Syarat-Syarat Perkawinan RITUAL PERKAWINAN ADAT ACEH YANG MERUPAKAN SALAH SATU

lebih untuk kepentingan masa depan anak-anak yang ditinggalkan oleh salah seorang dari ibu atau ayahnya. Pada umumnya perkawinan ini atas prakarsa dan kerabat terdekat dan terpenuhinya maksud perkawinan keluarga ini semata-mata atas pertimbangan kemanusiaan, atau karena memeggang hasrat keluarga.

4.4 Syarat-Syarat Perkawinan

Yang dimaksud dengan syarat-syarat perkawinan ialah himpunan norma- norma agama dan adat yang mengatur hal-hal yang harus dipenuhi, untuk sahnya ataupun sempurnanya suatu perkawinan. Diantara syarat-syarat tersebut menyangkut segi umur, kesehatan jasmani dan rohani, maskawin dan hadiah perkawinan, sumbangan tenaga untuk perkawinan dan hal-hal yang menyangkut tata cara perkawinan. Sebagai pemeluk agama Islam, masyarakat Aceh mentaati segala ketentuan Islam mengenai perkawinan, agar semua syarat-syarat yang ditentukan dapat terpenuhi untuk sahnya pendidikan. Syarat agama bertujuan mengesahkan perkawinan, sedangkan syarat-syarat adat lebih cenderung untuk terpenuhinya hasrat sosial dalam menghormati kebiasaan leluhurnya. Syarat pertama perkawinan, adalah kedewasaan. Kedewasaan umur dan kedewasaan kepribadian, yang kedua-duanya sangat dipentingkan oleh setiap kelompok masyarakat adat di Aceh lebih tinggi dari pada umur wanita. Mungkin karena perkawinan memberi beban tanggung jawab lebih berat kepada laki-laki, sehingga untuk itu maka diperlukan waktu lebih lama untuk menjadikan kematangan fisik dan mental. Universitas Sumatera Utara Dalam masyarakat di Aceh seorang pemuda dianggap layak kawin untuk pertama kalinya pada usia 18 sampai 20 tahun, karena pada usia itu dianggap sudah dewasa. Sedangkan bagi seorang wanita lazim dikawinkan pada usia sekitar 15 sampai 25 tahun. Yang lebih penting dari hal tersebut ialah kematangan pribadi yang dalam kebiasaan di Aceh, mempunyai kriteria tersendiri tentang bila saatnya kedewasaan untuk kawin itu. Hal-hal yang dianggap penting ialah bahwa seorang sudah dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar, dapat mengerjakan sembayang lima waktu, demikian pula sembahyang Jum’at dan Hari Raya, mengetahui adat sopan santun dalam pergaulan sehari-hari dengan masyarakat dan sebagainya. Syarat kedua ialah persetujuan antara pihak laki-laki dengan pihak wali dari pihak wanita, tetapi dalam praktek pernikahan sekarang ini juga diminta persetujuan dari wanita itu sendiri. Seterusnya pembayaran mas kawin mahar sebelum dilakukan akad nikah atau acara Ijab Kabul dihadapan dua orang saksi yang beragama Islam dan berkelakuan baik. Mengenai syarat kesehatan tidak dinyatakan dengan tegas, meskipun dalam hal perceraian salah satu pihak dapat mengajukan tuntutan cerai kepada pihak lainnya yang menderita penyakit menular gila atau laki- laki yang lemah syahwatnya. Demikian syarat-syarat pokok perkawinan menurut Islam yang berlaku secara merata di daerah Istimewa Aceh. Mas kawin disebut “Janamee“ Aceh : Jenamu Anauk Jamee, mahar, atau uang antara Tamian, dan dafa Alas. Pengertian mas kawin pada masyarakat yang Universitas Sumatera Utara bersistem social bilateral, pada umumnya, merupakan syarat nikah sesuai dengan ketentuan agama dan adat istiadat. Meskipun mas kawin itu dipandang sangat syarat, namun kebiasaan dari berbagai-bagai daerah di Aceh mempunyai variasi yang berbeda dalam menentukan besarnya maskawin, demikian juga dalam cara mengumpulkan dan menyerahkan masyarakat kawin itu kepada keluarga si gadis. Pada umumnya mas kawin ditentukan dengan nilai emas, yang berkisar diantara 5 sampai 10 macam emas murni. satu mayam kira 3.3 gram. Pada umumnya kewajiban membayar mas kawin jenamee dibebankan kepada orang tua pengantin laki-laki, apabila perkawinan itu berlangsung untuk pertama kalinya. Dalah hal orangtua pengantin telah almarhum, maka kewajiban itu beralih pada keluarga, terutama mereka yang termasuk dalam jalur wali si pemuda. Disamping mas kawin ada lagi uang hangus. Yang dimaksud uang hangus ialah sejumlah uang yang diminta atau ditetapkan untuk serahkan oleh pihak laki-laki bersamaan dengan penyerahan mas kawin jinamee. Penetapan uang hangus biasanya secara musyawarah, bersamaan pada saat melakukan lamaran. Dalam istilah Aceh disebut ba ranub bawa sirih. Kebiasaan uang hangus merupakan unsur haru dalam adat kebiasaan perkawinan di Aceh, yang dulunya tidak dikenal dalam adat yang asli, pada saat mana upacara perkawinan berlangsung secara gotong royong dengan semangat kekeluargaan. Kemungkinan idée uang hangus merupakan salah satu pengaruh perkotaan yang serba ekonomis itu, dan kenyataannya di Aceh pun uang hangus itu Universitas Sumatera Utara lebih banyak dipraktekkan di sekitar masyarakat kota untuk maksud membantu biaya penyelenggaraan pesta atau peralatan perkawinan. Disamping syarat-syarat yang bersifat materi, masih ada lagi syarat-syarat yang bersifat non material. Syarat-syarat yang bersifat non material, termasuk di dalamnya syarat-syarat formal seperti melamar, akad nikah dan sebagainya. Disamping itu syarat lain yang termasuk ke alamnya dan bersifat keupacaraan, yaitu berupa bentuk adat dan upacara. Pengertian yang terkandung di dalamnya sejauh mana kesanggupan dari kedua belah pihak suami istri untuk menyelenggarakan upacara adat, berdasarkan kelaziman, resam, dan kanun.

4.5 Upacara Sebelum Perkawinan