Sikap Tentang Kekeliruan Penularan HIV Sikap Tentang Bahaya HIV Sikap menganjurkan teman dalam mencegah penularan HIV

salah seorang responden yang pernah membawa penumpang korban kecelakaan lalu lintas ikut panik sehingga tidak menggunakan pelindung tangan. Sikap responden dengan setuju menghindari kontak langsung darah penderita HIV sebesar 100, sedangkan sikap responden setuju dengan menggunakan kondom saat berhubungan seksual bukan dengan pasangan seksual sebesar 69.2 Tabel 4.17. Sikap responden setuju dengan melakukan operasi caesar pada ibu yang terinfeksi HIV sebesar 97.4, sedangkan sikap responden setuju dengan meminta alat suntik yang baru kepada petugas kesehatan sebesar 100. Sikap responden setuju dengan memakai sarung tangan dalam membantu korban kecelakaan lalu lintas sebesar 12.8 . Penelitian yang dilakukan di Kramat Tunggak yang dikutip Hull 1997, menunjukkan bahwa promosi penggunaan kondom kurang mendapatkan tanggapan, sebab sebagian dari pelanggan merasa terganggu. Hal ini bertolak belakang dengan pendapat Burns 2005, bahwa kondom merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari lateks dan tidak berpori sehingga aman digunakan dalam upaya pencegahan penyakit HIV. Oleh sebab itu berdasarkan teori di atas dapat dinyatakan bahwa pengetahuan, emosi dan situasi yang dihadapi oleh supir taksi sebagai akibat dari pekerjaannya menuntut supir taksi bersikap seperti apa yang telah diutarakannya.

5.4.2 Sikap Tentang Kekeliruan Penularan HIV

Universitas Sumatera Utara Sikap responden yang setuju menggunakan alat makan secara bergantian dengan orang yang sudah terinfeksi HIV karena menyebabkan tertular HIV adalah paling banyak sebesar 74.4 Tabel 4.18. Menurut Djoerban 2001 HIV tidak dapat menular melalui kontak sosial yang terjadi seperti berpelukan dan menggunakan pakaian dan alat makan secara bersama dengan orang yang sudah terinfeksi HIV tidak bisa menularkan virus HIV. Selain itu nyamuk dan serangga juga tidak bisa menularkan virus HIV. Mengantar dan menjemput pelanggan taksi juga tidak dapat menularkan virus HIV apabila tidak ada kontak langsung dengan cairan darah.

5.4.3. Sikap Tentang Bahaya HIV

Dari hasil penelitian dapat diketahui sikap responden yang setuju melakukan pencegahan karena belum ada obatnya sebesar 84.6 Tabel 4.21, sedangkan sikap responden setuju setiap orang mempunyai kemungkina tertular HIV sebesar 84.6. Menurut Muninjaya 1999, bahwa kesulitan dalam mengukur seseorang dalam studi menyangkut masalah HIV sebagai penyakit yang sampai saat ini belum ada obatnya membentuk sikap yang secara bersama-sama oleh tiga komponen pokok yaitu kepercayaan, ide dan konsep terhadap suatu objek, dan kecenderungan untuk bertindak. WHO mengatakan bahwa sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi, sikap akan diikuti oleh tindakan yang mengacu berdasarkan nila-nilai yang menjadi pegangan.

5.4.4. Sikap menganjurkan teman dalam mencegah penularan HIV

Universitas Sumatera Utara Sikap responden setuju dalam menganjurkan teman-teman untuk mencegah agar tidak terinfeksi HIV sebesar 12.8 Tabel 4.20, sedangkan sikap responden setuju menganjurkanan dengan setia pada pasangan seksual sebesar 12.8. Sikap responden setuju menganjurkan teman-teman dengan tidak melakukan transfusi darah yang tidak steril sebesar 100. Sesuai dengan teori Health Belief Model yang dikemukakan oleh Fieldtheory dan Lewin 1954 bahwa ada empat variabel yang terlibat pada individu untuk bertindak melawan mengobati penyakitnya yaitu; kerentanan yang dirasakan, keseriusan yang dirasakan, manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan serta isyarat atau tanda-tanda. Oleh sebab itu sikap yang ditunjukkan oleh supir taksi kepada teman-teman berdasarkan pengakuan supir bahwa mereka tidak mau mencampuri urusan pribadi rekan kerja menyangkut pencegahan HIV yang bersifat pribadi. Hal ini terjadi sesuai dengan teori bahwa ketika seseorang tidak merasakan ancaman dan kerentanan terhadap suatu penyakit tidak akan melakukan tindakan pencegahan.

5.4.5. Sikap Tentang Perlu Penyuluhan Dalam Memberikan Informasi Pencegahan Penularan HIV