Dasar-Dasar Pendidikan Islam Pendidikan Islam

Menurut istilah sunnah terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama, di antaranya adalah: Menurut ulama hadits Muhadditsin, sunnah adalah segala perkataan Nabi SAW. perbuatannya, dan segala tingkah lakunya. Menurut ulama Ushul Fikih Ushuliyun sunnah adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi SAW. baik yang bukan dari al- Qur’an baik berupa segala perkataan, perbuatan, dan pengakuanyang patut dijadikan dalil hokum syara’. Menurut ulama Fikih Fuqaha sunnah adalah sesuatu ketetapan yang datang dari Nabi SAW. dan tidak termasuk kategori fardhu dan wajib, maka ia menurut mereka adalah sifat syara’ yang menuntut pekerjaan tapi tidak wajib dan tidak disiksa bagi yang meninggalkannya. Menurut ulama maw’izah Ulama al-Wazhi wa al-Irsyad sunnah adalah sesuatu yang datang dari nabi dan para sahabat. 20 Contoh yang diberikan oleh beliau dapat dibagi kepada tiga bagian. Pertama, hadits qauliyah yaitu yang berisikan ucapan, pernyataan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW. Kedua, hadits fi’liyah yaitu yang berisi tindakan dan perbuatan yang pernah dilakukan nabi. Ketiga, hadits taqririyat yaitu yang merupakan persetujuan nabi atas tindakan dan peristiwa yang terjadi. Ini merupakan sumber dan acuan yang dicontohkan oleh nabi kepada umat Islam dalam seluruh aktivitas kehidupannya. Hal ini disebabkan karena syari’ah yang terkandung dalam al-Qur’an masih bersifat global, walaupun secara umum bagian terbesar dari syari ’ah Islam telah terkandung di dalamnya, namun muatan hukum yang terkandung, belum mengatur berbagai dimensi aktivitas kehidupan umat secara terperinci dan analitis. Keberadaan hadits Nabi sangat diperlukan sebagai penjelas dan penguat hukum-hukum Quraniah yang ada, sekaligus sebagai petunjuk pedoman bagi kemaslahatan hidup manusia dalam semua aspek 20 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis,… h. 5-8 kehidupan, 21 untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu Rasulullah menjadi guru dan pendidik utama. Beliau mendidik pertama kali dengan menggunakan rumah al-Arqam ibn Abi al-Arqam, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang baru masuk Islam. Semua itu adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyrakat Islam. Oleh karena itu, Sunnah merupakan landasan kedua bagi pembinaan pribadi manusia muslim. Sunnah selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya, mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk Sunnah yang berkaitan dengan pendidikan. 22 3 Ijtihad Ijtihad secara etimologi adalah usaha keras dan bersungguh-sungguh gigih yang dilakukan oleh para ulama, untuk menetapkan hukum suatu perkara atau suatu ketetapan atas persoalan tertentu. Secara terminologi ijtihad adalah ungkapan atas kesepakatan dari sejumlah ulil amri dari umat Muhammad SAW dalam suatu masa, untuk menetapkan hu kum syari’ah terhadap berbagai peristiwa yang terjadi batasan yang dikembangkan oleh al-Amidy. Menurut Abu Zahrah ijtihad adalah produk ijma’ kesepakatan para mujtahid muslim, pada suatu periode terhadap berbagai persoalan yang terjadi setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, untuk menetapkan hukum syara’ atas berbagai persoalan umat yang bersifat amaly. 23 Menurut para fuqaha, ijtihad adalah berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam untuk menetapkan atau menentukan suatu hu kum syari’at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al- Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada al- Qur’an dan Sunnah. Dengan bahasa lain pelaksanaan 21 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001, Cet. I, h. 95-97 22 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam …, h. 21 23 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam …, h. 100 ijtihad harus tetap mengikuti koridor yang telah diatur oleh mujtahid dan tidak bertentangan dengan al- Qur’an dan as-Sunnah. 24 Ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah wafatnya Rasulullah. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan, yang senantiasa berkembang. Ijtihad bidang pendidikan sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, terasa semakin urgen dan mendesak, tidak saja di bidang materi atau isi, melainkan juga di bidang sistem dalam artinya yang luas. Ijtihad di bidang pendidikan sangat penting karena ajaran Islam yang terdapat dalam al- Qur’an dan Sunnah adalah bersifat pokok-pokok dan prinsip-prinsipnya saja. Jika ada yang terperinci, perincian itu adalah sekedar contoh dalam menerapkan yang prinsip tersebut. Sejak turunnya al- Qur’an sampai wafatnya Nabi Muhammad SAW, ajaran Islam telah tumbuh dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan berkembang pula. 25 Ijtihad di bidang pendidikan, utamanya pendidikan Islam sangat perlu dilakukan, karena media pendidikan merupakan sarana utama untuk membangun pranata kehidupan sosial dan kebudayaan manusia untuk mencapai kebudayaan yang berkembang secara dinamis, hal ini ditentukan oleh sistem pendidikan yang dilaksanakan dan senantiasa merupakan pencerminan dan penjelmaan dari nilai-nilai serta prinsip pokok al- Qur’an dan Hadits. Proses ini akan mampu mengontrol manusia dalam seluruh aspek kehidupannya, sekaligus sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. 26 24 Hasniyati Gani Ali, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Quantum Teaching, 2008, Cet. I, h. 27 25 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam …, h. 21-22 26 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-da sar Pemikiran Pendidikan Islam…, h. 101

c. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan Islam adalah membina umat manusia agar menjadi hamba yang senantiasa beribadah kepada Allah SWT, dengan mendekatkan diri kepada Allah, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, baik ibadah yang yang telah ditentukan aturan dan tatacaranya oleh Allah dan Rasul-Nya Ibadah Makhdah, maupun yang belum ditentukan. Rumusan tujuan ini diilhami oleh firman Allah 27 : Dan Aku tidak menjadikan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. QS. Al-Dzariyat: 56. 28 Tujuan tertinggi pendidikan Islam menurut al-Syaibani, adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. 29 Sesuai dengan firman Allah: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” QS. Al-Baqarah: 201. 30 Sementara tujuan akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah fil ardh. 31 Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, tujuan pendidikan Islam menurut al- Qur’an meliputi: 1 menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia di antara makhluk Allah lainnya dan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini, 2 menjelaskan hubungan sebagai makhluk sosial dan tanggungjawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, 3 menjelaskan 27 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif al- Qur’an, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, h. 173 28 Departemen Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 523 29 Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Dari Falsafatut Tarbiyyah al-Islamiyah oleh Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, Cet. I, h. 406 30 Departemen Agama RI, al- Qur’an dan Terjemahannya…, h. 31 31 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, Jakarta: PT. al-Husna Zikra, 1995, Cet. III, h. 67 hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta, 4 menjelaskan hubungannya dengan Khaliq sebagai pencipta alam semesta. 32 Muhammad Athiyah al-Abrasyi, mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri dari 5 sasaran, yaitu: 1 membentuk akhlak mulia, 2 mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat, 3 persiapan untuk mencari rizki dan memelihara dari segi kemanfaatannya, 4 menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik, 5 mempersiapkan tenaga profesional yang terampil. 33 Jadi tujuan pendidikan Islam merupakan usaha dalam membangun manusia yang utuh dalam rangka pembentukan kepribadian, moralitas, sikap ilmiah dan keilmuan, kemampuan berkarya, profesionaliasi sehingga mampu menunjukkan iman dan amal shaleh sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dan kehidupan. Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa pendidikan Islam merupakan proses membimbing dan membina fitrah peserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi peserta didik sebagai muslim paripurna insan al-kamil. Melalui sosok pribadi yang demikian, peserta didik diharapkan mampu memadukan fungsi iman, ilmu, dan amal secara integral bagi terbinanya kehidupan yang harmonis, baik dunia maupun akhirat. Fungsi pendidikan Islam menurut Kurshid Ahmad sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid dan Jusuf Mudzakir dalam buku Ilmu Pendidikan Islam, adalah: 1 Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat- tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan bangsa. 2 Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru 32 Al-Rasidin, dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005, Cet. II, h. 36-37 33 Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam…, h. 416-417 ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan perubahan sosial ekonomi. 34 Fungsi pendidikan Islam di sekolah menurut Abdul Majid dan Dian Andayani adalah sebagai: 1 Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. 2 Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 3 Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam. 4 Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan- kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pamahaman dan pengalaman ajaran Islam. 5 Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. 6 Pengajaran tentang Ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan fungsionalnya. 7 Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang 34 Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008, Cet. II, h. 69 secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain. 35

d. Metodologi Pendidikan Islam

Metodologi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “metodos”, yang terdiri dari dua suku kata; yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. 36 Dalam KBBI, metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. 37 Sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran. Dapat pula diartikan bahwa metodologi adalah ilmu tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. 38 Sementara itu pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik kearah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT baik kepada Tuhannya, sesama manusia, dan sesama makhluk lainnnya. Pendidikan yang dimaksud selalu berdasarkan kepada ajaran al- Qur’an dan al-Hadits. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan Islam. 39 Secara garis besar metode pendidikan Islami terdiri dari lima, yaitu: 35 Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi; Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. III, h. 134-135 36 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, Cet. V, h. 65 37 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, Edisi ke-3, Cet. IV, h. 740 38 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999, Cet. II, h. 99 39 Armai Arief, Pengantar Ilmu d an Metodologi Pendidikan Islam…, h. 40-41