Sedangkan independensi institusional memandang lembaga peradilan sebagai suatu intitusi atau struktur kelembagaan. Sehingga pengertian
independensi adalah kebebasan intitusi peradilan dari pengaruh lembaga lain. Sedangkan independensi individu meletakkan hakim sebagai titik
sentral dari seluruh pengertian independensiyaitu kebebasan dari segala pengaruh dari dalam maupun dari luar dalam bentuk apapun.
Menurut Bagir Manan, majelis hakim dipandang menjadi tidak netral atau berpihak karena beberapa hal, antara lain karena pengaruh kekuasaan
dimana majelis hakim tidak berdaya menghadapi kehendak pemegang kekuasaan yang lebih tinggi, baikdari lingkungan kekuasaan kehakiman
sendiri maupun dari luar. Selanjutnya disebabkan oleh pengaruh publik, tekanan publik yang berlebihan dapat menimbulkan rasa takut atau cemas
kepada majelis hakim yang bersangkutan sehingga memberikan keputusan yang sesuai dengan paksaan publik yang bersangkutan.Pengaruh pihak
dapat bersumber dari hubungan primordial tertentu maupun karena komentar terhadap perkara.
63
8. Kebebasan Personal Hakim
Hakim sebagai penggerak lembaga kekuasaankehakiman harus benar- benar bebas dari segala bentuk tekanan, pengekangan, ancaman, intimidasi,
dan lainsebagainya baik dari dalam lembaga struktur organisasi peradilan maupun dari luar lembaga peradilan yang membuat jiwa dan perasaan
hakim merasa tidak nyaman, tidak bebas dalam menjalankan tugasnya.
63
Ibid.,hlm.222.
Universitas Sumatera Utara
Hakim bebas membuat putusan netral yang dilandasi oleh faktor-faktor kejadian yag ditemukan dipersidangan dan norma hukum yang relevan
tanpa harus terpengaruh oleh kepentingan lain. Kebebasan personal hakim dapat juga dipandangsebagai keadaan dimana hakim mampu membuat
putusan bebas di atas kebenaran tanpa takut dari segala bentuk pembalasan. Ketua Mahkamah Agung Negara Bagian California Ronald M.
George menyatakan bahwa:
64
64
Ibid.
“Discussions of judicial independence typically focus on the importance of independent decicion making. The need for freedom from
inappropriate influence whether political, personal, or fiscal informs analyses of the potentical pressures, and public expectation, on the decicion
making process.”
“Pembahasan tentang independensi kekuasaan kehakiman umumnya berpokok pada pentingnya independensi pengambilan keputusan. Perlunya
kebebasan dan penagruh yang tidak diinginkan apakah itu politik, personal, atau keuangan yang memberikan analisis dan pengaruh potensial atau
pemilihan di peradilan dan berhubungan dengan penggalangan dana, tekanan publik, dan ekspektasi masyarakat atas proses pengambilan
keputusan”
Inti persoalan dalam kajian independensi kekuasaan kehakiman terletak pada kebebasan personal hakim dalam proses pengambilan
keputusan. Hakim sebagai garda terdepan dalam penegakan hukum harus benar-benar bebas dari segala bentuk tekanan, pengekangan, ancaman,
intimidasi dan lain sebagainya baik dari dalam lembaga struktur organisasi peradilan, maupun berasal dari lembaga peradilan yang membuat jiwa dan
perasaan hakim merasa tidak nyaman, tidak bebas dalam melaksanakan tugasnya serta mendapatkan jaminan atas kebebasan secara politik,
konstitusional, yuridis, dan sosiologis atas kebebasan eksistensial hakim.
Universitas Sumatera Utara
Kenneth C. Jenne mengemukakan bahwa kebebasan personal hakim diterangkan sebagai berikut:
65
B. Persfektif Kebebasan Hakim Dalam Penemuan Kebenaran Materiil