Kendala Kebebasan Hakim dalam Penemuan Kebenaran Materiil

yang hidup ditengah masyarakat yang ada dilingkungan sekitarnya. Nilai- nilai tersebut seperti: a nilai politis, yakni nilai dimana keputusan dibuat atas dasar kepentingan politik dari partai politik atau kelompok kepentingan tertentu; b nilai organisasi, yaitu nilai dimana keputusan dibuat atas dasar nilai-nilai yang dianut oleh organisasi, seperti balas jasa dan sanksi yang dapat mempengaruhi anggota organisasi untuk menerima dan melaksanakannya. c nilai pribadi, yaitu nilai dimana keputusan dibuat atas dasar nilai-nilai pribadi yang dianut oleh pribadi pembuat keputusan untuk mempertahankan status quo, reputasi, kekayaan dan sebagainya. d nilai kebijaksanaan, yaitu nilai dimana keputusan dibuat atas dasar persepsi pembuat kebijaksanaan terhadap pertimbangan public. e nilai ideologi, yaitu nilai-nilai seperti nasionalisme yang dapat menjadi landasan pembuatan kebijaksanaan. 85

C. Kendala Kebebasan Hakim dalam Penemuan Kebenaran Materiil

Kendala kebebasanhakim dalam penemuan kebenaran materiil tidak terlepas dari faktor yang mempengaruhi hakim dalam membuat putusan.Kendala tersebut meliputi:

a. Kendala Struktural

Kebebasan hakim akan mengalami hambatan jika struktur lembaga tersebut bukan merupakan lembaga yang otonom dan merdeka, melainkan sebagai struktur yang tergantung pada kekuasaan struktur lembaga lain. 85 Antonius Sudirman, Hati nurani Hakim dan Putusannya Suatu Pendekatan dari Persfektif Ilmu Hukum Perilaku Behavioral Jurisprudence Kasus Hakim bismar Siregar, Citra Aditya Bakti, Bandung, Hlm. 196-197. Universitas Sumatera Utara ketika struktur tersebut merupakan subordinasi struktur lain, maka struktur akan tersubordinasi oleh lembaga lain yang akan berdampak terhadap kebebasan dan kemandirian lembaga dan seluruh komponen lembaga tersebut, dalam hal ini hakim sebagai komponen dari sistem peradilan Indonesia. Jaminan untuk tidak tersubordinasi kepada kekuasaan lain merupakan syarat mutlak bagi suatu lembaga peradilan yang tidak memihak terutama dalam penyelesaian perkara-perkara yang melibatkan lembaga lain yang memiliki kepentingan dalam perkara tersebut.

b. Kendala Peraturan Perundang-Undangan

Masalah lain yang mengekang kebebasan hakim dalam menjalankan fungsinya adalah peraturan perundang-undangan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Satjipto Raharjo bahwa penegakan hukum yang ahanya berpijak pada nilai positivism menganggap hukum sebagai sebuah bangunan atau tatanan logis-rasional, yakni membuat rumusan-rumusan atau definisi yang spesifik hukum, memilahkan, menggolongkan, mensistematisir, diterapkan belaka terhadap peraturan perundang-undangan. 86 Cara memahami dan menerapkan hukum seperti itu jelas-jelas bertentangan dengan amanat undang-undang kekuasaan kehakiman yang mendorong amanat undnag-undang kekuasaan kehakiman yang mendorong Dengan demikian hukum harus dipisahkan dari realitasnya yang penuh dan jauh dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam sosialnya. 86 Ahmad Kamil., Op.cit.,hlm.254. Universitas Sumatera Utara agar para hakim dalam menerapkan hukum dan keadilan harys mendasarkan pada nilai-nilai pancasila dan UUD 1945. Hakim yang dengan kebebasan hakim yang dipandu oleh nilai-nilai falsafah pancasila, diapstikan tidak akan menjadikan legalistic formal sebagai satu-satunya nilai yang mempengaruhi pikirannya. Karena filsafah pancasila mengajarkan cara berpikir hukum yang komprehensif dari segala sudut pandang yang tercermin dari sila-sila pancasila. Faktor peraturan hukum akan berdampak negatif kepada kemandirian dan kebebasan hakim yang dimuat dalam materi peraturan perundang- undangan, ajaran-ajaran dasar, seperti ajaran positivis, legalitas dan sebagainya, jika kebebasan hakim dalam menemukan kebenaran materiil dalam peraturan perundang-undangan tersebut dibatasi.

c. Kendala Kekuasaan

Moekthar Kusumaatmadja mengatakan bahwa “hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan, dan kekuasaan tanpa hukum adalah kezaliman”. 87 87 Ibid. Pandangan tersebut mengandung makna bahwa hukum dan kekuasaan sama-sama penting dalam sebuah negara, yang harus dihindari adalah intervensi kekuasaan terhadap kekuasaan lembaga kehakiman. Oleh karena itu, kekuasaan itu harus ada batasnya dan harus terbagi menjadi bidang tertentu, apabila berada pada satu tangan maka kekuasaan tersebut akan cenderung sewenang-wenang, yang berdampak terhadap pengekangan Universitas Sumatera Utara terhadap kebebasan bagi warga negaranya dan seluruh komponen dari negara tersebut.

d. Kendala Kesadaran Hukum Masyarakat

Kesadaran hukum masyarakat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian lembaga peradilan di Indonesia. Kesadaran hukum masyarakat yang tinggi akan menjadi faktor penting dalam mendukung kinerja dari lembaga peradilan. Selain berdampak langsung terhadap lembaga peradilan, kesadaran hukum masyarakat juga berdampak terhadap pranata hukum baik yang menyangkut meteri hukumnya, penegak hukumnya, maupun lembaganya. Pelayanan penegak hukum dalam memberikan nilai keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan akan mengalami kendala jika masyarakat tidak memahami hak dan kewajibannya dalam mendukung penegakan hukum.

e. Kendala Pemahaman

Hakim merupakan unsur penting dalam struktur organisasi kekuasaan kehakiman.Peranan hakim sangat dibuthkan dalam menemukan kebanran materiil. Sikap hakim yang tidak bebas akan mengakibatkan hakim kehilangan kemandirian dalam membuat putusan. Oleh karena itu, hakim harus memiliki pemahaman yang luas terhadap setiap perkara yang diajukan kepadanya.Pemahaman tersebut didapat melalui kebebasan hakim dalam berfilsafat, mengeluarkan pandangan, dan juga tidak terlepas dari pengalaman dalam melakukan penemuan hukum. Universitas Sumatera Utara

BAB IV Penerapan Konsepsi Dissenting Opinion dalam Berbagai Putusan Pengadilan

di Indonesia Sebagai Bentuk Kebebasan Eksistensial Hakim

D. Penerapan Dissenting Opinion dalam Peraturan Perundang-Undangan