mahluk individu maupun mahkluk sosial untuk saling tolong menolong.Rasa kekeluargaan ini harus lebih perseorangan, lebih
mengutamakan kewajiban sosial daripada penuntutan hak pribadi, lebih mengutamakan memadukan pendapat dengan jalan musyawarah daripada
menekankan pendapat sendiri terhadap pihak lain, dan mengutamakan nilai- nilai ketuhanan.
Pancasila mengajarkan penghargaan dan penghormatan atas manusia sebagai pribadi yang bersifat utuh dan lengkap dan juga kodratnya sebagai
mahkluk yang berbudaya.Oleh karena itu, perlu dijamin kebebasan individu sebagai unsur fundamental.
56
7. IndependensiKekuasaan Kehakiman
Jadi dengan demikian, kebebasan dalam persfektif pancasila merupakan kebebasan yang terkandung dalam setiap butir-butir pancasila
yang mencerminkan penghormatan terhadak individu manusia itu sendiri.
Dalam penemuan kebenaran materiil, hakim harus bebas baik secara personal maupun secara kelembagaan. Kebebasan inilah yang akan
menuntun hakim dalam membuat putusan yang mencerminkan cita hukum. Independensi kehakiman merupakan gagasan yang bersifat kompleks,
yang dijadikan sebagai intrumen dalam menegakkan cita hukum. Dikatakan bersifat kompleks karena pemikiran tentang independensi kekuasaan
kehakiman berkembang tidak dapat dilepas dari kondisi yang terjadi di masyarakat yang saling berkaitan satu sama lain. Jika kita hendak
56
Ibid., hlm.132
Universitas Sumatera Utara
membatasi kekuasaan kehakiman maka kita dapat menggunakan berbagai gagasan yang timbul dari masyarakat untuk membatasi kekuasaan tersebut,
demikian juga sebaliknya. Menurut Susan S. Logan bahwa independensi kekuasaan kehakiman
terdiri atas dua komponen, yaitu independensi dalam memutus perkara dan independensi struktural.
57
Sementara Ferejohn menyatakan bahwa independensi kekuasaan kehakiman dapat bersifat internal atau normatif dan
ekternal atau aspek institusional.
58
Ahli hukum Belanda, Franken menyatakan bahwa independensi kekuasaan kehakiman dapat dibedakan dalam 4 empat bentuk
59
1. Independensi konstitusional constitutionele Onafhankelijkheid.
yaitu:
2. Independensi fungsional zakelijke of functionele onafhankelijkheid.
3. Independensi personal hakim persoonlijke of rechtspositionale
onafgankelijkheid. 4.
Independensi praktis yang nyata practisce of feitelijke onafhankelijkheid
Menurut Oemar Seno Adji, independensi kekuasaan kehakiman dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu, independensi fungsional atau zakelijk
dan independensi persoonlijk atau
rechtpositionele.Independensi konstitusional adalah independensi yang dihubungkan dengan doktrin trias
politika dengan sistem pembagian kekuasaan menurut Montesquieu, maka
57
Ibid., hlm.215
58
Ibid.
59
Ibid.,hlm.215-216.
Universitas Sumatera Utara
lembaga kekuasaan kehakiman harus independen dalam arti kedudukan kelembagaan harus bebas dari pengaruh publik.
60
Independensi personal hakim merupakan kebebasan hakim secara individu ketika berhadapan dengan suatu sengketa.Brenninkmeijer
mengatakan “independensi fungsional harus dilihat sebagai hasil dari inpendensi personal hakim”.
Independensi fungsional berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh hakim ketika menghadapi suatu perkara dan harus memberikan suatu
putusan.Independensi hakim dapat diartikan bahwa setiap hakim boleh menjalankan kebebasannya untuk menafsirkan undang-undang apabila
undang-undang tidak memberikan pengertian yang jelas.Karena
bagaimanapun hakim mempunyai kebebasan untuk menerapkan isi undang- undang pada perkara yang sedang diperiksanya.Independensi seubtansial
dapat juga dipandang sebagai pembatasan, dimana seorang hakim tidak boleh memutuskan suatu perkara tanpa dasar hukum.Independensi
subtansial dapat juga diartikan bahwa dalam kondisi tertentu, hakim atau lembaga kekuasaan kehakiman dapat mencabut suatu ketentuan peraturan
perundang-undangan yang dianggap bertentangan dengan nilai keadilan.
61
Independensi praktis adalah independensi hakim untuk tidak berpihak imparsial.Hakim itu harus mengikuti perkembangan dinamika sosial yang
terjadi di masyarakat sebagai dasar untuk mengetahui sejauhmana dapat menerapkan norma-norma dalam kehidupan masyarakat.
60
Ibid.,hlm.216.
61
Ibid.,hlm.217.
Universitas Sumatera Utara
Kebebasan fungsional berarti bahwa kekuasaan pemerintah tidak boleh melakukan intervensi yang bersifat atau patut diduga akan
mempengaruhi jalannya proses pengambilan keputusan dalam penyelesaian perkara yang dihadapi oleh hakim. Sedangkan kemerdekaan institusional
berhubungan dengan kemerdekaan kelembagaan pengadilan dari lembaga pemerintah lainnya, khususnya legislatif.
Independensi kekuasaan kehakiman dapat juga diartikan sebagai kekuasaan yang merupakan perimbangan antara kekuasan eksekutif dan
kekuasaan legislatif.Pengertian seperti ini menurut Kuijer disebut sebagai pengertian yang sempit atau stict definition.
62
62
Ibid.,hlm.219.
Pengertian ini telah mengalami perluasan sehingga lebih mengarah kepada kemerdekaan hakim ketika
memutuskan perkara berdasarkan hati nuraninya tanpa pengaruh dari kekuasaan apapun, termasuk pengaruh dari negara, para pihak dan tekanan
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Independensi sejatinya adalah kebebasan dari pengaruh yang tidak
selayaknya. Pengaruh tersebut dapat bersumber dari luar kekuasaan kehakiman, baik yang bersumber dari lembaga legislatif maupun eksekutif
atau dari kelompok yang kuat yang ada dalam masyarakat atau dari opini publik yang mungkin disuarakan oleh media massa. Pada dasarnya
masyarakat membutuhkan suatu langka institusional dan hukum untuk menjamin agar hakim secara individu dan kekuasaan kehakiman sebagai
lembaga kolektif dapat independen dari berbagai kekuatan ekternal.
Universitas Sumatera Utara
Shetreet mengatakan bahwa konsepsi modern tentang kemerdekaan kekuasaan kehakiman tidak dapat dibatasi pada kemerdekaan individu
hakim dan kepada kemerdekaan personal atau substantifnya.Sudah seharusnya kemerdekaan kekuasaan kehakiman itu juga termasuk
kemerdekaan kolektif dari kekuasaan kehakiman itu sendiri sebagai cabang kekuasaan negara.Selain itu, kekuasaan kehakiman tidak seharusnya
diterjemahkan hanya kepada pengertian perlindungan hakim dari tekanan eksekutif maupun legislatif.Sudah seharusnya termasuk juga kemerdekaan
internal, misalnya kemerdekaan hakim dalam struktur pengadilan. Dari berbagai pendapat tersebut dapat dikemukan bahwa pengertian
independensi kekuasaan kehakiman setidak-tidaknya mempunyai dua aspek yaitu dalam arti sempit, independensi kekuasaan kehakiman berarti
independensi institusional atau dalam istilah lain disebut sebagai independensi struktural atau independensi ekternal atau independensi
kolektif. Dalam arti luas, kekuasaan kehakiman meliputi independensi individu atau independensi internal, atau independensi fungsional atau
independensi normatif. Independensi personal dapat dipandang dalam dua aspek yaitu
independensi seorang hakim terhadap pengaruh sesama hakim atau koleganya, independensi substantif, yaitu independensi hakim terhadap
kekuasaan manapun baik ketika memutuskan perkara maupun ketika menjalankan tugas dan kedudukannya sebagai hakim.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan independensi institusional memandang lembaga peradilan sebagai suatu intitusi atau struktur kelembagaan. Sehingga pengertian
independensi adalah kebebasan intitusi peradilan dari pengaruh lembaga lain. Sedangkan independensi individu meletakkan hakim sebagai titik
sentral dari seluruh pengertian independensiyaitu kebebasan dari segala pengaruh dari dalam maupun dari luar dalam bentuk apapun.
Menurut Bagir Manan, majelis hakim dipandang menjadi tidak netral atau berpihak karena beberapa hal, antara lain karena pengaruh kekuasaan
dimana majelis hakim tidak berdaya menghadapi kehendak pemegang kekuasaan yang lebih tinggi, baikdari lingkungan kekuasaan kehakiman
sendiri maupun dari luar. Selanjutnya disebabkan oleh pengaruh publik, tekanan publik yang berlebihan dapat menimbulkan rasa takut atau cemas
kepada majelis hakim yang bersangkutan sehingga memberikan keputusan yang sesuai dengan paksaan publik yang bersangkutan.Pengaruh pihak
dapat bersumber dari hubungan primordial tertentu maupun karena komentar terhadap perkara.
63
8. Kebebasan Personal Hakim