prasarana. Sehingga hanya sebesar 38.5 responden saja yang memiliki tindakan yang baik.
5.5.1 Tindakan Yang Mendorong Responden Berperilaku Beresiko Tertular HIV
Tindakan yang mendorong berperilaku beresiko tertular HIV, berdasarkan hasil penelitian tindakan responden mengatakan sebesar 53.8 Tabel 4.26 disebabkan
karena mengantar dan menjemput pekerja seksual, sebanyak 46.2 mengatakan bahwa minum minuman keras memicu seseorang berperilaku beresiko.
Menurut Notoatmodjo 2005 yang dikutip dari teori Teori Lawrence Green yaitu faktor yang menentukan atau membentuk perilaku disebut determinan perilaku.
Diantaranya faktor penguat reinforcing factors yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu dan mampu untuk
berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Pekerja seksual yang dalam kondisi tertentu ada kalanya tidak mendapatkan
pelanggan, sedangkan pekerja seksual sudah menggunakan jasa supir taksi. Sebagai balas jasa, kadang pekerja seksual menawarkan diri sebagai penggantinya. Hal ini
merupakan faktor penguat supir taksi dalam melakukan perilaku beresiko, seperti melakukan hubungan seksual dengan pekerja seksual tanpa menggunakan kondom.
Menurut umar 2006, orang yang memiliki perilaku beresiko seperti membeli seks tanpa menggunakan kondom beresiko terinfeksi HIV melalui kontak langsung
dengan cairan darah yang ada dalam alat kelamin. Perilaku dapat terbentuk sebagai akibat dari pengaruh lingkungan seperti lingkungan klub malam.
Universitas Sumatera Utara
Dari pernyataan di atas peneliti berasumsi bahwa sebesar 53.8 responden mengatakan bahwa mengantar dan menjemput pekerja seksual mendorong responden
berperilaku beresiko terinfeksi HIV. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Meriani 1998 bahwa supir taksi tidak saja menyediakan sarana angkutan tapi ikut
juga dalam mencari klien pekerja seksual yang potensial. Sehingga sebagai balas jasa dari pekerja seksual kadang kala supir taksi juga ikut menikmati jasa dari pekerja
seksual.
5.5.2 Tindakan Pencegahan Penularan HIV
Tindakan responden dalam mencegah penularan HIV dengan setia pada pasangan seksual sebesar 89.7 Tabel 4.27, sedangkan sebesar 10.3 tidak tahu.
Hal ini terjadi karena usia supir taksi yang berada dalam usia reproduktif 29-38 tahun sebesar 41.4. Jumlah jam kerja yang banyak dan jauh dari keluarga mempengaruhi
perilaku supir taksi ke perilaku beresiko dengan memiliki lebih dari satu pasangan seksual. Dimana hubungan seksual sebagai salah satu cara dari penularan virus HIV.
Tindakan responden tidak menggunakan kondom sebesar 48.7, dan selalu menggunakan kondom sebesar 20.5 dalam pencegahan penularan melalui hubungan
seksual. Hal ini terjadi sebagai akibat supir taksi merasa tidak rentan terhadap HIV. Berdasarkan hasil penelitian diketahui tindakan yang dilakukan responden
tidak memakai apa-apa sebesar 53.8, memakai kain yang sudah tercemar pakaian korban kecelakaan sebesar 46.2. Berdasarkan pengakuan dari supir taksi yang
mengatakan mereka jarang membawa korban kecelakaan lalu lintas karena tidak mau berurusan dengan pihak berwajib. Seperti pengakuan dari seorang supir yang
mengungkapkan pengalamannya bahwa ketika itu diminta menjadi saksi.
Universitas Sumatera Utara
Tindakan meminta jarum suntik yang baru kepada petugas kesehatan pada saat melakukan injeksi di pelayanan kesehatan sebesar 100. Sedangkan tindakan
responden dengan meminta darah yang steril dari HIV sebesar 100 mencegah penularan HIV melalui transfusi darah. Tindakan responden dengan tidak
menggunakan narkoba sebesar 100 sebagai upaya pencegahan penularan HIV melalui jarum suntik narkoba.
Hal ini dapat terjadi karena responden beranggapan bahwa HIV mudah tertular melalui jarum suntik dan transfusi darah. Selain itu pemakaian narkoba jenis
jarum suntik yang dapat memicu kepada perilaku seksual yang bebas. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Sonja dan Cristoph 2007 penularan tertinggi adalah melalui
transfusi darah yang sudah terinfeksi HIV 90, oleh karena jumlah darah yang terinfeksi HIV sangat besar dimasukkan langsung ke pembuluh darah penerima
donor. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk ke dalam tubuh yang terkontaminasi HIV, seperti jarum tattoo atau pada pengguna
narkotik suntik secara bergantian. Hasil penelitian menunjukkan berkisar 0,3.
5.5.3 Tindakan Responden Menganjurkan Orang Lain Mencegah HIV