Kebebasan Hakim Tinjauan Pustaka

5. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Analisis bahan hukum dilakukan dengan cara analisis kualitatif dengan menguraikan hasil penelitian tentang konsep, azas, doktrin secara deskriptif sehingga diperoleh gambaran yang jelas atas permasalahan yang diteliti dengan menggunakan penalaran deduktif.

6. Pengambilan Kesimpulan dan Perumusan Rekomendasi

Berpegang pada karakter ilmu hukum sebagai ilmu terapan dan preskriptif, maka preskripsi yang diberikan dalam penelitian ini berupa argumentasi baru terkait rumusan permasalahan serta merumuskan rekomendasi yang relevan yang dapat diterapkan.

F. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori dasar, asas, konsep dan pendekatan baru yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji.Oleh karena itu secara lebih rinci tinjauan pustaka ini memuat unsur kebebasan hakim, penemuan hukum, penemuan kebenaran materiil, dissenting opinion dan putusan pengadilan.

1. Kebebasan Hakim

Bebas berarti lepas sama sekali tidak terhalang, terganggu, sehingga dapat bergerak, berbicara, dan berbuat dengan leluasa. Membebaskan bermakna melepaskan dari ikatan, tuntutan, tekanan, hukuman, kekuasaan.Sedangkan kebebasan adalah kemerdekaan atau dalam keadaan bebas. Universitas Sumatera Utara Istilah kebebasan sering kali disebut sebagai bentuk ekspresi manusia yang menandakan mahluk merdeka.Ia melekat sekaligus berwujud dalam segala tingkah laku manusia. Kebebasan adalah fitrah sekaligus kebutuhan yang utuh yang mendasari perjalanan hidup, pengarahan diri.Dapat juga diartikan sebagai kemampuan untuk memilih dan kesempatan untuk memenuhi atau memperoleh pilihan itu.Dalam hidup setiap orang, kebebasan merupakan unsur hakiki, semua orang mengalami kebebasan karena hal tersebut melekat sebagai sifat manusia.Kesulitannya mulai muncul ketika orang ingin mengungkapkan pengalaman itu pada taraf refleksi. Kess Bertens sebagaimana dikutip oleh Ahmad Kamil mengemukakan ragam kebebasan kedalam beberapa kategori yaitu: 4 Kedua, kebebasan fisik.Disini bebas berarti tidak ada paksaaan atau rintangan dari luar. Orang menganggap dirinya bebas dalam arti ini, jika bisa bergerak kemana saja ia mau tanpa hambatan apapun. Orang yang diborgol atau dipasung tentu tidak akan bebas. Selama meringkuk dipenjara, seorang narapidana tidak bebas, tetapi ketika masa tahanannya lewat ia kembali menghirup udara kebebasan. Pertama, kebebasan dalam arti kesewenang-wenangan.Terkadang kebebasan dimengerti sebagai kesewenang-wenangan. Individu dikatakan bebas bila ia berbuat dengan sesuka hati; terlepas dari ikatan dan kewajiban, sehingga menabrakkan rambu-rambu kepentingan maupun hak orang lain. 4 Ahmad Kamil, Filsafat Kebebasan Hakim, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm 23-25. 4 Ibid. Hlm. Universitas Sumatera Utara Ketiga, kebebasan yuridis.Hal ini berkaitan erat dengan hukum dan harus dijamin oleh hukum.Kebebasan yuridis merupakan sebuah aspek dari hak-hak manusia. Jika orang berbicara persoalan kebebasan dalam arti ini, berarti ia berbicara tentang orang-orang yang dirampas haknya. Keempat, kebebasan psikologis.Melalui kebebasan psikologis, manusia mampu mengembangkan dan mengarahkan hidupnya sendiri.Kemampuan ini menyangkut kehendak bahkan merupakan ciri khasnya. Oleh karena itu, nama lain dari kebebasan psikologis adalah free will. Kebebasan ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk berasio.Ia mampu berpikir sebelum bertindak. Orang yang bebas adalah orang yang terlepas dari tekanan batin atau psikis.Orang yang menderita kelainan jiwa seperti kleptomania jelas tidak bebas.Ia seperti pencuri sungguhan, namun ia tidak bisa menentukan dirinya. Karena itu perbuatannnya dianggap tidak bebas. Kelima, kebebasan moral, yaitu kebebasan yang terlepas dari paksaan moral. Bila seseorang ditodong dengan senjata tajam, ia tentu tidak sepenuhnya bebas dalam menyerahkan harta bendanya. Ia memang menentukan diri, menyerahkan kekayaannya merupakan keputusannnya, tapi ia melakukannya dengan paksaan. Begitu perasaan moral itu hilang dengan kedatangan teman yang melumpuhkan si penjahat, ia akan berbuat lain. Keenam, kebebasan eksistensi, kebebasan ini merupakan bentuk kebebasan yang paling tinggi dan mencakup seluruh eksistensi dan pribadi Universitas Sumatera Utara manusia, tidak terbatas pada salah satu aspek saja.Orang yang bebas secara eksistensial seakan-akan memiliki dirinya sendiri.Ia mencapai taraf otonom, kedewasaan dan kematangan rohani. Orang yang bebas seutuhnya dapat mewujudkan eksistensinya secara kreatif dengan merealisasikan hal-hal tersebut secara otonom. Hal ini didorong oleh keinginan akan kemerdekaan, otonomi dan kedewasaan. Kehendak untuk merdeka inilah yang disebut dengan kebebasan yang luhur.Kebebasan inilah yang menuntun manusia untuk menentukan arah dan tujuan hidupnya secara mandiri, berdikari dan kreatif tanpa adanya tekanan yang menghambatnya dalam berkreasi.

2. Penemuan Kebenaran Materiil