Latar Belakang Sejarah Sistem Pengetahuan

3.3 Latar Belakang Kebudayaan Aceh

3.3.1 Latar Belakang Sejarah

Seperti bagian Indonesia lainnya daerah Aceh juga telah lama didiami oleh manusia. Hal ini dapat dipahami apabila diamati letak geografis daerah Aceh yang relative menguntungkan dalam hubungan interaksi antar dua pusat peradaban kuno, yaitu India dan Tiongkok. Tentu saja sedikit banyak unsur peradaban dan kebudayaan kedua kebudayaan itu ikut menyerap ke dalam berbagai segi kehidupan penduduk Aceh pada waktu itu. Letak yang strategis inilah barangkali makanya agama Islam masuk dan menyebar ke kepulauan Indonesia, dan Aceh merupakan daerah yang mula-mula dimasukinya. Pemberian gelar “ Seuramo Meukah “ Serambi Mekkah , sekurang- kurangnya memberi gambaran betapa arti Aceh dalam hubungan dengan penyebaran agama Islam di kepulauan Indonesia. Kendatipun kapan waktu yang pasti masuknya Islam di Indonesia masih menjadi persoalan, namun toh Kerajaan Islam yang pertama di Indonesia adalah di Samudra Pasai dan Perlak 9 : 50-51. Berdirinya kerjaan Islam Pasai dan Perlak sekitar abad ke 13 telah memberi bentuk kepada azas perkembangan adat dan budaya.

3.3.2 Sistem Pengetahuan

Masyarakat adat Aceh demikian juga dengan masyarakat adat Aneuk Jamee, Tamiang, Gayo dan Alas memiliki sistem pengetahuan yang mencakup tentang fauna, flora, bagian tubuh manusia, gejala alam dan waktu. Sungguhpun semua masyarakat adat tersebut memilik pengetahuan mengenai fauna, flora, bagian tubuh manusia Universitas Sumatera Utara gejala alam dan waktu, itu hanya diketahui sekolompok kecil anggota masyarakat. Mereka yang mengetahui dan memiliki pengetahuan tadi terdiri dari “dukun“, “orang tua adapt“ dan “keujruen“. Dalam hubungan dengan adat dan upcara perkawinan, sistem pengetahuan dipergunakan dalam mencocokan “bintang“ sepasang bakal penganten, memiliki waktu untuk melaksanakan pesta peresmian, dan menjarangkan anak. Pada kasus yang pertama yaitu penyesuaian bintang, seseorang dukun akan menghitung suku kata dari kedua calon pengantin. Suku kata tersebut dilambangkan dengan makhluk dan benda tertentu yang mempunyai nilai harga. Dengan mempergunakan rumusan tertentu pada akhirnya dukun akan dapat menentukan bagaimana tingkah laku, perangai dan pri kehidupan kedua bakal pengantin yang akan membangun rumah tangga. Pada kasus yang kedua yaitu perjalanan pemilihan waktu pelaksanaan pesta peresmian pesta perkawinan. Agama Islam yang dianut oleh semua masyarakat adat membawa pengaruh terhadap perhitungan waktu. Hal ini terlihat pada setiap masyarakat adat yang mempergunakan sistem kalender kamariah disamping kalender masehi. Untuk melaksanakan upacara peresmian masyarakat adat mempunyai waktu- waktu tertentu yang dianggap “kurang baik“. Waktu-waktu yang dianggap kurang baik tersebut, selain dari bulan puasa dan hari-hari besar Islam adalah bulan Syafar. Pada kasus yang ketiga yaitu persoalan menjarangkan anak. Semua masyarakat adat mengenal teknik penjarangan anak tradisional. Teknik yang lazim dipergunakan yaitu dengan “Menguruf “ atau “Mengusuk“ meminum ramua tertentu. Universitas Sumatera Utara Pada bentuk yang pertama yaitu mengurut akan dikusuk atau diurut oleh “Bidan“ kampung. Bila perempuan tersebut telah dikusuk maka untuk selanjutnya ia tidak akan hamil lagi.

3.3.3 Bahasa dan Kesenian