Latar Belakang Pendidikan Latar Belakang Sosial

Perbuatannya tidak terorganisir, tempatnya tidak tertentu. Bisa disembarang tempat, mencari “mangsa” sendiri. Sedangkan WTS yang melakukan praktek prostitusinya secara terselubung biasanya mereka mempunyai pekerjaan sampingan yang menutupi status mereka sebagai seorang WTS. hal ini dapat kita jumpai pada tempat-tempat hiburan, penginapan, konsentrasi wisatawan asing, salon-salon kecantikan dan panti-panti pijat. 34 Pada umumnya mereka yang melacurkan diri kurang mempedulikan kesehatannya, karena belum tentu mereka itu mau memeriksakan kesehatannya ke dokter. 35 Dengan demikian WTS yang secara terang-terangan melacurkan diri dengan WTS yang terselubung sama-sama mempunyai resiko tinggi untuk terkena HIV begitu juga dengan pria-pria yang memakai jasa mereka. Pada penderita HIV yang berasal dari pengguna narkoba suntik berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas, sehingga mereka dapat dengan mudah membeli dan menggunakan narkoba tersebut secara bergantian. Selain itu, pengguna narkoba suntik cenderung juga melakukan kegiatan seks dengan berganti-ganti pasangan hubungan seks beresiko tinggi.

3.1.2 Latar Belakang Pendidikan

Sebagian besar penderita HIV yang berprofesi sebagai WTS berpendidikan rendah. WTS yang berpendidikan rendah relatif berimbang, antara kelompok WTS langsung dan WTS tidak langsung, yaitu lebih dari setengahnya maksimum hanya tamat SD. 36 34 Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jakarta: Rajawali Pers, 1992, hal. 214-218. 35 Wawancara dengan Bapak Fery, di Kantor Dinas Kesehatan Kotamadya Medan bidang Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan pada tanggal 18 Juli 2009. 36 Badan Pusat Statistik, Laporan Hasil Survei Surveilans Perilaku SSP 1990 Sumatera Utata, hal. 8-9. Universitas Sumatera Utara WTS tidak langsung lebih banyak yang berpendidikan lebih tinggi dibanding WTS langsung meskipun perbedaannya tidak signifikan. Sedangkan pria-pria yang menggunakan jasa WTS ini mempunyai pendidikan lebih tinggi dari WTS, yaitu lebih dari 65 persen minimal berpendidikan tamat SLTP, dan pelanggan yang tidak tamat SD hanya sebagian kecil saja, yaitu 10,2 persen. 37 Penderita HIVAIDS bila dilihat dari pekerjaannya kebanyakan dari mereka mengaku sebelum terkena HIVAIDS mereka berprofesi sebagai wiraswasta. Hal ini terjadi karena mereka tidak jujur dengan profesi asli mereka. 38 Pengakuan yang seperti ini sering dilakukan oleh WTS yang berprofesi ganda praktek prostitusi tidak langsung.

3.1.3 Latar Belakang Sosial

Keluarga merupakan unit yang terkecil dari masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan merupakan sendi dasar organisasi sosial serta mempunyai corak tersendiri. Bayi yang baru dilahirkan pertama kali yang ia temukan adalah masyarakat kecil ini. Dalam keluargalah sosialisasi dilakukan pertama kali. Kepribadian dan bagaimana cara bertindak didalam masyarakat merupakan hasil pengalaman dalam keluarga. Tetapi dengan adanya perubahan sosial-modernisasi keluarga sebagai tempat pembentuk kepribadian kemudian berubah menjadi hubungan apektif dan hubungan emosional menjadi renggang. Komunikasi antar anggota keluarga menjadi kurang. Anggota keluarga kehilangan pegangan dan mengikuti jalannya sendiri. Anak-anak lebih suka mencari hiburan di luar lingkungan keluarga dan menemukannya didalam lingkungan kawan. Sehingga secara sosial dan emosional mereka didewasakan di luar keluarga dan 37 Ibid., hal 10. 38 Wawancara dengan Bapak Edo di Kantor Dinas Kesehatan Kotamadya Medan bidang Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan pada tanggal 20 Juli 2009. Universitas Sumatera Utara di luar sekolah. Timbullah keregangan antara orang tua dan anak. Keadaan ini kemudian diperparah oleh semakin berkembangnya teknologi komunkasi massa sehingga nilai yang diikuti oleh anggota keluarga dari generasi yang berbeda tidaklah sama. Akibatnya sering terjadi kesalahpahaman antara orang tua dan anak karena perbedaan nilai ini. Keadaan yang seperti ini kemudian mengacu kepada kenakalan remaja, narkotik, dan broken home. 39 Lima puluh persen dari penderita HIVAIDS adalah orang dewasa muda dalam usia produktif atau yang berkisar antara 20-25 tahun. Jadi, bila masa inkubasi 40 penyakit ini adalah 2-10 tahun maka bisa dipastikan bahwa virus HIV telah berada didalam tubuh mereka pada saat mereka berumur kurang lebih 15-17 tahun. 41 Hal ini berarti ketika mereka masih duduk di bangku sekolah mereka telah tertular virus HIV ini, dan tentu saja mereka tertular virus ini akibat dari narkoba. Hal yang sama juga terjadi pada penderita HIVAIDS yang dulu sebelum terkena virus ini berprofesi sebagai WTS. Mereka melacurkan diri pada dasarnya diakibatkan pergaulan yang kurang baik di masa lalu, keluarga yang tidak mampu mendidik, kekurangan, kehilangan cinta kasih semasa anak dari orang tua, sehingga menimbulkan perasaan tidak aman dengan demikian mereka dengan mudah mencari cinta kasih melalui hubungan kelamin. Dan persetubuhan yang paling mudah adalah dengan jalan melacur. Lingkungan yang buruk juga menjadi faktor penentu untuk mereka melacurkan diri. 39 Susi Adisti, Belenggu Hitam Pergaulan dan Hancurnya Generasi Akibat Narkoba, Jakarta: Restu Agung, 2007, hal. 40-41. 40 Masa Inkubasi adalah periode antara mulai terinfeksi sampai muncul gejala-gejala penyakit. Masa Inkubasi HIV antara 2-10 tahun, dalam periode ini penderita HIV dapat menularkan HIV kepada orang lain. 41 Wawancara dengan Bapak Andi Ilham Lubis, di Kantor Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara bidang Pemberantasan Penyakit Menular Langsung dan Penyehatan Lingkungan pada tanggal 22 Mei 2009. Universitas Sumatera Utara Apabila lingkungan tempat tinggal atau perumahan buruk membuat anak-anak muda belajar mengenal perbuatan seksual ditambah lagi dengan tidak adanya kontrol dari orang tua sehingga mereka dapat leluasa untuk berjalan di malam hari. Disamping itu suasana pekerjaanpun menjadi salah satu faktor penting untuk terjadinya pelacuran seperti pelayan night club, hotel-hotel, panti pijat, salon-salon kecantikan dan lain-lain.

3.2 Kekeliruan Mengenai Penularan