respon tadi. Kebanyakan orang cukup konsisten dalam menggunakan satu tipe berpikir saja. Sekitar 50 persen dari pernyataan moral seseorang bersesuaian
dengan tahap dominan yang ada padanya dan semua yang lain umumnya jatuh pada tahap yang langsung di atas atau di bawah tahap dominan itu. Dari
pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwasanya responden anak I berada pada tingkat pertimbangan moral tahap 4, berdasarkan dari keempat kasus, tiga
diantaranya responden anak I berada pada tingkat pertimbangan moral tahap empat, dan satu kasus berada pada tingkat pertimbangan moral tahap lima, ini
artinya sudah lebih dari 50 persen pernyataan responden mengacu pada tahap dominan yaitu tahap 4. Tahap empat dalam kasus ini, cenderung pada nilai-nilai
religiusitas.
2. Responden II a. Tingkat Penalaran Moral Responden
Berikut interpretasi dari respon-respon responden terhadap 4 buah cerita dilemma moral Kohlberg, yang dapat dijadikan kesimpulan tentang tingkat
pertimbangan moral responden itu sendiri.
1. Cerita Dilema Moral Pertama
Pada kasus mencuri demi kesembuhan istri, responden II memiliki jawaban bahwasanya hal yang dilakukan subjek dalam cerita tidak baik, karena ia
memiliki pikiran untuk mencuri, alasannya karena mencuri itu juga merupakan suatu dosa. Alasan dari pernyataan responden mengarah pada tingkat empat, yaitu
orientasi hukum dan ketertiban, hukum dan kewajiban untuk mempertahankan tata tertib yang tetap baik peraturan itu bersifat sosial ataupun religius yang
Universitas Sumatera Utara
dianggap sebagai nilai utama. Pada kasus ini responden anak kedua memiliki nilai utama yang sama dengan responden anak pertama yaitu nilai religius sebagai nilai
yang harus dipegang oleh subjek.
2. Cerita Dilema Moral Kedua
Pada kasus murid yang melempar kapur ke arah guru, responden II menjawab bahwa seharusnya hal tersebut harus dilaporkan, tidak perlu takut akan
konsekuensinya, karena sesuatu yang jahat Tuhan yang akan membalas. Alasan dari pernyataan responden mengarah pada pertimbangan moral tingkat empat,
ditinjau dari segi rasa bergantung dan otoritas Tuhan. Kasus dilemma moral ini juga bersesuai dengan pengalaman yang dialami responden sendiri, dimana sikap
dan tindakan yang diambil responden pada saat itu bersesuaian dengan jawaban responden atas kasus dilemma moral kedua.
3. Cerita Dilema Moral Ketiga
Pada kasus laki-laki buronan yang dijatuhi hukuman 10 tahun penjara, responden II menjawab bahwasanya subjek dalam cerita tersebut tidak perlu
melaporkan lelaki buronan tersebut, karena sekarang ia sudah berubah menjadi pria yang baik. Alasan dari pernyataan responden mengarah pada pertimbangan
moral tingkat tiga, yaitu perilaku yang baik adalah perilaku yang menyenangkan atau yang membantu orang lain.
4. Cerita Dilema Moral Keempat
Pada kasus euthanasia, tentang tindakan yang diambil seorang dokter, responden I menjawab bahwasanya subjek dalam cerita tersebut yaitu dokter,
Universitas Sumatera Utara
memang berada pada situasi yang sulit, namun dokter tersebut juga tidak boleh menambahkan dosis karena hal tersebut dapat mengurangi usia pasien, dalam hal
ini responden menyarankan agar dalam jangka waktu 6 bulan, subjek atau dokter tersebut berusaha mencari obat lain yang lebih tepat dengan harapan pasien
mungkin dapat sembuh. Alasan dari pernyataan responden mengarah pada pertimbangan moral tahap lima, yaitu terdapat suatu kesadaran yang jelas
mengenai relativisme nilai-nilai dan pendapat pribadi serta suatu tekanan pada prosedur yang sesuai untuk mencapai kesepakatan. Pada hal ini responden
menyatakan bahwa subjek dalam cerita ini pada posisi tertekan pada pendapat pribadi dan prosedur yang sesuai dalam pemberian obat. Hasilnya adalah suatu
tekanan atas “sudut pandangan legal”, namun tidak membuatnya beku dalam kerangka “hukum dan ketertiban” seperti gaya tahap 4, yaitu walaupun responden
bertahan dengan prosedur yang sesuai namun ia tetap memberikan solusi dengan cara mengupayakan cara lain yaitu mencari alternatif obat lain dalam jangka
waktu yang masih tersedia. Sama seperti pembahasan pada responden anak satu, kebanyakan orang
cukup konsisten dalam menggunakan satu tipe berpikir saja. Sekitar 50 persen dari pernyataan moral seseorang bersesuaian dengan tahap dominan yang ada
padanya dan semua yang lain umumnya jatuh pada tahap yang langsung di atas atau di bawah tahap dominan itu Kohlberg, 1995. Begitu pula yang terjadi pada
responden anak dua, dari keempat kasus, dua diantaranya responden berada pada tingkat pertimbangan moral tahap empat, satu kasus berada setingkat diatasnya
yaitu pertimbangan moral tahap lima dan satu lagi berada setahap dibawahnya
Universitas Sumatera Utara
yaitu pertimbangan moral tingkat tiga. Ini berarti 50 persen dari respon-respon responden mengarah pada tahap dominan yaitu tahap 4. Tahap empat dalam kasus
ini mirip dengan responden anak pertama, yaitu cenderung pada nilai-nilai religiusitas.
3. Responden III a. Tingkat Penalaran Moral Responden III