yaitu pertimbangan moral tingkat tiga. Ini berarti 50 persen dari respon-respon responden mengarah pada tahap dominan yaitu tahap 4. Tahap empat dalam kasus
ini mirip dengan responden anak pertama, yaitu cenderung pada nilai-nilai religiusitas.
3. Responden III a. Tingkat Penalaran Moral Responden III
Berikut interpretasi dari respon-respon responden terhadap 4 buah cerita dilemma moral Kohlberg, yang dapat dijadikan kesimpulan tentang tingkat
pertimbangan moral responden itu sendiri.
1. Cerita Dilema Moral Pertama
Pada kasus mencuri demi kesembuhan istri, responden III memiliki jawaban yang konsisten bahwasanya seseorang itu tetap tidak boleh mencuri,
dengan alasan bahwa mencuri dilarang dalam agama Islam. Menurut responden, walaupun dengan itu berarti nyawa istri subjek dalam cerita dapat meninggal,
responden tetap dengan jawaban bahwa mencuri itu tidak boleh. Alasan dari pernyataan responden mengarah pada tahap empat, yaitu orientasi hukum dan
ketertiban, hukum dan kewajiban untuk mempertahankan tata tertib yang tetap baik peraturan itu bersifat sosial ataupun religius yang dianggap sebagai nilai
utama. Pada kasus ini nilai utama yang dipertahankan subjek adalah nilai religius.
2. Cerita Dilema Moral Kedua
Pada kasus murid yang melempar kapur ke arah guru, responden III menjawab bahwa seharusnya hal tersebut harus dilaporkan, karena subjek dalam
cerita bersalah. Alasan dari pernyataan responden juga mengarah pada
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan moral tahap empat, yaitu orientasi hukum dan ketertiban, hukum dan kewajiban untuk mempertahankan tata tertib yang tetap baik peraturan itu
bersifat sosial ataupun religius yang dianggap sebagai nilai utama. Perbuatan anak nakal itu harus mendapat hukuman guna terciptanya ketertiban.
3. Cerita Dilema Moral Ketiga
Pada kasus laki-laki buronan yang dijatuhi hukuman 10 tahun penjara, responden III menjawab bahwasanya subjek dalam cerita tersebut harus tetap
melaporkan lelaki buronan tersebut, agar ia menjadi jera. Alasan dari pernyataan responden juga mengarah pada pertimbangan moral tahap dua, yaitu orientasi
realativis-instrumental, dimana hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan di tempat umum. Terdapat unsur-unsur kewajaran, timbal balik, dan
persamaan pembagian, akan tetapi semuanya itu selalu ditafsirkan secara fisis pragmatis, timbal balik, dan bukan soal kesetiaan, rasa terima kasih dan keadilan.
Berbeda halnya dengan tahap empat yaitu hukum dan kewajiban, dimana perbuatan yang benar adalah menjalankan tugas, memperlihatkan rasa hormat
terhadap otoritas, dan pemeliharaan tata aturan sosial tertentu demi tata aturan itu sendiri.
Responden dalam kasus telah diberitahu bahwasanya buronan itu telah menjadi pria yang baik, namun ia tetap menilai bahwa itu hanya sebuah kepura-
puraan saja agar ia aman berada di perkampungan orang.
4. Cerita Dilema Moral Keempat