Pasca Amandemen UUD NRI 194

Terbentuknya negara kesatuan oleh suatu Panitia Bersama 95 , untuk menyelesaikan rancangan UUD yang kemudian di sahkan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat BPKNP pada tanggal 12 Agustus 1950, dan oleh DPR dan Senat RIS pada tanggal 14 Agustus 1950. Setelah Presiden RIS membacakan hasil persetujuan bersama RI dengan RIS, pada tanggal 15 Agustus 1950 sebagai Presiden RI menyatakan terbentuknya negara kesatuan di depan sidang istimewah KNIP. 96

4. Kembali berlakunya UUD NRI 1945 setelah keluarnya dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Disaat Badan konstituante tidak berhasil membentuk UUD yang baru maka oleh Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959, yang menetapkan UUD 1945 berlaku lagi, tidak berlaku lagi UUDS 1950, pembubaran badan konstituante, pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota-anggota DPR ditambah dengan utusan- utusan dari daerah-daerah dan golongan, serta pembentukan DPAS. Dengan demikian sistem parlemen Indonesia berubah dari parlemen bikameral menjadi parlemen unikameral. 5. Pasca Amandemen UUD NRI 1945. a. Amandemen Pertama UUD NRI 1945 Pada amandemen pertama tahun 1999, parlemen Indonesia menganut unikameral, hal tersebut dituangkan dalam pasal 2 ayat 1 UUD NRI 1945, yang 95 Panitia Bersama dibentuk untuk bertugas menyusn suatu persetujuan antara pemerintan RIS dengan Pemerintah RI dalam membentuk negara kesatuan yang akan diserahkan kepada Senat dan Parlemen RIS untuk disahkan. 96 Ni’matul Huda, UUD 1945 dan Gagasan Amandemen Ulang, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008, h. 167 Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa MPR terdiri atas anggota-anggota DPR, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan. Walaupun ada tiga unsur perwakilan rakyat dalam parlemen Indonesia, namun yang berwenang dalam membentuk dan mengesahkan UU adalah DPR, utusan daerah dan utusan golongan adalah bagian tidak terpisah dari DPR. b. Amandemen Kedua UUD NRI 1945 Pada amandemen kedua tahun 2000, parlemen Indonesia menganut unikameral, sama halnya sebelumnya. Perubahan yang terjadi pada saat amandemen kedua bukan memperjelas keberadaan lembaga negara, namun terfokus pada pasal 18, 18A, 18B, 19, 20, 20A, 22A, 22B, BAB IXA tentang Wilayah Negara, BAB X tentang Warga Negara dan Penduduk, BAB XA tentang Hak Asasi Manusia, BAB XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara, dan BAB XV tentang Bendera, bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. c. Amandemen Ketiga UUD NRI 1945 Pada amandemen ketiga tahun 2001, parlemen Indonesia menganut unikameral, namun kenyataannya sebaliknya berbeda, hal tersebut dilihat dalam BAB VIIA tentang DPD pada pasal 22C dan pasal 22D UUD NRI 1945. Terbentuknya DPD menisyarakat ada dua lembaga perwakilan dalam parlemen Indonesia bikameral, namun pelaksanaan sistem parlemen tetap unikameral. Keberadaan DPD yang diakui oleh UUD NRI 1945, menjadikan parlemen Indonesia samar-samar, unikameral atau bikameral kah yang dianut parlemen Indonesia. Universitas Sumatera Utara d. Amandemen Keempat UUD NRI 1945 Pada amandemen keempat tahun 2002, parlemen Indonesia menganut bikameral, hal tersebut dituangkan dalam pasal 2 ayat 1 UUD NRI 1945, yang menyatakan bahwa “MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang”. Untuk pertama kalinya UUD NRI 1945 mengakui keberadaan DPD sebagai bagian dari parlemen Indonesia, namun kenyataan sangat jauh dari yang diaharapkan. Keberadaan DPD sebagai kamar kedua dalam parlemen, justru melemahkan peran lembaga perwakilan daerah tersebut. Kewenangan yang dimiliki DPD tidak jauh berbeda dengan kewenangan yang dimiliki Utusan Daerah pada masa itu. Keberadaan lembaga perwakilan dalam parlemen Indonesia seperti MPR, DPR, dan DPD sebagaimana dimuat dalam konstitusi Indonesia merupakan wujud dari negara demokrasi dalam proses transisi kemerdekaan yang terjadi dalam memperjuangkan negara Indonesia yang berdaulat. Sejarah mencatat bahwa lembaga perwakilan rakyat dalam parlemen Indonesia memiliki kewenangan sebagai berikut: a. Pasca Kemerdekaan 1945 Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengesahkan dua agenda pokok ketatanegaraan Indonesia, yaitu membentuk dan menetapkan UUD NRI 1945 dan memilih Presiden dan Wakil Presiden. Sesuai dengan Aturan Peralihan pasal IV, dibentuklah KNIP yang bertugas membantu Presiden dalam menjalankan pemerintahan sebelum dibentuknya MPR, DPR, dan DPA. Universitas Sumatera Utara b. Konstitusi RIS 1949 Pada tanggal 27 Desember 1949 terbentuklah Negara RIS hasil Konferensi Meja Bundar, pada BAB III Konstitusi RIS mengenai Ketentuan Umum menyatakan bahwa lembaga negara terdiri atas 1 Presiden, 2 Menteri- menteri, 3 Senat, 4 DPR, 5 Mahkamah Agung Indonesia, dan 6 Dewan Pengawas Keuangan. Konstitusi RIS tidak mengenal adanya lembaga negara yang menjalankan kewenangan untuk membentuk, mengubah maupun mengesahkan UUD seperti MPR yang terdapat dalam UUD NKRI 1945. Untuk melaksanakan kewenangan tersebut, maka dibentuklah suatu badan pembentuk UUD yang disebut Konstituante, sebagaimana diatur dalam pasal 188 Konstitusi RIS yang menyatakan bahwa Konstituante terdiri dari DPR dan Senat dengan jumlah anggota dua kali lipat. c. UUDS1950 Pada tanggal 17 Agustus 1950 Negara RIS dibubarkan, dan dibentuk NKRI, dimana pada BAB II mengenai Ketentuan Umum pasal 44 UUDS1950 menyatakan lembaga negara terdiri atas 1 Presiden dan Wakil Presiden, 2 Menteri-menteri, 3 DPR, 4 Mahkamah Agung , dan 5 Dewan Pengawas Keuangan. Sesuai dengan Aturan Peralihan pasal IV, dibentuklah KNIP jilid II yang bertugas membantu Presiden dalam menjalankan pemerintahan sebelum dibentuknya MPR, DPR, dan DPA. Universitas Sumatera Utara d. UUD 1945 setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Setelah keluarnya dekrit Presiden 5 Juli 1959, menandakan bahwa sistem ketatanegaraan Indonesia Inskonstitusional, dengan sendirinya negara telah menghianati bangsa sendiri. Perubahan yang drastis menunjukan ketidakmampuan Badan Konstituante, menunjukan kelemahan negara dalam menata sistem. Sistem yang selama ini yang diangung-agungkan, yang ditunjung tinggi, dihancurkan oleh sekelompok orang yang dipercaya mewakili rakyat dan daerah di pusat. Kembalinya ke UUD 1945 membuka lembaran baru bagi negara untuk menata kembali sistem pemerintahan negara. e. UUD 1945 Pasca Amandemen Sering jatuhnya pemerintahan Orde Lama dan pemerintahnan Orde Baru, Mundurnya Presiden Soerharto pada 21 Mei 1998 menjadi tonggak awal nergulirnya sebuah era yang disebut dengan reformasi. Era reformasi memberi harapan besar terjadinya perubahan penyelenggaraan negara yang demokratis, transparan dan memiliki akuntabilitas tinggi, good governance dan adanya kebebasan berkumpul dan berpendapat. 97 Terjadinya reformasi sistem pemerintahan atau sistem ketatanegaraan Indonesia, membawa negara menuju kearah demokrasi berdasarkan kedaulatan rakyat, maka dengan sendirinya negara ditutut untuk melaksanakan perubahan, oleh karena hal tersebut UUD 1945 diamandemen sebanyak empat kali. 97 H Subardjo, Dewan Perwakilan Daerah DPD Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dan Penerapan Sistem Bikameral Dalam Lembaga Perwakilan Indonesia…, op.cit, h. 57 Universitas Sumatera Utara Berikut dapat dilihat Perkembangan Sejarah bentuk Lembaga Perwakilan Rakyat dalam Parlemen Indonesia dapat di lihat ilustrasi pada Table 2 dibawah ini. Tabel 1 Perkembangan Sejarah Bentuk Lembaga Perwakilan Rakyat Pada Parlemen Indonesia Nama Badan Diawal Kemerdekaan 1945 Konstitusi RIS 1949 UUDS 1950 UUD 1945 Setelah Dekrit Presiden UUD 1945 Pasca Amandemen MPR KNIP Konstituante BPKNP MPRS MPR DPR KNIP DPR DPRGR DPR DPR DPD PPKI Senat dihapus Utusan Daerah DPD Sumber: Modifikasi kesimpulan dari penjelasan di atas oleh peneliti Keterangan : - PPKI : Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia - KNIP : Komite Nasional Indonesia Pusat - BPKNP : Badan Pekerja Komite Nasional Pusat - MPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat - MPRS : Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara - DPR : Dewan Perwakilan Rakyat Universitas Sumatera Utara - DPRGR : Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong - DPD : Dewan Perwakilan Daerah - Konstituante - Senat - Utusan Daerah B. Perbandingan Lembaga Perwakilan Daerah pada saat berlakunya Konstitusi RIS 1949 dan Pasca Amanademen UUD NRI 1945.

1. Lembaga Perwakilan Daerah Senate menurut Konstitusi RIS 1949