4.6.7 Upacara Bersanding
Kesibukan selanjutnya terus berlangsung, dimana pengantin wanita telah didudukan terlebih dahulu di atas pelaminan. Dalam saat-saat yang penuh hiruk pikuk
dan sorak dimana ratusan mata tertujuh ke tempat pelaminan. Teungku teulang kee meminta linto baro pada pemimpin rombongan untuk segera dibawa naik bersanding
dan didudukkan di sebelah kanan dari baro.
4.6.8 Santap Adap-Adapan
Upacara yang tidak dapat diabaikan begitu saja adalah santap adap-adapan, dan masih berlangsung di dalam masyarakat Aceh terutama dilakukan di daerah adat
Aneuk Jamee dan Tamian. Suatu hal lain yang khas Tamiang ialah bahwa pada waktu hendak masuk
ketempat perpaduan, pengantin laki-laki sekali lagi menyerahkan sebentuk cincin kepada istrinya, yaitu cincin tujuh hari, sebagai izin tidur ditempat si gadis. Selama
masa tujuh hari pengantin laki-laki tidak dibenarkan pulang ke kampung orang tuanya. Masa ini disebut masa berkunjung ditempat keluarga istrinya sesuai dengan
adat-istiadat Tamiang yang berlaku bahwa pengantin laki-laki itu harus tinggal bersama kelaurga istri matrilokal.
4.6.9 Upacara Mandi Bardimbar
Sebagai upacara terakhir dari rentetan upacara dalam rangkaian upacara dilaksanakan peresmian perkawinan adalah upacara mandi berdimbar. Upacara mandi
ini masih tampak dipertahankan dan dilaksanakan di daerah adat Tamiang sebagai upacara mandi adat pengantin baru. Bagi kaum bangsawan mandi berdimbar
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dua kali. Pertama sehabis bersanding, ke dua setelah habis halangan, maksudnya setelah selesai masa haid bagi kaum wanita. Upacara itu dilaksanakan di
halaman rumah, disuatu tempat yang sudah dipersiapkan dan di hias demikian rupa mandi berhias. Kepercayaan ini diperoleh dari kepercayaan Hinduisme.
Demikianlah mandi berdimbar selain mempunyai arti magis religius, juga sebagai suatu pertama kegembiaraan sebagai pertimbangan kebahagiaan rumah
tangga. Setelah mandi berdimbar selesai diteruskan upacara nyembah mertua. Kedua mempelai dibimbing tuha pengapee menghadap kedua orang tua si istri untuk
disembah. Pada saat-saat khidmat itu pengantin laki-laki menerima cemetok atau pemberian-pemberian di daerah Aceh disebut ieuman tuan. Upacara ini
melambangkan penghormatan dan pengakuan kepada orang tua si istri sebagai orang tuanya sendiri.
4.7 Upacara Sesudah Perkawinan