Putusan Pengadilan Tinjauan Pustaka

Dalam penemuan hukum terdapat bebrapa aliran yang mempengaruhi hakim dalam menemukan kebenaran materiil yaitu aliran hukum Legisme, Mazhab Historis, aliranBegriffsjurisprudenz, aliranInteressenjurisprudenz. Dalam penemuan hukum terdapat banyak metode yang digunakan antara lain metode interpretasi penafsiran dan juga metode konstruksi. Interpretasi merupakan salah satu metode penemuan hukum yang memberikan penjelasan yang gambling mengenai teks undang-undang agar ruang lingkup kaidah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu.Penafsiran oleh hakim merupakan penjelasan yang menuju pada pelaksanaan yang dapat diterima masyarakat mengenai peraturan hukum terhadap peristiwa yang konkrit.Metode interpretasi merupakan sarana untuk mengetahui makna undang-undang, untuk merealisasikan fungsinya agar hukum positif tersebut dapat diberlakukan. Metode interpretasi ini merupakan alasan-alasan atau pertimbangan- pertimbangan yangs sering digunakan oleh hakim dalam memutus perkara yang selanjutnya dapat dibedakan atas metode interpretasi gramatikal, interpretasi teleologis atau sosiologis, interpretasi historis, interpretasi sistematis atau logis, interpretasi komparatif, interpretasi futuristik serta interpretasi restriktif dan eksensif. 11

3. Putusan Pengadilan

Putusan hakim merupakan suatu pernyataan hakim sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu, yang diucapkan di persidangan dan 11 Sudikno Metrokusumo., Op cit.., hlm. 37 Universitas Sumatera Utara bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para pihak. 12 Didalam literatur Belanda dikenal istilah “vonis” dan “gewijsde”.Yang dimaksud dengan vonis ialah putusan yang belum mempunyai kekuatan hukum yang pasti, sehingga masih tersedia upaya hukum biasa, sedangkan gewijsde ialah putusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang pasti, sehingga hanya tersedia upaya hukum khusus. Putusan tidak mempunyai kekuatan hukum tetap sebelum diucapkan oleh hakim dipersidangan.Putusan yang diucapkan dipersidangan uitspraak tidak boleh berbeda dengan yang tertulis vonis.Dalam Surat Edaran Mahkamah AgungNo. 51959 tanggal 20 April 1959 dan No. I1962 tanggal 7 Maret 1962 menginstruksikan antara lain agar pada waktu putusan diucapkan konsep putusan harus sudah selesai, maksud surat edaran ini ialah untuk mencegah hambatan dalam penyelesaian perkara dan mencegah perbedaan isi putusan yang diucapkan dengan yang tertulis. 13 Sesudah pemeriksaan dinyatakan ditutup, hakim mengadakan musyawarah terakhir untuk mengambil keputusan.Dalam pasal 182 ayat 5 KUHAP disebutkan bahwa “Dalam musyawarah tersebut, hakim ketua majelis mengajukan pertanyaan dimulai dari hakim yang termuda sampai hakim yang tertua, sedangkan yang terakhir mengemukakan pendapatnya adalah hakim ketua majelis dan semua pendapat harus disertai pertimbangan dan alasannya”. 12 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, Edisi Keempat, 1993, hlm. 174. 13 Ibid.,hlm. 177 Universitas Sumatera Utara Selanjutnya dalam pasal 182 ayat 6, “Pada asasnya putusan dalam musyawarah majelis merupakan hasil pemufakatan bulat kecuali jika hal itu setelah diusahakan dengan sungguh-sungguh tidak dapat tercapai, maka berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Putusan diambil dengan suara terbanyak; b. Jika ketentuan huruf a tidak juga dapat diperoleh, putusan yang dipilih adalah pendapat hakim yang paling menguntungkan bagi terdakwa”. Pelaksanaan pengambilan keputusan dicatat dalam sebuah buku sebagaimana yang dimuat dalam pasal 182 ayat 7 “pelaksanaan pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat 6 dicatat dalam buku himpunan putusan yang disediakan khusus untuk keperluan itu dan isi buku tersebut sifatnya rahasia”. Bahwa pengambilan keputusan didasarkan kepada surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam sidang pengadilan dan putusan itu sah secara hukum apabila diucapkan disidang terbuka untuk umum. Setelah putusan pemidanaan diucapkan, hakim ketua sidang wajib memberitahu kepada terdakwa tentang apa yang menjadi haknya, yaitu: 14 a. Hak segera menerima atau segera menolak putusan; b. Hak mempelajari putusan sebelum menyatakan menerima atau menolak putusan, dalam tenggang waktu yang ditentukan yaitu tujuh hari sesudah putusan dijatuhkan atau setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa yang tidak hadir Pasal 196 ayat 3 jo Pasal 233 ayat 2 KUHAP; 14 Andi Hamzah, Op.cit.,hlm.279-280. Universitas Sumatera Utara c. Hak minta penangguhan pelaksanaan putusan dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-undang untuk dapat mengajukan grasi, dalam hal ia menerima putusan Pasal 169 ayat 3 KUHAP jo Undang- Undang Grasi; d. Hak minta banding dalam tenggang waktu tujuh hari setelah putusan dijatuhkan atau setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa yang tidak hadir sebagaimana maksud dalam pasal 196 ayat 2 KUHAP, pasal 196 ayat 3 jo pasal 233 ayat 2 KUHAP; e. Hak segera mencabut pernyataan sebagaimana dimaksud dalam butir a dalam wkatu seperti yang ditentukan dalam pasal 235 ayat 1 KUHAP yang menyatakan bahwa selama perkara banding belum diputus oelh pengadilan tinggi, permintaan banding dapat dicabut sewaktu-waktu dan dalam hal sudah dicabut, permintaan banding dalam perkara itu tidak boleh diajukan lagi pasal 196 ayat 3 KUHAP.

4. Dissenting opinion