Kedudukan Lembaga Perwakilan Rakyat dalam Parlemen Indonesia

BAB IV KEDUDUKAN DAN PERANAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH

DALAM PELAKSANAAN CHECK AND BALANCES Sebuah sistem pemerintahan yang baik, salah satunya ditandai dengan adanya mekanisme check and balances dalam penyelenggaraan kekuasaan. Adanya check and balances memungkinkan adanya saling control antar cabang kekuasaan yang ada dan menghindarkan tindakan-tindakan hegemonik, tiranik, dan sentralisasi kekuasaan. Pelaksanaan prinsip check and balances diperlukan untuk menjaga agar tidak terjadi over lapping antar kewenangan yang ada pada lembaga-lembaga negara dalam sistem pemerintahan atau ketatanegaraan suatu negara. 117

A. Kedudukan Lembaga Perwakilan Rakyat dalam Parlemen Indonesia

Parlemen Indonesia adalah MPR yang merupakan salah satu lembaga perwakilan dengan sistem parlemen bikameral , yang merupakan lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia . Sebelum reformasi , MPR merupakan lembaga tertinggi negara yang terdiri dari DPR ditambah Utusan Daerah dan Utusan Golongan. Pasca Amandemen UUD NRI 1945, MPR Parlemen Indonesia terdiri dari DPR dan DPD, yang kedua lembaga perwakilan tersebut adalah lembaga tinggi 117 Tim PerumusPenyusun, Pokok-Pokok Pikiran dan Rancangan Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, 2003, Jakarta: Konsorsium Reformasi Hukum Nasional KRHN, h. 3-4 Universitas Sumatera Utara negara dimana anggotanya langsung dipilih oleh rakyat, sebagaimana dimuat dalam pasal 2 ayat 1 UUD NRI 1945. Walaupun ada perubahan, MPR tetap mempunyai anggota dan wewenang sendiri, di luar wewenag DPR dan DPD. DPD merupkan lingkungan jabatan yang mandiri, dan memiliki lingkungan wewenang sendiri. Tetapi memperhatikan beberapa ketentuan, DPD adalah badan komplementer DPR, bukan merupakan badan legislatif penuh. DPD hanya berwenang mengajukan dan membahas undang-undang di bidang tertentu saja sebagaimana disebutkan dalam pasal 22D UUD NRI 1945. UUD NRI 1945 tersebut mengatur berbagai macam lembaga-lembaga tinggi negara. Konsepsi penyelenggaraan negara yang demokratis oleh lembaga-lembaga negara tersebut sebagai perwujudan dari sila keempat yang mengedepankan prinsip demokrasi perwakilan dituangkan secara utuh didalamnya. Kehendak untuk menjembatani aspirasi rakyat dalam sistem perwakilan, untuk pertama kalinya dilontarkan oleh Bung Karno, pada pidatonya tanggal 01 Juni 1945. Muhammad Yamin juga mengemukakan perlunya prinsip kerakyatan dalam konsepsi penyelenggaraan negara. Begitu pula dengan Soepomo yang mengutarakan idenya akan Indonesia merdeka dengan prinsip musyawarah dengan istilah Badan Permusyawaratan. Ide ini didasari oleh prinsip kekeluargaan, dimana setiap anggota keluarga dapat memberikan pendapatnya. 118 118 Lebih lanjut Muhammad Yamin tegas menyebut MPR. Tetapi kalau ditelusuri lebih jauh, nama MPR tidak asli benar http:id.wikipedia.orgwikiMajelis_Permusyawaratan_Rakyat , diakses pada 24 september 2012 Universitas Sumatera Utara original dari Yamin. Tan malaka dalam brosur buku: Menuju Republik Indonesia asli: Naar de Republiek Indonesie 1924, jelas menyebut nama Majelis Permusyawaratan nasional atau Majelis Permusyawaratan Nasional Indonesia. Nama ini diilhami oleh badan serupa di Prancis yaitu Majelis Nasional Assemblee National yang dibentuk dan sekaligus sebagai pengerak awal revolusi Prancis. Jadi, Majelis Permusyawaratan Nasional Indonesia yang diusulkan Tan Malaka. Adalah semacam “badan revolusi” yang mewakili seluruh rakyat. Bukan tertutup kemungkinan perkembangan semacam itu. Majelis Nasional Prancis kemudian menjadi badan perwakilan rakyat, disamping Senat, dalam Sistem perwakilan dua kamar. 119 Dalam rapat Panitia Perancang Undang-Undang Dasar, Soepomo menyampaikan bahwa ‘’Badan Permusyawaratan’’ berubah menjadi ‘’Majelis Permusyawaratan Rakyat’’ dengan anggapan bahwa majelis ini merupakan penjelmaan seluruh rakyat Indonesia, yang mana anggotanya terdiri atas seluruh wakil rakyat, seluruh wakil daerah, dan seluruh wakil golongan. Konsepsi Majelis Permusyawaratan Rakyat inilah yang akhirnya ditetapkan dalam Sidang PPKI pada acara pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 120 Pasca Amandemen UUD NRI 1945, MPR beralih fungsinya yaitu sebagai lembaga perwakilan atau parlemen, dimana MPR terdiri dari DPR dan DPD. Adapun 119 Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, loc.cit 120 http:id.wikipedia.orgwikiMajelis_Permusyawaratan_Rakyat , ibid Universitas Sumatera Utara Tugas dan Kewajiban yang diberikan kepada tiga lembaga perwakilan atau parlemen Indonesia oleh UUD NRI 1945, yaitu:

1. Tugas dan Kewajiban MPR: