Pada upacara peresmian, lebih dititik beratkan difokuskan pada mater-materi yang diperlukan yang meliputi peralatan dan keuangan. Dalam hal ini peranan dari
kaum kerabat makin menentukan dengan tidak mengambilkan tokoh-tokoh masyarakat setempat seperti Keuchik dan Teungku kampung.
Upacara peresmian perkawinan diadakan kedua belah pihak suami-istri sudah menyepakati waktu memulai perantara. Waktu dipilih disesuaikan dengan hari
dan bulan tertentu, yang menurut anggapan orang Aceh lebih baik. Pemilihan waktu peresmian perkawinan terbaik, dikaitkan pula dengan ekonomi. Artinya orang Aceh
memilih waktu bila panen sudah berakhir dah hasilnya sudah ada di rumah, dengan maksud mengentengkan meringankan pembiayaan pihak-pihak yang bersangkutan
pada saat-saat peresmian perkawinan. Karena sistem turun ke sawah masih setahun sekali di Aceh maka waktu yang dipikir untuk mengadakan peresmian perkawinan
adalah sekitar bulan April dan Mei tahun Masehi atau sekitar bulan Rabi’ulawal dan Rabin’ulakhir tahun Hijriah. Pada saat-saat tersebut hasil panen sudah berada di
berandang rumah kepuk padi. Untuk mengadakan pesta perkawinan dilakukan di dua tempat calon suami dan calon istri. Sedangkan khusus untuk malam
“mempelai“ atau “bersanding dua“ diadakan di rumah mempelai wanita rumah si gadis.
4.6.1 Malam Berinai
Berinai berarti memperindah diri dengan cara menurut tata cara yang berlaku dala bersolek. Oleh karena itu upacara berinai ini khusus dilakukan di rumah
pengantin wanita. Upacara ini dilakukan tiga atau empat hari sebelum perkawinan.
Universitas Sumatera Utara
Kebiasaan berinai dilakukan di depan pelaminan atau di dalam kamar pengantin wanita. Di waktu berinai ini teman-teman sejawat dari pengantin wanita
yang sebaya yang bakal mendayung biduk rumah tangga pula datang berkunjung ke rumah pengantin wanita. Tata cara ini biasanya dilakukan oleh seorang perempuan
tua, ataupun oleh perempuan yang telah dewasa yang ahli dalam soal tersebut. Teman sejawat pengantin wanita turut membantu dalam menghias tempat pelaminan, baik di
serambi rumah, pekarangan rumah maupun di dalam kamar, pengantin.
4.6.2 Mengisi Batil
Mengisi batil adalah upacara memberi sumbangan kepada keluarga pengantin laki-laki maupun pengantin wanita oleh ahli waris masing-masing. Upacara ini
tampak menonjol di daerah Aceh Tamiang. Sumbangan ini berupa pemberian tambahan bagi pembiayaan dikeluarkan oleh orang tua pengantin laki-laki maupun
pengantin wanita dalam rangka peresmian perkawinan itu.
4.6.3 Upacara Mandi Berlimau
Upacara mandi berlimau merupakan upacara lanjutan dari pada upacara berinai. Upacara ini dilakukan sehari semalam lagi sebelum pesta peresmian
duduk bersanding. Mandi berlimau merupakan mandi berakhir dari calon pengantin wanita sebelum memasuki hidup berumah tangga. Sebelum mandi berlimau si
pengantin wanita sudah mendahului memotong andam, memperindah bulu kening, menghias kuku tangan dan kuku kaki dengan gaza warna merah. Daun gaca itu
sebesar daun teh yang digiling halus dan dilekatkan pada kuku jari-jari tangan dan pada jari-jari kaki dan dibiarkan selama masa berinai, sampai pada masa mandi yang
Universitas Sumatera Utara
disebut mandi berlimau. Gaza yang dilekatkan tadi terkupas dari kuku-kuku jari-jari tangan dan kaki dengan meninggalkan warna merah. Jadi mandi berlimau artinya
mandi pembersihan diri dari sisa-sisa daki dan bahan-bahan lipstick tradisional. Biasanya upacara ini dipimpin oleh seorang perempuan tua yang khusus ditunjuk
untuk itu. Sambil memandikan ke tubuh pengantin wanita, perempuan tua tersebut mengucapkan kata-kata berhikmah dan mendoakan supaya masa depan pengantin
baru kelak memperoleh hidup bahagia, rukun damai serta memperoleh keturunan yang baik-baik.
4.6.4 Upacara Mengantar Mempelai