dilakukan dua kali. Pertama sehabis bersanding, ke dua setelah habis halangan, maksudnya setelah selesai masa haid bagi kaum wanita. Upacara itu dilaksanakan di
halaman rumah, disuatu tempat yang sudah dipersiapkan dan di hias demikian rupa mandi berhias. Kepercayaan ini diperoleh dari kepercayaan Hinduisme.
Demikianlah mandi berdimbar selain mempunyai arti magis religius, juga sebagai suatu pertama kegembiaraan sebagai pertimbangan kebahagiaan rumah
tangga. Setelah mandi berdimbar selesai diteruskan upacara nyembah mertua. Kedua mempelai dibimbing tuha pengapee menghadap kedua orang tua si istri untuk
disembah. Pada saat-saat khidmat itu pengantin laki-laki menerima cemetok atau pemberian-pemberian di daerah Aceh disebut ieuman tuan. Upacara ini
melambangkan penghormatan dan pengakuan kepada orang tua si istri sebagai orang tuanya sendiri.
4.7 Upacara Sesudah Perkawinan
Bila kita perhatikan upacara-upacara sesudah pelaksanaan perkawinan kelihatan masi ada lagi upacara-upacara yang menurut adat patut dilaksanakan dan
masih dekat kaitannya dengan upacara-upacara ini, terdapat perbedaan-perbedaan tiap daerah adat di daerah Aceh, juga persamaan-persamaannya. Adapun urutan-urutan
upacara sesudah peresmian perkawinan adalah sebagai berikut :
4.7.1 Upacara Jemput Pengantin
Upacara jemput pengantin merupakan kunjungan balasan pengantin wanita kerumah orang tua istrinya. Upacara ini dilangsungkan setelah suaminya
Universitas Sumatera Utara
“wo tujoh sipoh“ pulang tujuah sepuluh dalam saat-saat peresmian perkawinan berlangsung. Sungguhnya istilah diatas berasal dari masyarakat adat Aceh, namun
hampir semua masyarakat adat Aceh mengenal upacara tersebut. Tung dara baro jemput pengantin wanita ini terlebih dahulu disepakati atau sekurang-kurangnya
diberitahukan terlebih dahulu oleh perantara yang biasanya ditunjuk seorang wanita. Biasanya perantara ini terdiri dari orang-orang perempuan tua atau ibu pengasuh serta
beberapa orang tua perempuan warga kampung dara baro. Dalam masyarakat adat Aceh kedatangan dara baro kerumah mertuanya,
diiringi beberapa puluh orang, perempuan sekampungnya terutama wanita-wanita ahli warisnya, istri keuchik, istri imun kampung bersangkutan sebagai kepala rombongan.
Kehadiran dara baro ke rumah mertuanya disertai pembawaan-pembawaan berupa peunajoh-peunajoh serba macam penganan menurut adat resam yang berlaku dan
menurut kemampuan keuangan orang tuanya. Dalam talam idang-idang itu diisi penganan, misalnya boi bolu, punajih tho Aceh kue kering Aceh, dodol, halwa,
meusukat, halwa benggala keukarah dan keukarah dan lain-lain sebagainya.
4.7.2 Upacara Perkenalan dan Beramah Tamah
Upacara berkenalan dan beramah tamah ini. Sudah dimulai sejak pengantin laki-laki menginap untuk pertama kali dirumah istrinya. Didaerah adat Aceh tidak
dibenarkan menginap malam pertama selesai bersanding. Baru malam berikutnya dibenarkan menginap untuk pertama kalinya. Pada malam itu pengantin laki-laki
mengikut sertakan pemuka kenalannya dari kampungnya. Dirumah pengantin wanita
Universitas Sumatera Utara
sudah menunggu pemuka-pemuka masyarakat serta beberapa pemuda terkemuka dari kampung pengantin wanita.
Pada malam ketiga linto menginap di rumah istri, salah seorang yang terpandang dari rombongan linto berpidato singkat dihadapan majelis kecil itu dalam
arti bahwa secara resmi dia memperkenalkan salah seorang anggota warga kampungnya menjadi anggota warga masyarakat kampung dara baro, khususnya
menjadi ahli bait yang bersangkutan. Khususnya bagi pengantin laki-laki, sejak malam pertama ia menginap
dirumah istri, selesai santap malam dia pergi ke meunasah surau langgar untuk berkenal-kenalan dan beramah tamah dengan pemuda-pemuda kampung setempat,
sebagai tanda hormat dalam sirih berhias dan rukok linto rokok pengantin untuk calon-calon kenalan baru di kampung istrinya. Suasana yang demikian kadang-
kadang berlangsung sampai jauh malam. Pekerjaan itu dilakukan linto selama ia pulang kerumah istrinya dalam masa tujoh siploh pulang tiga malam berturut.
Peristiwa berkenal-kenalan serta beramah tamah ini tidak pula ketinggalan dilaksanakan pada saat-saat dara baro menginap di rumah mertuanya, ketika ia masih
dalam minjam pengantin. Pada siang hari dara baro didatangin dara-dara manis kampung suaminya untuk bersenda gurau dan semacamnya. Pada malam hari dimana
di serambi rumah diadakan kesenian dalil di daerah Aceh kaba uggah bamban dan ranak kudo adat Aneuk Jam kesempatan itu digunakan oleh dara baro dan dara-dara
manis setempat untuk saling berkenalan.
Universitas Sumatera Utara
4.7.3 Upacara Perpisahan