Duduk Bermufakat Mengantarkan Tanda

4.5.1 Duduk Bermufakat

Duduk bermufakat atau duduk bermusyawarah ini dimaksudkan. Memanggil seluruh ahli waris untuk memberitahukan, bahwa si A telah diperoleh jodohnya dan meminta persetujuan kaum kerabatnya, serta merencanakan persiapan-persiapan selanjutnya. Persiapan-perispan itu merupakan penentuan waktu mengantarkan tanda pertunangan. Lebih jauh dari itu penentuan waktu, kapan peresmian perkawinan dilaksanakan. Upacara duduk bermufakat bertujuan untuk memberitahukan kepada seluruh ahli waris, bahwa salah seorang dari pada anggota kerabat mereka akan memenuhi jenjang rumah tangga. Lebih jauh duduk bermufakat bertujuan untuk mencapai kebulatan kata dan solidaritas dari seluruh ahli waris anggota kerabat. Pada upacara duduk bermufakat diwarnai dengan berbagai-bagai pendapatan, pertimbangan, dan kemudian keputusan-keputusan. Dalam hal ini segenap buah pikiran maupun saran-saran diharapkan oleh seluruh anggota kerabat, sehingga terhindar dari kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi, yang bisa memberi suatu hal yang tidak diinginkan malu terhadap anggota kerabat tertentu anggota kerabat pemuda, maupun anggota kerabat wanita.

4.5.2 Mengantarkan Tanda

Mengantarkan tanda merupakan pekerjaan lanjutan setelah penentuan jodoh seorang calon pengantin laki-laki. Tanda itu berupa bawaan, sesuatu yang datangnya dari pihak calon pengantin laki-laki kepada pihak calon pengantin wanita. Bawaan itu berupa bahan-bahan makanan, pakaian dan sebagian dari mahar atau mas kawin. Universitas Sumatera Utara Lazimnya sekarang sekarang sebagian mas kawin yang dipersembahkan kepada pihak calon pengantin wanita itu berupa emas dan ada pula dalam bentuk uang. Sebelum mengantarkan tanda pertunangan didahului pula oleh fase-fase pendekatan pendahuluan antara pihak calon pengantin laki-laki dan pihak calon pengantin wanita yang dilaksanakan oleh teulang ke. Pembicaraan ini di daerah adat Aceh disebut meurinteeh membuka jalan. Sebelum acara penyerahan tanda pertunangan tanda kong narit terlebih dahulu rombongan pendatang beserta rombongan penanti disuguhkan kenduri makan dan minum ala kadarnya. Sebagai santapan makan dan minum, kedua belah pihak beramah tamah unuk beberapa waktu lamanya, yang kemudian baru di mulai acara meminang. Pembukaan kata dimulai oleh salah seorang tua yang dianggap mampu dari pihak rombongan calon pengantin laki-laki. Tema pembicaraan itu didasarkan pada ungkapan kata-kata yang cenderung bernadakan kata-kata puitis yang mengandung maksud melamar, missal ungkapan kata-kata dari daerah adat Aceh adalah sebagai berikut : Deungon izi Allah, trok langkah kamo keuno, hajat kamo jak kalon saboh bungong nyangga di rumoh nya, Teungku-teungku nyang guree di sino, peukeuj bugon nyan hana seunalob jih ? Meunyo goh lom na seunalob jih, jeud keuh kamo salob bungong nya ? Maksudnya, dengan izin Allah kami dating ke mari, maksud dan tujuan kami untuk menyelubung setangkai bunga yang ada di rumah ini. Teungku-teungku guru kami disini, apakah bunga tersebut sudah ada selubungnya ? kalau belum ada, bolehkan kami menyelubungi bunga itu ? Universitas Sumatera Utara Setelah datang pertanyaan dengan ungkapan-ungkapan yang demikian dari wakil rombongan pihak calon pengantin laki-laki, lalu salah seorang tua atau datok yang mewakili ahli waris pihak calon pengantin wanita menjawab dalam ungkapan- ungkapan sebagai berikut : “Syukor Alahamdulliah, meunorot nyang inupeu kamo, bungong nyang teungku meukeusud, goh lom na inalob jih. Meunyo teungku-teungku meuhajat keumenung salob bungon nyan, hajat teungku-teungku ateuh jemala kamo“. Maksudnya Syukur Alahamdulliah, menurut yang kami ketahui, bunga yang teungku-teungku maksud, belum ada seblubungnya. Bila teungku-teungku berhajat menyelubungi tangkai bunga tersebut, kami junjung di atas kepala kami.

4.5.3 Ketentuan-Ketentuan Lain