2.3.4 Fungsi dan Manfaat Budaya Organisasi
Budaya organisasi memiliki beberapa fungsi dalam organisasi, yaitu: 1 memberi batasan untuk mendefinisikan peran, sehingga memperlihatkan perbedaan
yang jelas antar organisasi; 2 memberikan pengertian identitas terhadap anggota organisasi; 3 memudahkan munculnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar
dibanding minat anggota organisasi secara perorangan; 4 menunjukkan stabilitas sistem sosial; 5 memberikan pengertian dan mekanisme pengendalian yang dapat
dijadikan pedoman untuk membentuk sikap serta perilaku para anggota organisasi; dan 6 membantu para anggota organisasi mengatasi ketidakpastian, karena pada
akhirnya budaya organisasi berperan untuk membentuk pola pikir dan perilaku anggota organisasi Robbins, 2002.
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh kedua belah pihak, baik organisasi maupun para anggotanya, manakala suatu organisasi menerapkan budaya
organisasi, dalam pengertian memberi perhatian pada sistem nilai yang dianut organisasi. Manfaat tersebut adalah: 1 memberikan pedoman bagi tindakan
pengambilan keputusan; 2 mempertinggi komitmen organisasi; 3 menambah konsistensi perilaku para anggota organisasi; dan 4 mengurangi keraguan para
anggota organisasi, karena budaya memberitahukan pada mereka bagaimana sesuatu dilakukan dan apa yang dianggap penting.
Memperhatikan fungsi dan manfaat budaya tersebut diatas, maka budaya dalam suatu organisasi sangat penting. Oleh karena itu budaya senantiasa dipelihara
dan dikembangkan karena disadari budaya merupakan alat tool dalam setiap melaksanakan kegiatan-kegiatan organisasi serta menjadi stimulasi untuk
meningkatkan kinerja organisasi.
RISMAWATI : PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KENERJA DOSEN POLITEKNIK NEGERI MEDAN, 2008.
2.3.5 Karakteristik Budaya Organisasi
Menurut Robbins 2002, ada tujuh ciri-ciri utama yang secara keseluruhan mencakup pentingnya budaya organisasi. Ketujuh ciri-ciri tersebut adalah:
a. Inovasi dan pengembalian resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi
inovatif dan berani mengambil resiko. b.
Perhatian terhadap detail. Sejauhmana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap detail.
c. Orientasi terhadap hasil. Sejauhmana manajemen lebih berfokus pada hasil-hasil
dan keluaran daripada kepada teknik-teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai keluaran tertentu.
d. Orientasi terhadap individu. Sejauhmana keputusan-keputusan yang diambil
manajemen ikut untuk mempertimbangkan efek-efek hasil terhadap individu yang ada dalam organisasi.
e. Orientasi tim. Sejauhmana kegiatan-kegiatan kerja lebih diorganisasi dalam tim,
bukan secara perorangan. f.
Agresivitas. Sejauhmana agar orang-orang berlaku agresif dan bersaing, dan tidak bersikap santai.
g. Stabilitas. Sejauhmana kegiatan-kegiatan keorganisasian lebih menekankan status
quo dibandingkan dengan pertumbuhan. O’Reilly, Chatman, dan Caldwell 1997, menemukan ciri-ciri budaya
organisasi sebagai berikut: a.
Inovasi dan pengambilan resiko. Mencari peluang baru, mengambil resiko, bereksperimen dan tidak merasa terhambat oleh kebijakan-kebijakan dan praktek-
praktek formal.
RISMAWATI : PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KENERJA DOSEN POLITEKNIK NEGERI MEDAN, 2008.
b. Stabilitas dan keamanan. Menghargai hal-hal yang dapat diduga sebelumnya,
keamanan dan penggunaan dari aturan-aturan yang mengarahkan perilaku. c.
Penghargaan terhadap orang. Memperlihatkan toleransi, keadilan dan penghargaan terhadap orang lain.
d. Orientasi hasil. Memiliki perhatian dan harapan yang tinggi terhadap hasil,
capaian dan tindakan. e.
Orientasi tim dan kolaborasi. Bekerja bersama secara terkordinasi dan berkolaborasi.
f. Keagresifan dan persaingan. Mengambil tindakan-tindakan tegas menghadapi
para pesaing.
2.3.6 Sumber-sumber Budaya Organisasi