Kesimpulan Saran Dissenting Opinion Sebagai Bentuk Kebebasan Hakim dalam Membuat Putusan Pengadilan guna Menemukan Kebenaran Materiil

BAB V Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

1. Konsepidissenting opinion dalam putusan pengadilan pada dasarnya sudah dimuat dalam Pasal 182 ayat 6 dan ayat 7 KUHAP dan Pasal 14 ayat 3 dan ayat 4 Undang-Undang No 48 Tahun 2009, Jo Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004, Jo Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 Tentang Kekuasaan Kehakiman, yang memberikan kesempatan terjadinya perbedaan pendapat para hakim dalam memeriksa suatu perkara, tetapi dalam kedua norma tersebut mengatur bahwa dissenting opinion bersifat rahasia dan disimpan oleh ketua pengadilan. Dalam tataran praktik, terdapat beberapa putusan yang menerapkan konsep dissenting opinion merupakan satu kesatuan dengan putusan pengadilan. 2. Dalam menerapkan dissenting opinion maka hakim diberikan kebebasan yang berdimensi pancasila, yakni kebebasansecara personal maupun institusionaldalam penemuan kebenaran materiil yang disertai rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial sesuai dengan etika, norma, hukum, dan kesadaran akan tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada sesama manusia, serta bangsa dan negara. Dalam pelaksanaan kebebasan tersebut hakim dihadapkan pada berbagai kendala baik dalam hal struktural, kekuasaan, peraturan perundang-undangan, pemahaman, dan kendala yang berasal dari masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari berbagai faktor yang berasal dari diri hakim maupun faktor dari luar diri hakim. Universitas Sumatera Utara

B. Saran

1. Perlu dilakukan pengaturan dissenting opinion secara tegas, disertai mekanisme penerapannya dalam hukum positif Indonesia, dengan melakukan kajian perbandingan terhadap penerapan dissenting opinion di berbagai lembaga negara yang telah terlebih dahulu menerapkannya dan juga pada negara lain yang menerapkannya, untuk mendapatkan konsep dissenting opinion yang ideal diterapkan dalam sistem peradilan di Indonesia secara khusus bidang pidana. 2. Dissenting opinion dapat terlaksana dengan baik jika hakim diberikan kebebasan secara personal maupun institusional dalam mengadili perkara yang diajukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian tentang kebebasan eksistensial hakim yang berdimensi pancasila untuk selanjutnya diatur dalam hukum positif sebagai landasan hakim dalam penemuan kebenaran materiil. Universitas Sumatera Utara Daftar Pustaka

A. Buku