Dimensi Parenting Defenisi Spiritual Parenting

3. Defenisi Parenting

Menurut Darling 1999 pola asuh parenting adalah suatu aktifitas yang kompleks yang meliputi beberapa tingkah laku spesifik yang bekerja secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk mempengaruhi anak. Pengertian parenting menurut Gunarsa 1995 adalah cara orang tua bertindak sebagai orang tua terhadap anak-anaknya dimana mereka melakukan serangkaian usaha aktif. Parenting adalah perlakuan orang tua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari Meichati, 1978. Menurut Gunarsa 1989 keluarga merupakan lingkungan kehidupan yang dikenal anak untuk pertama kalinya, dan untuk seterusnya anak belajar didalam kehidupan keluarga. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh adalah serangkaian usaha aktif yang diterapkan oleh orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya, meliputi cara mendidik, memberikan perlindungan, perhatian, aturan-aturan, hadiah atau hukuman, serta tanggapan terhadap anaknya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Dimensi Parenting

Hetherington Parke 1999 membagi dua dimensi pola asuh yaitu emosionalitas dan kontrol. 1. Emosionalitas Kehangatan yang diberikan orangtua sangat penting dalam proses sosialisasi. Ketika orangtua mengasihi dan hangat terhadap anak, anak akan cenderung mempertahankan kedekatannya dengan orangtua dan akan merasa stress Universitas Sumatera Utara apabila kehilangan kasih sayang dari mereka. Sebaliknya orangtua yang melakukan penolakan terhadap anaknya, cenderung membuat anak menarik diri dari sosialisasinya. Crockenberg dan Litman mengemukakan bahwa kehangatan yang diberikan orangtua juga berhubungan dengan respon orangtua terhadap kebutuhan anak, sehingga anak akan merasa aman, nyaman, dan percaya diri. 2. Kontrol Orangtua mempunyai kontrol yang lebih besar dalam interaksinya dengan anak. Orangtua yang konsisten dalam memberikan kontrol akan membuat anak menginternalisasikan standar yang diberikan oleh orangtua.

5. Defenisi Spiritual Parenting

Nashori 2006 menyatakan dalam khazanah pemikiran psikologi kontemporer, gagasan tentang peran orangtua dalam meningkatkan spiritualitas termasuk konsep Tuhan pada diri anak diwadahi oleh konsep spiritual parenting. Pamugari dalam Irianto, 2002 mendefenisikan spiritual parenting sebagai sistem pengasuhan anak dengan paradigma menanamkan keimanan dan kesadaran rohani. Metode ini tergolong baru karena menggunakan paradigma holistik dalam memandang manusia. Pendidikan holistik adalah pendidikan yang ditujukan untuk membangun seluruh dimensi manusia, yaitu untuk membangun dimensi sosial, emosi, motorik, akademik, spiritual, kognitif, sehingga membentuk insan yang seutuhnya. Proses terbentuknya konsep Tuhan pada anak umumnya dipahami sebagai proses transformasi pengalihan gagasan dari orang dewasa orangtua dan guru Universitas Sumatera Utara kepada anak-anak. Adanya anggapan bahwa proses terbentuknya konsep Tuhan pada anak hanya terjadi karena proses transformasi gagasan semata seringkali membuat orangtua dan guru memahami bahwa pendidikan agama itu dilangsungkan dengan mentransfer sebanyak mungkin pengetahuan agama dan Tuhan pada anak. Pengajaran agama akhirnya cenderung ditekankan pada aspek kognitif. Pengaruhnya mungkin tidak terasa, namun sosok Tuhan yang diberikan dengan lebih menitikberatkan pada aspek kognitif, jelas akan kesulitan untuk dihadirkan sebagai teman dialog. Anak dapat menjelaskan keberadaan Tuhan dengan panjang lebar namun jelas tidak secara langsung membuat anak merasakan kehadiran Tuhan. Proses inilah yang menyebabkan pendidikan agama gagal menumbuhkan kearifan, kesadaran dan pengalaman ketuhanan Artanto, 2006. Sementara menjadi orang tua dengan menerapkan spiritual parenting berarti memprioritaskan kehidupan diri kita sendiri, dimana Tuhan berada pada urutan tertinggi, sehingga jiwa orangtua dan jiwa anak menjadi sangat penting. Spiritual parenting mengimplikasikan bahwasanya orang tua tidak hanya hadir untuk anak mereka, namun juga untuk diri mereka sendiri Hart, 2004. Seseorang yang lebih dulu mengakui diri sendiri sebagai makhluk spiritual, maka seseorang itu dapat mendidik anak-anak dengan menyadari bahwa anak-anak adalah individu yang benar-benar berketuhanan Doe,1998 Diantara prinsip pendidikan anak secara spiritual spiritual parenting adalah memperlakukan anak-anak sebagai sosok individu yang utuh, menawarkan spiritualitas sehari-hari yang dapat memupuk jiwa anak. Spiritualitas ada dalam Universitas Sumatera Utara kehidupan rutin para orang tua bersama anak-anak, peristiwa sehari-hari, percakapan saat makan malam, menciptakan ritual yang nyaman, melaksanakan tugas rumah sehari-hari, yang berpotensi untuk menjadi momen-momen suci Doe, 1998. Hidayat dalam Irianto, 2002 menambahkan bahwa prinsip spiritual parenting bisa diterapkan misalnya dengan mengajak anak untuk mengapresiasi Tuhan melalui ciptaannya, bisa melalui keindahan alam, sinar matahari, ataupun warna-warni bunga, anak diajak mengagumi dan menghayati karya Tuhan. Doe dalam Irianto, 2002 lewat bukunya juga mengutarakan cara mengimplementasi prinsip spiritual parenting, inti penerapannya tidak jauh berbeda dengan pendidikan agama yang diterapkan selama ini. Bedanya, metode baru ini tidak mencekoki anak dengan doktrin-doktrin ketuhanan. Ia merangsang anak untuk berpikir tentang Tuhan, memberikan pencitraan Tuhan yang mencintai, bukan Tuhan yang menunggu dengan rotan untuk memukul. Inti dari spiritual parenting adalah usaha yang dapat ditempuh orang tua dalam kehidupan sehari-hari untuk menguatkan spiritualitas anak. Gagasan umumnya adalah mengakrabkan konsep Tuhan kepada anak-anak sejak usia dini Nashori, 2006. Berdasarkan uraian di atas maka pengertian spiritual parenting adalah pola asuh menempatkan Tuhan pada urutan tertinggi, dalam sikap dan perilaku, yang diterapkan oleh orang tua dalam berinteraksi dengan anak, meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, atau hukuman, dan cara orangtua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. Universitas Sumatera Utara

B. Pertimbangan Moral 1. Defenisi Moral