Hubungan DPD dengan Yudikatif 1.Hubungan dengan MK

memanggil Presiden jika dibutuhkan. 159 Pengaturan hubungan DPD dengan kabinet menteri-menteri dan lembaga- lembaga non-departemen belum ada pengaturannya, dan apa yang menjadi dasar kewenangan DPD belum diatur dalam konstitusi Indonesia. Kewenangan DPD untuk meminta keterangan presiden atas pelaksanaan undang-undang tertentu juga tidak dimuat dalam konstitusi, hanya sebatas pengawasan terhadap pelaksanaan undang- undang tertentu sebagai mana yang dimuat dalam pasal 22D ayat 3 UUD NRI 1945. Namun dalam pelaksanaannya jarang terlaaksana dalam prakteknya hanya bersifat mengundang. 3. Hubungan DPD dengan Yudikatif 3.1.Hubungan dengan MK Untuk perwujudan sistem check and balances tersebut, DPD mempunyai hubungan kerja secara langsung dengan MK. Menurut pasal 24C ayat 1 UUD NRI 1945, “MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap UUD, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”. Pertama, Sebagai lembaga negara, DPD dapat saja bersengketa dengan lembaga negara lainnya yang sama-sama memiliki kewenangan yang ditentukan oleh UUD. Jika konflik atau persengketaan itu berkenaan dengan hubungan kewenangan antara 159 Lapooran Kinerja DPD RI 2001-2009, Dewan Perwakilan Daerah: dari daerah untuk Indonesia, h. 6 Universitas Sumatera Utara lembaga-lembaga negara, maka konflik semacam itu harus dilesesaikan oleh Mahkamah Konstitusi sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya berdasarkan ketentuan pasal tersebut diatas. Kedua, Mahkamah Konstitusi berperan dalam menyelesaikan sengketa atas hasil pemilihan anggota DPD tersebut melalui pemilihan umum. Dalam pasal 22E ayat 2 UUD1945 menyatakan ”Pemilihan Umum diselenggarakan untuk memilih anggota DPR dan anggota DPD, Presiden dan Wakil Presiden dan DPRD”, dan dalam pasal 24C ayat1 menyatakan bahwa ”Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum” Dengan demikian, jika timbul sengketa mengenai hasil Pemilu anggota DPD, maka yang berwenang memutuskannya adalah Mahkamah Konstitusi. 160 Keberadaan MK sebagai lembaga yudikatif, dimaksudkan untuk menciptakan peradilan untuk menyelesaikan dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan lembaga negara, pembubaran partai politik dan perselisihan tentang hasil pemilihan umum, serta menguji undang-undang terhadap Undang- Undang Dasar. Lembaga negara terbaru tersebut menciptakan suasana pembagian kekuasaan dan sekaligus menciptakan check end balances diantara lembaga-lembaga negara lainnya. Dengan demikian keberadaan MK menambah kahsana pembaharuan dalam ajaran trias poltika.

3.2. Hubungan dengan MA dan KY

160 Catur Wido Haruni, ibid, h. 9 Universitas Sumatera Utara Dalam kaitanya, DPD dengan lembaga yudikatif lainnya, yakni MA dan KY, hanya sebatas pengawasan dalam menjalankan tugasnya sebagai lembaga legislatif yang memiliki kewenangan terbatas oleh UUD NRI 1945. Jika dalam pelaksanaan undang-undang yang mana dapat merugikan rakyat secara personal maupun daerah, DPD dapat bertindak dengan cara mengajukan usulan perubahan substansial undang- undang kepada DPR untuk menindaklanjuti, setelah oleh MK diuji dan menyatakan bahwa terdapat pasal dalam undang-undang yang menyangkut lembaga kekuasaan kehakiman bertentangan dengan hak konstitusi rakyat dan hak daerah yang diatur dalam UUD NRI 1945. Dalam pencalonan Hakim di badan yudikatif yang terdiri dari Mahkamah Agung MA, Komisi Yudisial KY, dan Mahkamah Konstitusi MK, UUD NRI 1945 telah menentukan porsi dari setiap lembaga negara yang berwenang dalam pencalonan hakim-hakim yang akan memimpin lembaga-lembaga kehakiman tersebut. Misalnya dalam pencalonan hakim MK, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden, seperti yang tertuang dalam pasal 24C ayat 3. Namun dengan keberadaan DPD sebagai lembaga legislatif disamping DPR, menimbulkan pertanyaan, apakah dalam menetukan calon hakim pada badan yudikatif, apakah porsi setiap lembaga negara yang ditunjuk oleh UUD NRI 1945 berubah atau tetap pada porsi masing-masing lembaga tersebut. Begitu juga dengan Anggota KY diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat pasal Universitas Sumatera Utara 24B ayat 3. Dengan keberadaan DPD sebagai lembaga yang setara dengan DPR seharusnya pasal tersebut juga memuat persetujuan DPD. Dalam negara demokratis konstitusional, Indonesia harus menempatkan badan kekuasaan yudikatif dengan sistem peradilan yang independen

4. Hubungan dengan BPK