bahwa “MPR terdiri atas anggota-anggota DPR ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan
undang-undang”. Keberadaan utusan daerah dan golongan disamping DPR, mengisyarakat
bahwa parlemen terdiri dari tiga lembaga perwakilan yang berbeda atau tiga kamar trikameral dalam parlemen MPR, namun kenyataannya bawah yang dikatakan
legislatif adalah lembaga negara yang memiliki kewenangan membentuk UU. Untuk kewenangan tersebut utusan daerah dan utusan golongan menyerahkan sepenuhnya
pada DPR, maka pelaksanaan sistem parlemen di awal kemerdekaan dapat dikatakan, bahwa parlemen Indonesia menganut unikameral.
2. Kostitusi Republik Indonesia Serikat 1949 Konstitusi RIS 1949
Berlakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat Tahun 1949 Konstitusi RIS 1949 tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia yang untuk kedua kalinya
dijajah oleh belanda, setelah perang dunia kedua berakhir. Belanda berusaha untuk masuk dan menguasai Indonesia dengan cara mendirikan negara-negara kecil di
berbagai wilayah nusantara. Belanda memaksakan diri untuk menunjukan kepada dunia, bahwa Indonesia yang menyatakan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
1945 belum merdeka dan masih dibawah kekuasaan kerajaan belanda. Dengan keadaan yang terdesak, maka atas pengaruh Perserikatan Bangsa-
Bangsa, pada tanggal 23 Agustus 1949 sampai dengan pasal 2 November 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar Round Table Conference di Den Haag. Yang
mana konferensi tersebut dihadiri oleh wakil-wakil dari Republik Indonesia RI dan
Universitas Sumatera Utara
B.F.O Bijeenkomst voor Federal Overleg serta wakil Nederland serta Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Indonesia.
91
Dengan di disetujuinya hasil-hasil Konferensi Meja Bundar KMB pada tanggal 2 November 1949 di Den Haag, dan pada tanggal 27 Desember 1949
dilakukan penandatanganan naskah “penyerahan” kedaulatan dari pemerintah Belanda
92
1. Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat.
kepada pemerintah Republik Indonesia Serikat, dengan menyepakati hasil KMB sebagai berikut:
2. Penyerahan kedaulatan kepada RIS yan berisi 3 hal, yaitu a piagam
penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda kepada Pemerintah RIS; b status uni; c persetujuan perpindahan.
3. Mendirikan uni antara Republik Indonesia Serikat dengan Kerajaan Belanda.
Penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda ke Pemerintah Republik Indonesia Serikat, dimuat dalam suatu naskah konstitusi. Naskah konstitusi Republik
Indonesia Serikat tersebut disusun bersama oleh delegasi Republk Indonesia dan delegasi Bijeenkomst voor Federal Overleg ke Konfrensi Meja Bundar oleh delegasi
Republik Indonesia yang dipimpin Mr. Mohammad Roem, terdapat Prof. Dr. Soepomo yang terlibat dalam mempersiapkan naskah Undang-Undang Dasar UUD
91
Jimlly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Konstitusi Press, 2005, h. 44
92
Mohammad Tolchah Mansoer dalam Ni’matul Huda, UUD 1945 dan Gagasan Amandemen Ulang, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008, h. 163
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Rancangan UUD itu disepakati bersama oleh kedua belah pihak untuk diberlakukan sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat UUD RIS.
Naskah UUD yang kemudian dikenal dengan sebutan Konstitusi RIS itu disampaikan kepada Komite Nasional Pusat KNP sebagai lembaga perwakilan rakyat di
Republik Indonesia Pusat, pada tanggal 14 Desember 1949. Selanjutnya, Konstitusi RIS dinyatakan berlaku mulai tanggal 27 Desember 1949.
93
Dengan berdirinya negara RIS berdasarkan Konstitusi RIS Tahun 1949 itu, wilayah Republik Indonesia RI sendiri masih tetap ada di samping negara federal
RIS. Berdasarkan pasal 2 Konstitusi RIS 1949, yang menyatakan bahwa : Republik Indonesia Serikat meliputi daerah Indonesia, yaitu daerah bersama:
a. Negara Republik Indonesia, dengan daerah menurut status quo seperti tersebut
dalam Persetujuan Renville tanggal 17 Januari tahun 1948. Terdiri dari; Negara Indonesia Timur, negara Pasundan termasuk Distrik Federal Jakarta,
Negara Jawa Timur, Negara Manudura, Negara Sumatera Timur dengan pengertian, bahwa status quo Asahan Selatan dan Labuhan batu berhubungan
dengan Negara Sumatera Timur tetap berlaku, dan Negara Sumatera Selatan. b.
Satuan-satuan kenegaraan yang tegak sendiri, yang terdiri; Jawa Tengah, Bangka, Belitung, Riau, Kalimantan Barat daerah istimewah, Dayak Besar,
Daerah Banjar, Kalimantan Tenggara, dan Kalimantan Timur.
93
Jimlly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Konstitusi Press, 2005, h. 45
Universitas Sumatera Utara
Dengan ketentuan: Negara Republik Indonesia dan Satuan-satuan kenegaraan yang tegak sendiri merupakan daerah-daerah bagian yang dengan
kemerdekaan menentukan nasib sendiri, yang bersatu dalam federasi Republik Indonesia Serikat.
c. Daerah-daerah Indonesia selebihnya yang bukan daerah-daerah bagian
Daerah-daerah bagian bukan daerah-daerah Indonesia yang sebagaimana dalam pasal 2 konstitusi RIS, bergabung dengan federasi RIS merupakan negara yang
merdeka dan berdiri sendiri dan bukan bagian negara RIS, seperti Sulawesi, Maluku, Timor-Timor, dan Irian Jaya. Dengan bersatunya negara-negara bagian tersebut maka
setiap negara-negara bagian mengirim perwakilan negara Senate di negara federal yang berdampingan dengan DPR dalam Parlemen Pemerintahan RIS.
Konsep keterwakilan dalam Sistem parlemen di Indonesia, pada saat berlakunya Konstitusi RIS 27 Desember 1949 sampe dengan 17 Agustus 1950 ialah
Sistem parlemen dua kamar bikameral. Dimana keterwakilan rakyat secara politik diwujudkan dengan keberadaan DPR sebagai kamar pertama, dan keterwakilan rakyat
secara terotorial diwujudkan dengan keberadaan Senat sebagai kamar. Konstitusi RIS ini merupakan kesepakatan Delegasi Republik Indonesia dengan Soekarno sebagai
presiden dan Delegasi Daerah-Daerah Bagian dan disetujui oleh Pemerintah RIS dengan Assaat sebagai presiden beserta pemerintah masing-masing Daerah Bagian,
Universitas Sumatera Utara
pada tanggal 14 Desember 1949. Dengan berlakunya konstitusi RIS, bentuk negara kesatuan berubah menjadi bentuk negara serikat federal.
94
Dalam pasal 188 Konsitusi RIS 1949, Konstituante Badan pembuat konstitusi dibentuk untuk membentuk Konstitusi Baru, dimana suatu saat nanti
badan konstituante bertugas membentuk konstitusi terbaru, maka badan konstituante dibentuk dengan memperbesar DPR dan Senat dengan anggota luar biasa yang
jumlahnya sama dengan anggota DPR dan Senat. Dengan demikian, ada dua kamar atau dua mejelis dalam parlemen atau legislatif yakni DPR sebagai kamar pertama
majelis rendah dan Senat sebagai kamar kedua majelis tinggi.
3. Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950 UUDS 1950