Sumber Informasi Responden PEMBAHASAN

prostitusi. Para migran dan kelompok masyarakat dengan mobilitas tinggi rentan terhadap HIV dan sulit mendapatkan pemeliharaan maupun perawatan karena kurangnya informasi mengenai HIV. Berdasarkan pernyataan di atas peneliti berasumsi bahwa hal ini memicu responden untuk berperilaku beresiko bila terjadi hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga. Maka responden akan menghabiskan waktunya di luar rumah, dan hanya pulang ke rumah untuk mengganti pakaian serta istirahat. Selanjutnya responden yang sebagian besar masih dalam usia produktif akan mencari dan memenuhi kebutuhan psikologis di luar rumah karena tidak mendapatkannya dalam keluarganya.

5.2. Sumber Informasi Responden

Tindakan responden dalam mencari informasi mengenai pencegahan penularan HIV dari media massa Televisi, Koran dan Radio sebesar 100. Sesuai dengan teori Health Belief Model, bahwa ada empat variabel yang terlibat pada individu untuk bertindak mencegah suatu penyakit, diantaranya isyarat atau tanda-tanda. Isyarat atau tanda-tanda ini merupakan faktor eksternal, misalnya: pesan-pesan pada media massa, nasihat dan anjuran dari teman kerja dan sumber informasi lainnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Israyani 2008 pada pengguna narkoba suntik yang informannya adalah laki-laki mendapatkan informasi mengenai pencegahan penularan HIV melalui Lembaga yang peduli dengan HIV dan Media Massa seperti Televisi. Dalam hal ini keluarga dan teman tidak menjadi tempat Universitas Sumatera Utara mencari informasi karena tidak ada keterbukaan dan takut orang lain mengetahui perilaku mereka. Berdasarkan pernyataan di atas peneliti berasumsi bahwa responden mencari informasi mengenai HIV serta pencegahan penularannya dari media karena mereka juga merasa bahwa mereka berada pada lingkungan yang beresiko terinfeksi HIV. Seperti pernyataan responden dari wawancara terbuka dengan peneliti mengatakan bahwa responden memiliki beberapa pelanggan yang bekerja sebagai pekerja seks. Identitas pekerja seks yang identik dengan perilaku seksual yang beresiko membuat responden tertarik untuk mengetahui perkembangan kesehatan khususnya mengenai penyakit menular termasuk HIV. Tindakan responden dengan bertukar informasi mengenai pencegahan penularan HIV dengan teman kerja sebesar 100. Tindakan responden dalam mencegah diri agar tidak terinfeksi selalu diingatkan oleh teman kerja sebesar 89.7. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Notoatmodjo 2007 yang dikutip dari teori proses belajar Neisser , tanggapan-tanggapan yang diterima dari rangsangan stimulus dari luar kemudian akan direduksi, diuraikan, disimpan, ditemukan kembali, dan dimanfaatkan. Kemudian akan disimpan dalam memory ingatan. Menurut ILO 2004 seseorang yang memiliki waktu luang yang banyak diluar rumah, jauh dari keluarga, memiliki uang yang cukup memudahkan menikmati akses yang ada Mobile Man With Money And Migrant beresiko tertular HIV. Teman kerja dimana sebagai faktor eksternal, mempengaruhi responden dalam berperilaku. Sedangkan keluarga sebagai tempat utama yang seharusnya mampu mengontrol nilai- Universitas Sumatera Utara nilai budaya yang ada, diharapkan mempengaruhi supir taksi dalam melakukan tindakan pencegahan penularan HIV. Dari pernyataan di atas peneliti berasumsi berdasarkan hasil wawancara terbuka, adanya ikatan kekeluargaan diantara supir taksi membuat mereka lebih bebas dan terbuka dalam membahas permasalahan pribadi seperti tentang HIV. Mereka mengakui bahwa diantara mereka ada yang memiliki pelanggan pekerja seksual, namun mereka tidak kwatir karena tidak akan menular melalui hubungan sosial yang normal. Hal ini mereka ketahui dari media massa seperti koran yang mereka baca pada waktu istirahat dan perbincangan dengan teman kerja.

5.3 Pengetahuan Responden