  mudah menyesuaikan diri.
b Peranan Ibu dalam Keluarga
Keluarga  adalah  wadah  pertama  dan  utama  bagi  pertumbuhan  dan perkembangan  anak.  Jika  suasana  dalam  keluarga  itu  baik  dan
menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, maka akan  terhambatlah  pertumbuhan  anak.  Peranan  ibu  dalam  keluarga  amat
penting.  Ibulah  yang  mengatur,  membuat  rumah  tangganya  menjadi  surga bagi  anggota    keluarga,  menjadi  mitra  sejajar  yang  saling  menyayangi
dengan suami. Sebagai  istri,  hendaklah  ia  bijaksana,  tahu  hak  dan  kewajibannya
yang  telah  ditentukan  oleh  agama.  Untuk  mencapai  ketenteraman  dan kebahagiaan  dalam  keluarga  diperlukan  istri  yang  salehah,  yang  dapat
menjaga  diri  dari  kemungkinan  salah  dan  kena  fitnah,  mampu
menenteramkan suami apabila gelisah, serta dapat mengatur keadaan rumah, sehingga  tampak  rapi.  Membuat  seluruh  anggota  keluarga  senang  dan
nyaman berada di rumah. Istri  yang bijaksana mampu mengatur situasi dan keadaan, hubungan yang saling melegakan dalam keluarga.
Langkah  penciptaan  suasana  yang  baik  antara  lain  adalah menciptakan suasana saling pengertian, saling menerima, saling menghargai,
saling mempercayai dan saling menyayangi di antara suami-istri dan antara seluruh  anggota  keluarga.  Dengan  adanya  pengertian,  penerimaan,
penghargaan,  kepercayaan  dan  kasih  sayang  yang  dilandasi  oleh  keimanan yang  mendalam,  yang  terpancar  dalam  kehidupan  sehari-hari,  maka  akan
dapat  dihindarkan  berbagai  masalah  negatif  yang  kadang-kadang  terjadi dalam tindakan dan sikap masing-masing atau salah seorang suami-istri.
Suami  akan  bekerja  dengan  tenang  dan  penuh  gairah  dalam menghadapi  tugasnya,  tidak  akan  berpikir  mencari  sesuatu  yang  tidak
diridhai  Allah  SWT.  Demikian  pula  istri,  dengan  hati  lembut  yang  penuh keimanan, dapat menerangi suasana keluarga sehingga menjadi cerah ceria.
Tanah  yang  subur  adalah  suasana  keluarga  dalam  penyemaian  tunas-tunas muda yang ada dalam keluarga.
1 Penyusuan dan Pengasuhan Anak
Seorang  bayi  lahir  dalam  keadaan  lemah  dan  tidak  berdaya  untuk memenuhi  kebutuhan  pokok  yang  menolongnya  dalam  kelangsungan
hidupnya. Orang pertama dan utama yang dikenal oleh bayi adalah ibunya, yang  sejak  dalam  kandungan  telah  membantunya  untuk  tumbuh  dan
berkembang, baik disadari ataupun tidak oleh ibunya. Manusia,  baik  yang  kecil  maupun  yang  besar,  muda  ataupun  yang
tua,  dibekali  oleh  Allah  dengan  seperangkat  kebutuhan  jasmani  yang  perlu dipenuhi.  Jika  tidak  dipenuhi,  misalnya  dalam  hal  makanan  dan  minuman,
maka akan terganggu kelangsungan pertumbuhan jasmaninya. Juga dibekali dengan  seperangkat  kebutuhan  kejiwaan  yang  jika  tidak  dipenuhi  akan
terhambatlah  perkembangan  rohaninya,  mungkin  akan  mempengaruhi hidupnya, bahkan sampai tua.
Untuk  memenuhi  kebutuhan  jasmani  anak  yang  masih  bayi,  secara alamiah Allah menciptakan air susu ibu ASI, yang dipersiapkan bersamaan
dengan  pertumbuhan  janin  dalam  kandungan.  Serentak  dengan  kelahiran bayi, ASI pun sudah tersedia pada ibu yang melahirkan bayi itu.
Jika  sang  ibu  tidak  mau  memberikan  ASI  kepada  bayi  yang dilahirkannya,  maka  bayi  akan  mengalami  kegoncangan  dan  penderitaan.
Jika  tidak  ada  pertolongan  orang  lain,  boleh  jadi  kelangsungan  hidupnya akan  terganggu,  bahkan  terhenti.  Oleh  karena  itu,  dapat  dikatakan  bahwa
tanggung jawab ibu dalam kelangsungan hidup anak yang masih bayi sangat besar.
13
Allah berfirman:
“Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh,  bagi  yang  ingin  menyusui  secara  sempurna.  Dan  kewajiban
ayah  menanggung  nafkah  dan  pakaian  mereka  dengan  cara  yang
patut …” QS. Al-Baqarah: 233.
14
Anak tidak hanya mempunyai kebutuhan jasmani saja, akan tetapi ia juga  mempunyai  kebutuhan-kebutuhan  kejiwaan  yang  menentukan
perkembangan selanjutnya. Ada dua kebutuhan pokok kejiwaan yang harus dipenuhi anak sejak lahir, yaitu kebutuhan akan rasa kasih sayang, dan rasa
aman.  Setelah  anak  lahir,  membutuhkan  pemeliharaan  dari  orang  yang membantunya  untuk  melindungi  dari  terpaan  udara,  baik  panas  maupun
dingin,  dan  dari  berbagai  gangguan  yang  dapat  menyakiti  atau mengganggunya.  Ia  memerlukan  bantuan  dari  orang  yang  mengerti
kebutuhannya dan bersedia membantunya setiap saat. Ibu yang telah melahirkan anak, yang mengalami berbagai kesulitan
dan  penderitaan  selama  anak  dalam  kandungan,  yang  secara  kodrati  diberi oleh  Allah  perasaan  kasih  sayang  dan  kemampuan  untuk  menyayangi  serta
kecondongan  untuk  menolong  dan  merawat  anak.  Maka  ibu  pulalah  yang
13
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 45-48
14
Departemen  Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 37
memikul  tanggung  jawab  terhadap  pemenuhan  kebutuhan  rohani  yang paling pokok pada anak.
15
Allah memberikan petunjuk dengan firmannya:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua  orang  tuanya,  ibunya  telah  mengandungnya  dengan  susah
payah,  dan  melahirkannya  dengan  susah  payah  pula.  Masa
mengandung  sampai  menyapihnya  selama  tiga  puluh  bulan  ….” QS. Al-Ahqaaf: 15.
16
Anak tidak akan mengenal kasih sayang dalam hidupnya jika ketika bayi ibu tidak mampu atau tidak mau menyayangi anak yang membutuhkan
kasih sayangnya dan akan megalami penderitaan sepanjang hayatnya. Tanpa kasih  sayang  ibu,  rasa  amanpun  tidak  akan  tercapai,  karena  anak  akan
dibiarkan tanpa perlindungan terhadap berbagai gangguan dan ancaman bagi kelangsungan hidupnya.
2 Manfaat Menyusui dalam Membina Rasa Tanggung Jawab Ibu.
Rasa  tanggung  jawab  ibu  terhadap  masa  depan  anak  tidak  terjadi secara otomatis, dengan melahirkan anak. Ada ibu yang merasa anak adalah
beban  dan  penghambat  bagi  kegiatannya.  Ada  pula  sebagian  ibu  yang berpendapat  bahwa  tugas  mendidik,  merawat,  dan  menyusukan  anak,
bukanlah tugas ibu saja, akan tetapi tugas bersama antara ibu dan bapak. Jika ibu sebagai wanita karir atau bekerja di luar rumah seperti sang
suami, maka ia ingin bebas dari tugas kerumahtanggaan, pemeliharaan, dan pendidikan  anak,  seperti  halnya  dengan  suami.  Menyusukan  anak  untuk
sebagian wanita mungkin merupakan tugas berat yang tidak menyenangkan. Jika anak memperoleh ASI langsung dari ibu maka akan berdampak
positif  dan terpenuhinya  kebutuhan  jiwa akan  kasih  sayang  dan  rasa  aman. Barometer  yang  digunakan  anak  untuk  mengukur  berbahaya  atau  tidaknya
15
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 49
16
Departemen  Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 504
sesuatu  terhadap  dirinya  adalah  sikap  ibunya  dalam  menanggapi  sesuatu.
17
ASI memiliki banyak manfaat dan kelebihan karena ASI menjadi makanan bayi ketika masih dalam kandungan dan setelah lahir yang merupakan tindak
lanjut  dari  proses  pertumbuhan  pasca  kelahiran.  Di  antara  manfaat  ASI adalah:
a Bayi langsung mendapat makanan bersih dan steril.
b ASI tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas bahkan bersuhu sedang
sehingga cocok buat anak. c
Siap saji setiap saat, tidak mengenal surut dan tidak pernah kehabisan. d
ASI tidak mengalami kerusakan karena lamanya penyimpanan, dan tidak mengalami perubahan dalam kondisi apapun.
e Cocok dan sesuai kebutuhan perut bayi hingga sampai usia dua tahun.
f Mencukupi kebutuhan bayi yang sedang menyusu.
g ASI memberi amunisi dan kekebalan tubuh bayi dari berbagai gangguan
bakteri dan penyakit. h
Asi membuat bayi terhindar dari problema kegemukan bagi bayi dan ibu. i
Menyusui bisa membantu dalam mengatur masa kelahitan bagi sebagian wanita.
j Menyusui  menumbuhkan  perasaan  kasih  saying  dan  cinta  orang  tua
kepada anak dan menguatkan hubungan batin antara anak dan ibu. k
Menyusui  memberi  pengaruh  pada  mental  anak  hingga  menjadi  stabil, penampilan  yang  tenang  dan  baik  tingkah  lakunya,  serta  bagus  dalam
pembentukan jaringan otak, emosional, intelejensi dan jasmani.
18
Rasa  tanggung  jawab  ibu  terhadap  masa  depan  anak  terjadi berangsur-angsur  melalui  pengalaman  yang  dilalui  bersama  anaknya.
Apabila  ibu  tidak  melakukan  perawatan  langsung  terhadap  anaknya,  maka kasih  sayang  kepada  anak  kurang,  bahkan  terkadang  tidak  terasa  sama
17
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 51
18
Al-Maghribi  bin  as-Said  al-Maghribi,  Begini  Seharusnya  Mendidik  Anak;  Panduan  Mendidik Anak  Sejak  Masa  Kandungan  hingga  Dewasa,  Terj.  Dari  buku  Kaifa  Turrabi  Waladan
Shalihan,oleh Zaenal Abiddin, Jakarta: Darul Haq, 2004, h. 108-109
sekali.  Bila  perawatan,  pemeliharaan  dan  pendidikan,  serta  menyusui  tidak dilakukan oleh ibu, dan ia hanya melihat anaknya sebagai objek yang harus
diurus,  tanpa  ada  ikatan  batin  dengan  dirinya,  dan  tugas  tersebut  dapat diserahkan  kepada  orang  lain,  seperti  pembantu,  nenek,  bibi  atau  lainnya,
tanpa merasa kehilangan sesuatupun, bahkan mungkin tidak terpikir olehnya tentang masa depan anaknya.
Lain  halnya  dengan  seorang  ibu  yang  mengurus  dan  menyusukan anaknya secara langsung, ia akan merasa tertarik kepada anak yang tumbuh-
kembang  dari  hari  ke  hari.  setiap  pengalaman,  baik  berat  maupun  ringan yang  dilakukan  ibu  terhadap  anak,  menimbulkan  kesan  yang  menarik  dan
merangsangnya  untuk  memikirkan  hari  depan  anaknya.  Lambat  laun pemikiran  masa  depan  anak  memenuhi  relung-relung  hatinya.  Maka  akan
berkembanglah rasa tanggung jawabnya terhadap masa depan anak. Hubungan timbal balik antara ibu dan anak yang disusuinya, ditandai
dengan  saling  menyayangi.  Keduanya  sama-sama  mendapatkan  objek  yang disayangi dan sama-sama merasakan bahwa dirinya disayangi. Inilah modal
penting  bagi  anak  untuk  merasa  bahagia  dalam  kehidupannya  di  kemudian hari.
19
2 Keluarga sebagai Peletak Dasar Kepribadian Anak
Ibu yang  baik,saleh,  penyayang,
dan  bijaksana,  sebelum mengandung  telah  memohon  kepada  Allah  agar  mendapatkan  anak  yang
saleh,  yang  berguna  bagi  bangsa,  Negara  dan  agamanya.  Ketika  mulai mengandung,  hatinya  gembira  menanti  kelahiran  sang  anak.  Sejak  dalam
kandungan  bayi  mendapatkan  pengaruh  yang  positif  dalam  kepribadiannya yang  akan  tumbuh  di  masa  yang  akan  datang.  Ketika  dalam  kandungan,
janin mendapatkan pengaruh dari sikap dan perasaan ibunya, melalui saraf- saraf  yang  terdapat  dalam  rahim.  Sikap  positif  sang  ibu  terhadap  janin  dan
ketentraman  batinnya  dalam  hidup  menyebabkan  saraf-saraf  bekerja  lancar dan  wajar,  karena  tidak  ada  kegoncangan  jiwa  yang  menegangkan.  Maka
19
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 52
unsur-unsur  dalam  pertumbuhan  kepribadian  anak  yang  akan  lahir  cukup baik  dan  positif,  yang  nantinya  menjadi  dasar  pertama  dalam  pertumbuhan
setelah lahir. Pendidikan  anak  pada  dasarnya  adalah  tanggung  jawab  orang  tua.
Hanya  karena  keterbatasan  kemampuan  orang  tua,  maka  perlu  adanya bantuan  dari  orang  yang  mampu  dan  mau  membantu  orang  tua  dalam
pendidikan  anak-anaknya,  terutama  dalam  mengajarkan  berbagai  ilmu  dan keterampilan  yang  selalu  berkembang  dan  dituntut  perkembangannya  bagi
kepentingan manusia. Pada umumnya para pendidik muslim menjadikan Luqmanul Hakim
sebagai  contoh  dalam  pendidikan,  di  mana  nasihatnya  kepada  anaknya terdapat  dalam  surat  Luqman  ayat  13-19.
20
Allah  mengatakan  Luqman dikarunia-Nya hikmah dan kebijaksanaan.
“Dan  sungguh,  telah  Kami  berikan  hikmah  kepada  Luqman,  yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah Dan barang siapa bersyukur kepada
Allah, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang  siapa  tidak  bersyukur  kufur,  maka  sesungguhnya  Allah
Mahakaya, Maha Terpuji.” QS. Luqman: 12.
21
a Pembinaan Iman dan Tauhid.
Dalam  ayat  13,  Luqman  menggunakan  kata  pencegahan  dalam menasihati anaknya agar tidak menyekutukan Allah.
”Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi  pelajaran  padanya,  “Wahai  anakku  Janganlah  engkau
mempersekutukan  Allah,  sesungguhnya  mempersekutukan  Allah adalah benar-
benar kezaliman yang besar.” QS. Luqman: 13.
22
20
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 50-53
21
Departemen  Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 412
22
Departemen  Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 412
Ayat  ini  menjelaskan  bahwa  pendidikan  tauhid  dilakukan  dengan kata-kata, maka anak Luqman ketika itu telah berumur sedikitnya dua belas
tahun.  Sebab  kemampuan  kecerdasan  untuk  dapat  memahami  hal  yang abstrak  maknawi  terjadi  apabila  perkembangan  kecerdasan  mencapai  ke
tahap  mampu  memahami  hal-hal  di  luar  jangkauan  alat-alat  indra,  yaitu umur 12 tahun.
Syirik  adalah  sesuatu  hal  yang  abstrak,  tidak  mudah  dipahami  oleh anak  yang  perkembangan  kecerdasannya  belum  sampai  pada  kemampuan
tersebut.  Lanjutan  ayat  tersebut  adalah  “Syirik  itu  adalah  kezaliman  yang besar
”,  maka  untuk  memahaminya  diperlukan  kemampuan  mengambil kesimpulan  yang  abstrak  dari  kenyataan  yang  diketahui.  Biasanya
kemampuan  demikian,  tercapai  pada  umur  kira-kira  14  tahun.  Maka  umur anak Luqman ketika itu sedikitnya 14 tahun.
Pembentukan  iman  seharusnya  mulai  sejak  anak  dalam  kandungan, sejalan dengan pertumbuhan kepribadian. Berbagai  hasil pengamatan pakar
kejiwaan menunjukkan bahwa janin yang dalam kandungan, telah mendapat pengaruh  dari  keadaan  sikap  dan  emosi  ibu  yang  mengandungnya.  Hal
tersebut  tampak  dalam  perawatan  kejiwaan,  di  mana  keadaan  keluarga, ketika  si  anak  dalam  kandungan,  mempunyai  pengaruh  terhadap  kesehatan
mental si janin di kemudian hari. Luqmanul Hakim orang yang diangkat Allah sebagai manusia contoh
dalam pendidikan anak, telah dibekali oleh Allah dengan iman dan sifat-sifat terpuji,  di  antaranya  syukur  kepada  Allah,  yang  sudah  pasti  beriman  dan
bertakwa kepada-Nya. Oleh karena itu, pendidikan iman terhadap anak, sesungguhnya telah
dimulai  sejak  persiapan  wadah  untuk  pembinaan  anak,  yaitu  pembentukan keluarga, yang syarat-syaratnya ditentukan Allah di dalam beberapa ayat, di
antaranya:
23
1 Persyaratan keimanan QS. Al-Baqarah: 221
2 Persyaratan akhlak QS. An-Nuur: 3
23
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 54-55
3 Persyaratan tidak ada hubungan darah QS. An-Nisaa’: 22-23.
Setelah  syarat  tersebut  terpenuhi,  maka  hubungan  kedua  calon suami-istri  diikat  dengan  tali  pernikahan  yang  ditentukan  Allah.  Kemudian
kehidupan dan hubungan antara suami dan istri diatur pula dengan hak dan kewajiban masing-masing yang dipedulikan.
Ibu  dan  bapak  yang  beriman  dan  taat  beribadah,  tenteram  hatinya dan  mendoakan  agar  anak  dan  keturunannya  beriman  dan  takwa  kepada
Allah SWT, doa dan harapan melalui ucapan lisan dan bisikan dalam hatinya akan  memantul  kepada  janin  yang  ada  dalam  kandungan  ibu.  Karena  itu,
seharusnya muncul berbagai usaha berupa kegiatan dan kepedulian terhadap ibu-ibu hamil, yang bersikap positif terhadap janin yang dikandungnya.
Setelah  lahir,  pertumbuhan  jasmani  anak  akan  berjalan  cepat. Perkembangan  akidah,  kecerdasan,  akhlak,  kejiwaan,  rasa  keindahan  dan
kemasyarakatan  anak  tujuh  dimensi  manusia,  berjalan  serentak  dan seimbang.  Anak  mulai  mendapatkan  unsur-unsur  pendidikan  serta
pembinaan  yang  berlangsung  tanpa  disadari  oleh  orang  tuanya.  Mata  anak melihat  dan  merekam  apa  saja  yang  tampak  olehnya,  rekaman  tersebut
tinggal lama dalam ingatan, sehingga ada pakar kejiwaan yang mengatakan bahwa  manusia  belajar  lewat  penglihatannya  itu  sebanyak  85,  kemudian
telinga  juga  mulai  berfungsi  setelah  ia  lahir,  dan  menangkap  apa  yang sampai  ke  gendang  telinganya,  dia  mendengar  bunyi,  kata-kata,  yang
diucapkan  oleh  ibu,  bapak,  kanak-kanak,  dan  orang  lain  dalam  keluarga, atau suara dari radio, TV, dan sebagainya.  Lewat pendengaran anak belajar
sebanyak 11.
24
Ditemukan bahwa anak umur satu tahun dapat menangkap tiga kata, umur dua tahun 272 kata, umur tiga tahun 896 kata, umur empat tahun 1.540
kata,  umur  lima  tahun  2.072  kata  dan  umur  enam  tahun  2.562  kata.  Kata- kata  terdengar  oleh  anak  terkandung  pada  apa  yang  yang  dikatakan  orang
tuanya.  Bila  mereka  orang  beriman  dan  beramal  saleh,  sering  berdoa  dan
24
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 56
mengucapkan  kata-kata  thayibah,  maka  kata-kata  itulah  yang  sering terdengar oleh anaknya dan menjadi akrab ke hati anak, lalu menjadi bagian
dari  kepribadiannya.  Sedangkan  sentuhan,  pencicipan  dan  penciuman bersama-sama  memberi  pengaruh  sebanyak  6.  Jadi  pengaruh  terbesar
adalah lewat penglihatan dan pendengaran, yaitu 94. Pertumbuhan  kecerdasan  anak  sampai  umur  enam  tahun  masih
terkait  kepada  alat  indranya.  Maka  dapat  dikatakan  bahwa anak  pada  umur 0-6 tahun berpikir indrawi. Artinya anak belum mampu memahami hal yang
maknawi abstrak. Oleh karena itu pendidikan, pembinaan iman dan takwa anak,  belum  dapat  menggunakan  kata-kata  verbal,  akan  tetapi  diperlukan
contoh,  teladan,  pembiasaan  dan  latihan  yang  terlaksana  dalam  keluarga sesuai  dengan  pertumbuhan  dan  perkembangan  anak,  yang  terjadi  secara
alamiah. Kecenderungan meniru dan unsur identifikasi dalam jiwa anak, akan
membawanya  kepada  meniru  orang  tuanya,  bahkan  umur  satu  setengah tahun mungkin akan ikut-ikutan shalat bersama orang tuanya, hanya sekedar
meniru gerakan mereka, mengucapkan kata-kata thayibah, atau doa-doa dan membaca surat-surat pendek dari al-
Qur’an.
25
Kebiasaan  orang  tua  membaca  bismillah  dan  alhamdulilah  ketika menolong  anak  waktu  makan-minum,  ganti  pakaian,  buang  air,  dan
sebagainya,  akan  mendorong  anak  untuk  meniru  lebih  banyak  lagi,  karena kata  tersebut  berkaitan  erat  dengan  pemenuhan  kebutuhan  anak  waktu
makan, minum dan sebagainya. Setelah  anak  masuk  sekolah,  mulai  dari  Taman  Kanak-Kanak,
Sekolah  Dasar  dan  Sekolah  Lanjutan,  orang  tua  harus  tetap  menunjukkan kepeduliannya  terhadap  perkembangan  keimanan  dan  amal  ibadah  anak.
Kepedulian  itu  dapat  ditunjukkan  dalam  bentuk  pertanyaan,  diskusi  atau memperhatikan  sikap  dan  perilakunya.  Terkadang  anak  dalam  menghadapi
hal-hal baru atau berbeda dengan apa yang biasa dialaminya dalam keluarga,
25
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 56-57
maka  keraguan  atau  kemungkinan  terjadinya  kecemasan  pada  anak,  segera dapat dihilangkan.
26
b Pembinaan Akhlak
Akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku. Di  antara  contoh  akhlak  yang  diajarkan  oleh  Luqman  kepada  anaknya
adalah: 1
Akhlak anak terhadap kedua ibu-bapak. 2
Akhlak terhadap orang lain. 3
Akhlak dalam penampilan diri.
27
Sebagaimana tergambar di dalam surat  Luqman ayat 14, 15, 18 dan 19.
1 Akhlak terhadap ibu-bapak, dengan berbuat dan berterima kasih kepada
keduanya.  Dan  diingatkan  Allah,  bagaimana  susah  dan  payahnya  ibu mengandung dan menyusukan anak sampai umur dua tahun:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua  orang  tuanya.  Ibunya  telah  mengandungnya  dalam  keadaan
lemah  yang  bertambah-tambah,  dan  menyapihnya  dalam  usia  dua tahun.  Bersyukurlah  kepada-Ku  dan  kepada  kedua  orangtuamu.
Hanya kepada Aku kembalimu.
” QS. Lukman: 14.
28
Bahkan  anak  harus  tetap  hormat  dan  memperlakukan  kedua orang tuanya dengan baik, kendatipun mereka mempersekutukan Tuhan,
hanya  yang  dilarang  adalah  mengikuti  ajakan  mereka  untuk meninggalkan iman-tauhid.
26
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 57-58
27
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 58
28
Departemen  Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 412
“Dan  jika  keduanya  memaksamu  untuk  mempersekutukan  Aku dengan  sesuatu  yang  engkau  tidak  mempunyai  ilmu  tentang  itu,
maka  janganlah  engkau  menaati  keduanya,  dan  pergaulilah keduanya  di  dunia  dengan  baik,  dan  ikutilah  jalan  orang  yang
kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka  akan  Aku  beritahukan  kepadamu  apa  yang  telah  kamu
kerjakan.” QS. Luqman: 15. 2
Akhlak  terhadap  orang  lain,  adalah  adab,  sopan  santun  dalam  bergaul, tidak  sombong  dan  tidak  angkuh,  serta  berjalan  sederhana  dan  bersuara
lembut.
“Dan  janganlah  kamu  memalingkan  wajah  dari  manusia  karena sombong  dan  janganlah  kamu  berjalan  di  muka  bumi  dengan
angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan  membanggakan diri. Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan
lunakkanlah  suaramu.  Sesungguhnya  seburuk-buruk  suara  ialah suara keledai.
” QS. Luqman: 18-19.
29
Pendidikan  akhlak  dalam  keluarga  dilaksanakan  dengan  contoh dan  teladan  dari  orang  tua.  Perilaku  dan  sopan  santun  orang  dalam
hubungan  dan  pergaulan  antara  ibu  dan  bapak,  perlakuan  orang  tua terhadap anak-anak mereka, dan perlakuan orang tua terhadap orang lain
dalam  lingkungan  keluarga  dan  lingkungan  masyarakat,  akan  menjadi teladan bagi anak-anak.
Anak  memperhatikan  sikap  orang  tua  dalam  menghadapi masalah,  ada  yang  berjalan  dengan  gaya  bapak  yang  dikaguminya  atau
gaya ibu yang disayanginya. Perkataan dan cara berbicara, bahkan gaya menanggapi  teman-teman  atau  orang  lain,  terpengaruh  oleh  orang
29
Departemen  Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 412
tuanya.  Juga  cara  mengungkapkan  emosi,  marah,  gembira,  sedih  dan sebagainya, dipelajari pula dari orang tuanya.
Adapun akhlak, sopan santun dan cara menghadapi orang tuanya, banyak  tergantung  kepada  sikap  orang  tua  terhadap  anak.  Apabila  anak
merasa terpenuhi semua kebutuhan jasmani, kejiwaan dan sosial, maka anak  akan  sayang,  menghargai  dan  menghormati  orang  tuanya.  Akan
tetapi  apabila  anak  merasa  terhalang  pemenuhan  kebutuhannya  oleh orang  tuanya,  misalnya  ia  merasa  tidak  disayangi  atau  dibenci,  suasana
dalam  keluarga  yang  tidak  tenteram,  sering  kali  menyebabkannya  takut dan  tertekan  oleh  perlakuan  orang  tuanya,  atau  orang  tuanya  tidak  adil
dalam mendidik dan memperlakukan anak-anaknya, maka perilaku anak tersebut  boleh  jadi  bertentangan  dengan  yang  diharapkan  oleh  orang
tuanya,  karena  ia  tidak  mau  menerima  keadaan  yang  tidak menyenangkan itu.
30
c Pembinaan Ibadah dan Agama
Pembinaan  ketaatan  beribadah  anak,  juga  mulai  dalam  keluarga. Anak yang masih kecil, kegiatan ibadah yang lebih menarik baginya adalah
yang mengandung gerak, sedangkan pengertian tentang ajaran agama belum dapat  dipahaminya.  Karena  itu,  ajaran  agama  yang  abstrak  tidak  menarik
perhatiannya.  Anak-anak  suka  melakukan  shalat,  meniru  orang  tuanya, kendatipun  ia  tidak  mengerti  apa  yang  dilakukannya.  Pengalaman
keagamaan  yang  menarik  bagi  anak  di  antaranya  shalat  berjamaah,  lebih- lebih lagi bila ia ikut shalat di dalam shaf berjamaah bersama orang dewasa.
Di  samping  itu  anak  senang  melihat  dan  berada  dalam  tempat  ibadah masjid,  mushalla,  surau  dan  sebagainya  yang  bagus,  rapi  dan  dihiasi
dengan lukisan atau tulisan yang indah. Pengalaman ibadah yang tidak mudah dilupakan anak, suasana shalat
tarawih  pada  bulan  Ramadhan  di  masjid  tempat  ia  tinggal  dan  shalat  hari raya.  Pada  bulan  ramadhan  anak-anak  senang  ikut  berpuasa  dengan  orang
30
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 60
tuanya,  walaupun  ia  belum  kuat  untuk  melaksanakan  ibadah  puasa  sehari penuh.  Kegembiraan  yang  dirasakannya  karena  dapat  berbuka  puasa
bersama dengan ibu-bapak dan seluruh anggota keluarga, setelah itu mereka bergegas  shalat  Maghrib,  kemudian  pergi  ke  masjid  atau  langgar  bersama
teman-temannya untuk melakukan shalat tarawih, amat menyenangkan bagi anak-anak dan remaja. Anak-anak  yang  masih kecil, umur antara 2-5 tahun
pun ikut gembira untuk melakukan shalat tarawih, walaupun mereka belum mampu  duduk atau  berdiri  lama,  seperti orang  dewasa,  namun  pengalaman
tersebut,  amat  penting  bagi  pembentukan  sikap  positif  terhadap  agama  dan merupakan  unsur-unsur  positif  dalam  pembentukan  kepribadiannya  yang
sedang tumbuh dan berkembang.
31
Zakiah Daradjat mengatakan “kalau waktu saya kecil dulu, saya kan anak pertama, dibuatkanlah oleh ibu mukna kecil terus adik-adik tiga orang
laki-laki  dibuatkan  sarung  kecil.  Ini  adalah  sesuatu  yang  baik  untuk dilakukan  sebagai  upaya  penanaman  rasa  agama  pada  anak  sejak  kecil.
Ketika  makan  atau  melakukan  sesuatu  perbuatan  orang  tua  selalu  memulai dengan  ucapan  bismillah,  anak  awalnya  tidak  mengerti  dengan  apa  yang
diucapkan  orang  tua,  tapi  karena  ia  selalu  mendengar  kata-kata  yang  baik maka  akan  dicontoh  oleh  anak  karena  anak  mengikuti  orang  yang  paling
terdekat  yaitu  orang  tua  dan  keluarganya.”  Jadi  kepribadian  anak  akan terwujud.
32
Sebagaimana  Luqman  menggambarkan  ketika  menyuruh  anaknya untuk shalat.
“Wahai  anakku  Laksanakanlah  salat  dan  suruhlah  manusia berbuat yang makruf dan cegahlah mereka dari yang mungkar dan
31
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 60-61
32
Hasil  wawancara  penulis  dengan  Prof.  Dr.  Zakiah  Daradjat  pada  hari  Senin  04  April 2011 pukul 17:18-18:08 WIB di kediaman beliau, juga pada hari Rabu 12 April 2011 pukul 11:10-
11:50 WIB di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
bersabarlah  terhadap  apa  yang  menimpamu,  sesungguhnya  yang demikian itu termasuk yang penting.”QS. Luqman: 17.
33
Pelaksanaan  perintah  tersebut  bagi  anak-anak  adalah  dengan persuasi,  mengajak  dan  membimbing  mereka  untuk  melakukan  shalat.  Jika
anak-anak  telah  terbiasa  shalat  dalam  keluarga,  maka  kebiasaan  tersebut terbawa sampai dewasa, bahkan sampai tua.
34
d Pembinaan Kepribadian dan Sosial Anak
Pembentukan  kepribadian  terjadi  dalam  masa  yang  panjang,  mulai sejak  dalam  kandungan  sampai  umur  21  tahun.  Pembentukan  kepribadian
berkaitan erat dengan pembinaan iman dan akhlak. Secara umum para pakar kejiwaan  berpendapat,  bahwa  kepribadian  merupakan  suatu  mekanisme
yang  mengendalikan  dan  mengarahkan  sikap  dan  perilaku  seseorang. Apabila  kepribadian  seseorang  kuat,  maka  sikapnya  tegas,  tidak  mudah
terpengaruh  oleh  bujukan  dan  faktor-faktor  yang  datang  dari  luar,  serta  ia bertanggung  jawab  atas  ucapan  dan  perbuatannya.  Dan  sebaliknya,  apabila
kepribadiannya  lemah,  maka  ia  mudah  terombang-ambing  oleh  berbagai faktor dan pengaruh dari luar.
Terbentuknya kepribadian melalui semua pengalaman dan nilai-nilai yang  diserapnya  dalam  pertumbuhan  dan  perkembangannya.  Apabila  nilai-
nilai  agama  banyak  masuk  ke  dalam  pembentukan  kepribadian  seseorang, maka  tingkah  laku  orang  tersebut  akan  banyak  diarahkan  dan  dikendalikan
oleh  nilai-nilai  agama.  Disinilah  letak  pentingnya  pengalaman  dan pendidikan  agama  pada  masa-masa  pertumbuhan  dan  perkembangan
seseorang. Nilai-nilai  agama  yang  terkandung  dalam  cara  Luqman  mendidik
anaknya,  mulai  dari  penampilan  pribadi  Luqman  yang  beriman,  beramal saleh, bersyukur kepada Allah dan bijaksana dalam segala hal.
33
Departemen  Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 412
34
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 62
Yang  Luqman  lakukan  dalam  mendidik  dan  mengingatkan  anaknya adalah  kebulatan  iman  kepada  Allah  semata,  akhlak  sopan  santun  terhadap
kedua  orang  tua,  dan  kepada  semua  manusia,  serta  taat  beribadah.  Secara khusus  ditanamkan  kepada  anaknya  kesadaran  akan  pengawasan  Allah
terhadap semua manusia dan makhluk-Nya, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi  di  manapun,  di  langit  maupun  di  bumi,
35
sebagaimana  firman Allah:
“Lukman  berkata,  “Wahai  anakku  Sungguh,  jika  ada  sesuatu perbuatan seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau langit atau
di  bumi,  niscaya  Allah  akan  memberinya  balasan.  Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Teliti.
” QS. Luqman: 16.
36
Dengan  kesadaran  akan  pengawasan  Allah  yang  tumbuh  dan berkembang  dalam  pribadi  anak,  maka  akan  masuklah  unsur  pengendali
terkuat  di  dalamnya.  Ditambah  dengan  unsur  akhlak  yang  mengajak  orang untuk  berbuat  baik  dan  menjauhi  yang  mungkar,  serta  sifat  sabar  dalam
menghadapi  berbagai  musibah  dan  keadaan.  Selanjutnya  kepribadian tersebut hendaknya dihiasi pula dengan sifat-sifat yang menyenangkan yaitu
semua  perilaku  baik  dan  diridhai  oleh  Allah  SWT  yang  dihayati  di  dalam hati.  Menghayati  sesuatu  berarti  menjadikannya  bagian  dari  kepribadian,
menyatu  dan  tidak  terpisahkan  lagi.  Jadi  menghayati  akhlak  mahmudah berarti  semua  bentuk  dari  akhlak  mahmudah  yang  telah  diketahui  masuk
menjadi  bagian  dari  pribadi,  dan  tidak  terpisahkan  lagi.  Yang  berakibat selanjutnya  adalah  pandangan  hidup,  cara  berpikir  dan  bersikap  akan
dipengaruhi  oleh  sesuatu  yang  telah  dihayati.
37
Hingga  terhindar  dari timbulnya  egoistis  yang  bermuara  pada  tumbuhnya  sikap  angkuh  dan
sombong  pada  diri  sendiri,  yang  akhirnya  memandang  rendah  orang  lain
35
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 62-63
36
Departemen  Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 412
37
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 69-72
sekaligue  tumbuhlah  cikal  bakal  mafsadah  kerusakan  di  muka  bumi.
38
Firman Allah:
“Dan  janganlah  kamu  memalingkan  wajah  dari  manusia  karena sombong  dan  janganlah  kamu  berjalan  di  muka  bumi  dengan
angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan  membanggakan diri.
” QS. Luqman: 18.
39
Maka  keutuhan  pribadi  muslim  yang  dinasihatkan  oleh  Luqman adalah  pribadi  beriman,  taat  beribadah,  teguh  pendirian,  pandai  bergaul,
ramah dan mempunyai kepedulian terhadap masyarakat. Pada  umumnya  para  pendidik  muslim  menjadikan  nasihat  Luqman
terhadap anaknya, sebagai dasar pendidikan Islam. Pribadi Luqman sebagai sosok seorang bapak yang terpilih untuk menjadi teladan bagi anak-anaknya,
yang  seluruh  penampilan  iman,  Islam  dan  akhlaknya  dapat  diserap  oleh anaknya pada tahun-tahun pertama dari umurnya 0-6 tahun.
Intisari  dari  nasihat  Luqman  adalah  tentang  pembinaan  iman, tauhid,  amal  saleh  ibadah,  akhlak  terpuji  dan  kepribadian  yang  sehat,
kuat dan penuh kepedulian terhadap masyarakat. Para  pendidik  muslim  masih  perlu  mengkaji  dan  mengolah  prinsip-
prinsip pendidikan Luqman dengan berbagai teori pendidikan dan psikologi yang ada, untuk kemudian keluar dengan suatu teori pendidikan Islam yang
mudah dilaksanakan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
40
3 Peran Keluarga dalam Pendidikan Agama pada Anak
Begitu  besar  dan  ampuh  arti  agama  bagi  manusia  dalam kehidupannya. Fungsi agama bagi manusia antara lain adalah:
a Agama memberikan bimbingan dalam hidup manusia.
38
Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001, Cet. I,  h. 70-71
39
Departemen  Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 412
40
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 63-64
b Agama menolong dalam menghadapi kesukaran.
c Agama menentramkan batin manusia.
41
Agama memberikan bimbingan hidup dari yang terkecil sampai yang terbesar, mulai dari kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan hubungan
dengan Allah, bahkan dengan alam semesta dan makhluk hidup lain. Kesukaran  yang  paling  sering  dihadapi  oleh  manusia  adalah
kekecewaan. Jika kekecewaan sering dihadapi akan membawa orang kepada perasaan  rendah  diri,  pesimis,  dan  apatis  dalam  hidupnya  dan  akan
menggelisahkan  batinnya.  Jika  kekecewaan  menimpa  orang  yang  benar- benar  menjalankan  agamanya,  ia  tidak  akan  putus  asa,  tapi  akan  bersikap
tenang,  ingat  kepada  Tuhan,  dan  dapat menganalisa  faktor-faktor  penyebab kekecewaan sehingga dapat menghindari gangguan perasaan atau gangguan
jiwa akibat kekecewaan itu. Bagi  jiwa  yang  gelisah,  agama  akan  memberi  jalan  dan  siraman
penenang  hati.  Tidak  sedikit  orang  yang  kebingungan  dalam  hidup  selama tidak  beragama,  tetapi  setelah  mengenal  dan  menjalankan  agama,
ketenangan  jiwa  pun  datang.  Agama  sangat  penting  bagi  manusia  dalam menjalani  hidup,  baik  bagi  orang  tua,  maupun  bagi  anak-anak.  Bagi  anak-
anak,  agama  merupakan  bibit    terbaik  yang  diperlukan  dalam  pembinaan kepribadiannya.
42
Dalam  Islam  penyemaian  rasa  agama  dimulai  sejak  pertemuan  ibu dan bapak yang membuahkan janin dalam kandungan, yang dimulai dengan
doa  kepada  Allah.  Selanjutnya  memanjat  doa  dan  harapan  kepada  Allah, agar janinnya kelak lahir dan besar menjadi anak saleh.
Begitu  si  anak  lahir,  dibisikkan  ketelinganya  kalimat  adzan  dan iqamah, dengan harapan kata-kata thayibah yang pertama kali didengar anak
kemudian ia akan berulang kali mendengarnya, setiap waktu shalat tiba, baik
41
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: PT. Gunung Agung, 1982, Cet. VI, h. 56-62
42
Zakiah  Daradjat,  Peranan  Agama  dalam  Kesehatan  Mental,  Jakarta:  PT.  Gunung Agung, 1982, Cet. VI, h. 56-62
didengar di rumahnya atau pun di luar rumah. Kata-kata thayibah dan kata- kata lain yang berisikan jiwa agama, akan sering didengar oleh anak melalui
ibunya, waktu ia disusukan, dimandikan, ditidurkan dan diganti pakaian oleh ibunya.  Ia  mendengar  kata-kata  thayibah  ketika  sedang  memperoleh
pemenuhan  kebutuhan  pokok.  Pengalaman  yang  seperti  itu  akan menyuburkan tumbuhnya rasa agama dalam jiwa anak, dan akan tetap hidup
dalam  jiwanya.  Jika  ia  melihat  ibu  dan  bapaknya  shalat,  ia  pun  akan menyerap apa yang dilihatnya, lebih-lebih lagi jika disertai dengan kata-kata
yang bernafaskan agama. Agama bukan ibadah saja. Agama mengatur seluruh segi kehidupan.
Semua  penampilan  ibu  dan  bapak  dalam  kehidupan  sehari-hari  yang disaksikan dan dialami oleh anak bernafaskan agama, di samping latihan dan
pembiasaan  tentang  agama,  perlu  dilaksanakan  sejak  kecil,  sesuai pertumbuhan  dan  perkembangan  jiwanya.  Apabila  anak tidak  mendapatkan
pendidikan,  latihan  dan  pembiasaan  keagamaan  waktu  kecil,  ia  akan  besar dengan sikap acuh atau anti agama.
43
Anak  mengenal  Tuhan,  melalui  ucapan  ibunya  waktu  ia  kecil. Apapun yang dikatakan ibunya tentang Tuhan, akan diterima dan dibawanya
sampai dewasa. Oleh karena itu ibu perlu berhati-hati menjawab pertanyaan anak  tentang  Tuhan  atau  pokok-pokok  keimanan  lainnya.  Jika  ibu  salah
menjelaskannya,  maka  konsep  agama  yang  salah  itu  akan  tumbuh  dan berkembang dalam jiwa anak nantinya.
Dalam  memperkenalkan  sifat-sifat  Allah  kepada  anak,  hendaknya didahulukan  sifat-sifat  Allah  yang  mendekatkan  hatinya  kepada  Allah,
misalnya  Penyayang,  Pengasih,  Pemurah,  Adil  dan  sebagainya,  pada  umur anak belum mencapai 12 tahun.
Kualitas  hubungan  anak  dan  orang  tuanya,  akan  mempengaruhi keyakinan  beragamanya  di  kemudian  hari.  Apabila  ia  merasa  disayang  dan
diperlakukan adil, maka ia akan meniru orang tuanya dan menyerap agama dan  nilai-nilai  yang  dianut  oleh  orang  tuanya.  Jika  yang  tejadi  sebaliknya,
43
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 64-65
maka ia akan menjauhi apa yang diharapkan orang tuanya, mungkin ia tidak mau  melaksanakan ajaran  agama  dalam hidupnya,  tidak  shalat, tidak  puasa
dan sebagainya.
44
Tidak  semua  orang  tua,  terutama  ibu,  mampu  mengajarkan  agama kepada anak-anaknya.  Tugas  pemberian pelajaran  dan  pengetahuan  tentang
agama  yang  lebih  luas  dan  beragam, agalah  guru  agama  di  sekolah. Tetapi yang  mempengaruhi  pertumbuhan  dan  perkembangan  agama  pada  anak
sekolah  bukan  hanya  guru  agama  saja.  Guru  atau  pegawai  lainnya  ada hubungannya  dengan  anak.  Begitu  juga  dengan  iklim  yang  terdapat  di
sekolah.  Semakin  kecil  umur  anak,  semakin  besar  pengaruh  guru  terhadap anak.
Dewasa  ini  kemajuan  ilmu  pengetahuan dan  teknologi  telah  banyak membawa  kemudahan  hidup,  termasuk  televisi  yang  sudah  merambah
masuk ke rumah-rumah di seluruh pelosok tanah air, mulai dari kota sampai ke  desa-desa,  bahkan  sampai  desa  terpencil.  Maka  apa  saja  yang
ditayangkan  di  TV  dapat  disaksikan  oleh  anak-anak,  termasuk  anak  yang masih di bawah umur lima tahun.
Anak akan menyerap apa yang disaksikan lewat layar kaca yang ada di  rumahnya,  matanya  melihat  dan  menangkap  apa  yang  ditayangkan,  dan
telinganya  mendengar  dan  menyerap  apa  yang  diucapkan  oleh  penyair, penyanyi,  atau  film  yang  ditayangkan.  Semua  akan  terserap  oleh  anak  dan
menjadi  unsur-unsur  dalam  pribadinya  yang  sedang  dalam  proses pertumbuhan.
Jika  yang  ditayangkan  oleh  TV  baik  dan  menunjang  pembentukan iman dan takwa, maka peranannya dalam pembentukan pribadi dan identitas
agama  pada  anak  akan  besar.  Sebaliknya,  jika  yang  ditayangkan  tidak mendukung atau merusak nilai-nilai agama, maka anak juga akan menyerap
nilai-nilai  yang  merusak  tersebut,  selanjutnya  pribadinya  akan  diliputi  pula oleh  hal-hal  yang  merusak  iman  dan  penampilan  diri  anak  akan  jauh  dari
agama.
44
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 66
Perkembangan  sikap  sosial  pada  anak  terbentuk  mulai  di  dalam keluarga. Orang tua yang penyayang, lemah lembut, adil dan bijaksana, akan
menumbuhkan sikap sosial yang menyenangkan pada anak. Ia akan terlihat ramah,  gembira  dan  segera  akrab  dengan  orang  lain.  Karena  ia  merasa
diterima  dan  disayangi  oleh  orang  tuanya,  maka akan  tumbuh  pada  dirinya rasa percaya diri dan percaya terhadap lingkungannya, hal  yang menunjang
terbentuknya pribadi yang menyenangkan dan suka bergaul. Demikian pula jika  sebaliknya  orang  tua  keras,  kurang  perhatian  kepada  anak  dan  kurang
akrab, sering bertengkar antara satu sama lain ibu-bapak, maka anak akan berkembang menjadi anak yang kurang pandai bergaul, menjauh dari teman-
temannya,  mengisolasi  diri  dan  mudah  terangsang  untuk  berkelahi,  pribadi negatif, yang condong kepada curiga dan antipati terhadap lingkungannya.
45
4 Peran Keluarga dalam Pembentukan Sifat-Sifat Terpuji pada Anak.
Dalam  ajaran  Islam,  akhlak  tidak  dapat  dipisahkan  dari  iman.  Iman merupakan pengakuan hati, dan akhlak adalah pantulan iman pada perilaku,
ucapan  dan  sikap.  Iman  adalah  maknawi,  sedangkan  akhlak  adalah  bukti keimanan  dalam  perbuatan,  yang  dilakukan  dengan  kesadaran  dan  karena
Allah semata. Dalam  al-
Qur’an banyak ayat-ayat  yang  mendorong manusia untuk beriman dan beramal saleh dengan berbagai janji,
46
di antaranya:
“Dan  sampaikanlah  berita  gembira  kepada  mereka  orang-orang yang  beriman  dan  berbuat  kebajikan,  bahwa  untuk  mereka
disediakan  surga-surga  yang  mengalir  di  bawahnya  sungai-
sungai….” QS. Al-Baqarah: 25.
47
45
Zakiah Daradjat, Pendidikan I slam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 67
46
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 67
47
Departemen  Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 5
“Sesungguhnya  orang-orang  yang  beriman  dan  mengerjakan kebajikan,  niscaya  diberi  petunjuk  oleh  Tuhan  karena  keimanannya
….” QS. Yunus: 9.
48
“Maka  orang-orang  yang  beriman  dan  mengerjakan  kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia.” QS. Al-Haj:
50.
49
“...  Allah  menjanjikan  kepada  orang-orang  yang  beriman  dan mengerjakan  kebajikan  di  antara  mereka,  ampunan  dan  pahala
besar.”QS. Al-Fath: 29.
50
Dorongan  Allah  kepada  manusia  adalah  agar  beriman  kepada-Nya dan  mengerjakan  amal  saleh  perbuatan  terpuji,  dengan  janji  akan
mendapatkan  surga  di  akhirat  nanti,  dikeluarkan  dari  kegelapan  menuju tempat yang terang benderang, memperoleh bimbingan atau petunjuk Allah
dalam menjalani kehidupan, meraih ampunan, pahala dan rezeki dari Allah. Janji  Allah  terhadap  orang  yang  beriman  dan  mengerjakan  amal
saleh  jika  ditinjau  dari  sudut  pandang  psikologi,  semuanya  membawa kepada  ketenteraman  batin  dan  kesehatan  mental.  Janji  akan  mendapatkan
surga  di  akhirat  nanti  memberikan  kepastian  bagi  orang  yang  merasa  akan mati.  Biasanya  orang  menjadi  gelisah  bila  ia  tidak  tahu  kemana  ia  setelah
mati nanti.
51
Dalam  kehidupan  duniawi,  orang  merasa  lega  bila  dia  merasa dibimbing dan diberi hidayah oleh  Allah. Sebaliknya, kehidupan  yang jauh
dari  petunjuk  dan  bimbingan  Allah,  menjadikan  manusia  gelisah,  terbentur dan  tersendat-sendat  dalam  menjalani  kehidupannya.  Bimbang  dan  ragu,
dalam istilah kejiwaan, disebut mudah terjatuh kepada konflik batin. Adapun
48
Departemen  Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 209
49
Departemen  Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 338
50
Departemen  Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 515
51
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 69
merasa  diampuni  Allah  terhadap  dosa-dosa  yang  pernah  dilakukan,  adalah salah satu obat bagi gangguan kejiwaan.
Seseorang yang merasa berdosa atau bersalah, merupakan salah satu penyebab  dari  gangguan    dan  penyakit  kejiwaan.  Sedangkan  pahala  atau
imbalan  terhadap  apa  yang  dikerjakan,  merupakan  harapan  setiap  manusia. Namun, tidak semua perbuatan baik manusia mendapat imbalan langsung di
dunia, karena tidak semua orang  yang memperoleh bantuan atau jasa orang lain,  mampu  membalasnya  dengan  setimpal.  Karena  imbalan  yang  pasti
adalah  yang  datang  dari  Allah.  Allah  tidak  menyia-nyiakan  amal  saleh seseorang, betapapun kecilnya, akan ditentukan nanti di akhirat. Janji Allah
akan  membalas  setiap  amal  saleh  dengan  pahala  yang  berlipat  ganda,  akan menjadikan  manusia  beramal  dengan  ikhlas  tanpa  mengharapkan  balasan
dari orang yang ditolongnya, atau yang disebut dengan istilah tanpa pamrih. Adapun  rezeki  yang  dijanjikan  Allah  bagi  orang  yang  beriman  dan
beramal  saleh,  menjadikan manusia  terjauh  dari  sifat loba  dan  tamak,  yang sering  menyeretnya  kepada  perbuatan  salah  dan  menyimpang.  Dalam  al-
Qur’an  disebutkan  bentuk-bentuk  amal  saleh,  yang  sifatnya  sebagai pengendali bagi perilaku manusia, seperti sifat jujur, benar, pemaaf, ikhlas,
sabar, istiqamah, lemah lembut, suka menolong dan  sebagainya.  Semuanya menjadi pengendali dari sikap dan perilaku manusia.
Suatu  janji  yang  juga  menarik  bagi  orang  yang  beriman  dan mengerjakan  amal  saleh  adalah  akan  dikeluarkan  dari  kegelapan  ke  dalam
cahaya.  Dikeluarkan  dari  kegelapan  artinya  maknawi,  yaitu  mereka  tidak akan mengalami kekalutan, kebingungan atau gelap hati. Mereka akan selalu
menjalani jalan yang terbentang, nyata, dan jelas, karena iman dan perbuatan yang baik, tidak ada yang menggoncangkan jiwanya dan tidak pula ada yang
menakutkannya.
52
52
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah…, h. 69-70
                