dengan kualifikasi dan pemidanaan atau hukuman yang dijatuhkan. Biasanya pernyataan yang disebut pada huruf h ini dicantumkan
dalam amar putusan. i
Pembebanan biaya perkara dan penentuan barang bukti. Ketentuan yang dimuat dalam huruf i menyangkut dua ketentuan yang
berhubungan dengan pembebanan biaya perkara dan besarnya biaya perkara dan mengenai alat bukti serta cara pengembalian barang bukti,
pemusnahan maupun perampasan barang bukti tersebut. j
Penjelasan tentang surat palsu, jika dalam persidangan ditemukan surat palsu maka akan dijelaskan dalam putusan.
k Perintah penahanan, tetap dalam tahanan atau pembebasan. Hal ini
dimuat sebagai upaya mencegah terjadinya kelalaian hakim yang berakibat putusan batal demi hukum.
l Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, hakim yang
menuntut dan panitera. Hal ini ditempatkan sesudah amar putusan.
8. Tehnik Pengambilan Putusan
Hakim dalam mengambil keputusan terhadap perkara yang diperiksa dapat memilih 3 tiga tehnik pengambilan putusan dan penerapan hukum
yaitu:
a.
Tehnik Analitik.
Metode ini juga disebut dengan yuridis giometris. Kalau para hakim mempergunakan metode ini maka ia harus menguasai hukum
acara secara lengkap.Metode ini dimulai dengan hal-hal yang bersifat
Universitas Sumatera Utara
khusus, lalu ditarik kesimpulan kepada hal-hal umum kesimpulan deduktif.Dalam pertimbangan hukum, hakim harus menguasai pokok
masalahnya terlebih dahulu secara real dan akurat, lalu disusunlah pertanyaan sehubungan dengan pokok masalah tersebut.
b.
Tehnik Equatable.
Tehnik ini harus dilihat dari segi kosmistis yang dikembanangkan dari prinsip keadilan.Isu pokok dulu yang harus dipertimbangkan, lalu
alat-alat bukti yang diajukan penggugat dan tergugat.Apabila alat-alat bukti itu telah diuji kebenarannya maka hakim menetapkan alat-alat bukti
itu dalam peristiwa konkrit, yang kemudian mencari hukumnya.
c.
Tehnik Silogisme.
Tehnik ini paling banyak dipakai oleh hakim karena ia sederhana dan dapat diterapkan dalam peristiwa apa saja. Tehnik ini disebut juga
dengan metode penalaran induktif, dimulai dari hal-hal yang bersifat ini umum kepada hal-hal yang bersifat khusus.Penggunaan hukum logika
yang dinamakan dengan silogisme menjadi dasar utama aliran ini, dan hakim mengambil kesimpulan dari adanya premise mayor, yaitu
peraturan hukumnya, dan primis minor, yaitu peristiwanya.Sebagai contoh, siapa mencuri dihukum. A terbukti mencuri, maka A harus
dihukum. Jadi rasio dan logika ditempatkan dalam ranah yang istimewa.Kekurangan undang-undang dapat dilengkapi oleh hakim
dengan penggunaan hukum logika dan memperluas pengertian undang- undang berdasarkan rasio.Kritik terhadap aliran ini, terutama berpendapat
Universitas Sumatera Utara
bahwa hukum bukan sekedar persoalan logika dan rasio, tetapi juga merupakan persoalan hati nurani maupun pertimbangan akal budi
manusia, yang kadang-kadang bersifat irrasional.
D. Konsepsi Dissenting Opinion 4. Sejarah Penerapan Konsep Dissenting Opinion