Cerita Dilema Moral Keempat

pertimbangan moral tahap empat, yaitu orientasi hukum dan ketertiban, hukum dan kewajiban untuk mempertahankan tata tertib yang tetap baik peraturan itu bersifat sosial ataupun religius yang dianggap sebagai nilai utama. Perbuatan anak nakal itu harus mendapat hukuman guna terciptanya ketertiban.

3. Cerita Dilema Moral Ketiga

Pada kasus laki-laki buronan yang dijatuhi hukuman 10 tahun penjara, responden III menjawab bahwasanya subjek dalam cerita tersebut harus tetap melaporkan lelaki buronan tersebut, agar ia menjadi jera. Alasan dari pernyataan responden juga mengarah pada pertimbangan moral tahap dua, yaitu orientasi realativis-instrumental, dimana hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan di tempat umum. Terdapat unsur-unsur kewajaran, timbal balik, dan persamaan pembagian, akan tetapi semuanya itu selalu ditafsirkan secara fisis pragmatis, timbal balik, dan bukan soal kesetiaan, rasa terima kasih dan keadilan. Berbeda halnya dengan tahap empat yaitu hukum dan kewajiban, dimana perbuatan yang benar adalah menjalankan tugas, memperlihatkan rasa hormat terhadap otoritas, dan pemeliharaan tata aturan sosial tertentu demi tata aturan itu sendiri. Responden dalam kasus telah diberitahu bahwasanya buronan itu telah menjadi pria yang baik, namun ia tetap menilai bahwa itu hanya sebuah kepura- puraan saja agar ia aman berada di perkampungan orang.

4. Cerita Dilema Moral Keempat

Pada kasus euthanasia, tentang tindakan yang diambil seorang dokter, responden III menjawab bahwasanya subjek dalam cerita tersebut yaitu dokter, Universitas Sumatera Utara tidak berhak memvonis usia seseorang, karena responden sangat meyakini hal tersebut adalah kekuasaan Tuhan. Responden juga tidak menyetujui jika dokter menambah dosis kepada pasien. Alasan dari pernyataan responden mengarah pada pertimbangan moral tingkat empat, mengenai hidup sebagai hal yang suci, kekuasaan Allah yang bernilai religius. Hidup itu bergantung pada Tuhan atau otoritas Tuhan, hidup bukanlah suatu nilai otonom manusia. Kohlberg 1995 menyatakan bahwasanya kebanyakan orang cukup konsisten dalam menggunakan satu tipe berpikir saja. Sekitar 50 persen dari pernyataan moral seseorang bersesuaian dengan tahap dominan yang ada padanya dan semua yang lain umumnya jatuh pada tahap yang langsung di atas atau di bawah tahap dominan itu. Dari pemaparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwasanya responden anak III juga berada pada tingkat pertimbangan moral tahap 4, berdasarkan dari keempat kasus, tiga diantaranya berada pada tingkat pertimbangan moral tahap 4, dan satu kasus pada tingkat pertimbangan moral tahap 2, artinya 50 persen lebih pernyataan responden mengacu pada tahap dominan yaitu tahap 4. Tahap 4 dalam kasus ini, cenderung pada nilai-nilai religiusitas dan tata tertib sosial. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN DISKUSI

A. Kesimpulan

1. Ketiga responden anak dengan pola asuh spiritual parenting memiliki tingkat pertimbangan moral yang sama yaitu tahap empat, orientasi huku m dan ketertiban. Dimana hidup dipahami sebagai sesuatu yang suci, ditinjau dari segi tempatnya dalam keseluruhan hak dan kewajiban yang kategoris moral atau yang bersifat religius. 2. Peran orangtua dan sekolah cukup mempengaruhi spiritualitas anak, sehingga nilai-nilai spiritual atau religius mewarnai jawaban-jawaban pertimbangan moral pada ketiga responden anak.

B. Diskusi

Responden dengan tingkat usia 11 tahun, telah mencapai tingkat pertimbangan moral tahap empat, yaitu tahap pertimbangan dengan orientasi hukum dan ketertiban. Dimana hal tersebut merupakan pencapaian tahap pertimbangan moral yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan tingkat pertimbangan moral anak seusianya. Seperti Kohlberg 1995 dalam penelitiannya mengungkapkan bahwasanya anak usia 10 – 13 tahun pada umumnya menggunakan jawaban gaya klasik tahap 2. Universitas Sumatera Utara