suatu penekanan atas aturan prosedural untuk mencapai kesepakatan. Terlepas dari apa yang telah disepakati secara konstitusional dan
demokratis, hak adalah soal “nilai” dan “pendapat” pribadi. Hasilnya adalah penekanan pada sudut pandangan legal, tetapi dengan penekanan
pada kemungkinan untuk mengubah hukum berdasarkan pertimbangan rasional mengenai manfaat sosial. Di luar bidang hukum, persetujuan
bebas dan kontrak merupakan unsur perangkat kewajiban. Tahap 6 : Orientasi prinsip etika universal
Hak ditentukan oleh keputusan suara batin, sesuai dengan prinsip- prinsip etis yang dipilih sendiri dan yang mengacu pada
komprehensivitas logis, universalitas, konsistensi logis. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak dan konsistensi logis. Prinsip-prinsip ini bersifat
abstrak dan etis, dan mereka tidak merupakan peraturan moral konkret dari agama. Pada hakikatnya inilah prinsip-prinsip universal keadilan,
resiprositas, dan persamaan hak asasi manusia serta rasa hormat terhadap manusia sebagai pribadi individual.
4. Komponen Pertimbangan Moral
Rest membagi komponen pertimbangan moral menjadi empat hal dalam Kurtines Gerwitz, 1992. Adapun empat komponen utama pertimbangan moral
yang dikemukakan oleh Rest, antara lain : 1.
Menginterpretasi situasi dan mengidentifikasi permasalahan moral mencakup empati, berbicara selaras dengan perannya, memperkirakan
Universitas Sumatera Utara
bagaimana masing-masing pelaku dalam situasi terpengaruh oleh berbagai tindakan tersebut.
2. Memperkirakan apa yang seharusnya dilakukan seseorang, merumuskan
suatu rencana tindakan yang merujuk kepada suatu standar moral atau suatu ide tertentu mencakup konsep kewajaran keadilan, pertimbangan
moral, penerapan nilai moral sosial. 3.
Mengevaluasi berbagai perangkat tindakan yang berkaitan dengan bagaimana caranya orang memberikan penilaian moral atau bertentangan
dengan moral, serta memutuskan apa yang secara aktual akan dilakukan seseorang mencakup proses pengambilan keputusan, model integrasi
nilai, dan perilaku mempertahankan diri. 4.
Melaksanakan serta mengimplementasikan rencana tindakan yang berbobot moral mencakup ego-strength dan proses pengaturan diri.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertimbangan Moral
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan moral seseorang, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan kognitif. Menurut Kohlberg ada hubungan paralel antara tahap
perkembangan kognitif dengan tahap perkembangan moral. Namun bukan berarti seseorang yang memiliki perkembangan kognitif tinggi akan memiliki
tahap perkembangan pertimbangan moral yang tinggi pula. Perkembangan kognitif berhubungan erat dengan intelegensi seseorang. Seseorang yang
memiliki tingkat perkembangan kognitif yang tinggi cenderung memiliki intelegensi yang tinggi pula, dengan demikian akan mempengaruhi tingginya
Universitas Sumatera Utara
tahap perkembangan moral orang tersebut. Menurut Bandura 1991, dalam Berns, 1997 dan Hoffman 1970, intelegensi adalah faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat perkembangan moral seseorang. 2.
Pendidikan. Pendidikan adalah prediktor yang kuat dari perkembangan penalaran moral, karena lingkungan pendidikan yang lebih tinggi
menyediakan kesempatan, tantangan dan lingkungan yang lebih luas yang dapat merangsang perkembangan pertimbangan moral yang lebih tinggi Rest,
1994. 3.
Kemampuan alih peran. Kemampuan alih peran adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan diri pada peran orang lain atau mengambil sikap dari
sudut pandang orang lain, sadar akan pikiran dan perasaan orang lain. Stimulasi sosial yang mendasar untuk perkembangan pertimbangan moral
adalah kesempatan alih peran melalui interaksi dan komunikasi dalam kelompok, seperti keluarga, teman sebaya, sekolah, dan masyarakat. Suasana
dalam keluarga yang dapat memungkinkan terjadinya dialog dan diskusi tersebut yang nantinya akan memungkinkan kesempatan alih peran. Karena
dalam pola asuh seperti ini orang tua mendorong untuk adanya proses dialogis dan memberi alasan dibalik peraturan-peraturan mereka kepada anak.
Sehingga anak memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mempertimbangkan juga pendapat orang tua Lickona, dalam Berns, 1977.
4. Timbulnya konflik moral-kognitif. Pengalaman akan konflik moral kognitif
dapat merangsang perkembangan moral. Hal ini dapat diusahakan dengan cara
Universitas Sumatera Utara
menampilkan situasi pengambilan keputusan yang melibatkan konflik moral Lickona, 1976.
5. Pola Asuh. Menurut Holstein dalam Hurlock 1990, anak-anak yang terlahir
di tengah-tengah keluarga yang demokrat sangat membantu anak mencapai tahap perkembangan moral yang tinggi. Hal tersebut dapat dimengerti karena
salah satu ciri dari pola asuh demokratis yaitu adanya kesempatan untuk terjadinya proses dialog antara orangtua dan anak serta adanya kebebasan bagi
anak untuk mengungkapkan atau mengekspresikan ide dan keinginan mereka. 6.
Kepribadian. Kontrol diri dan temperamen dapat mempengaruhi
perkembangan moral seseorang. Penelitian Mischel, Shoda Peake 1988 dalam Berns, 1977 menunjukkan bahwa anak yang memiliki kontrol diri
dapat menahan keinginan untuk berbincang-bincang selama eksperimen. Anak-anak yang memiliki kontrol diri ini dinilai sebagai anak yang lebih
kompeten dan memiliki tanggung jawab secara sosial sepuluh tahun kemudian pada masa remajanya.
Menurut Yusuf 2004 ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan moral, antara lain :
1. Konsisten dalam mendidik anak
Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak
2. Sikap orangtua dalam keluarga
Universitas Sumatera Utara
Secara tidak langsung, sikap orangtua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu atau sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu
melalui proses peniruan imitasi. Sikap orangtua yang keras otoriter cenderung melahirkan sikap disiplin semu pada anak, sedangkan sikap acuh
tak acuh atau sikap masa bodoh, cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggung jawab dan kurang memperdulikan norma pada diri anak. Sikap
yang sebaiknya dimiliki oleh orangtua adalah sikap kasih saying, keterbukaan, musyawarah dialogis, dan konsisten.
3. Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
Orangtua merupakan panutan teladan bagi anak, termasuk disini panutan dalam mengamalkan ajaran agama. Orangtua yang menciptakan iklim yang
religius, dengan cara memberikan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang
baik 4.
Sikap konsisten orangtua dalam menerapkan norma Orangtua yang tidak meghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak jujur,
maka mereka harus menjauhkan dirinya dari perilaku berbohong atau tidak jujur.
C. Pertimbangan Moral pada Anak dengan Pola Asuh Spiritrual Parenting