Apabila lingkungan tempat tinggal atau perumahan buruk membuat anak-anak muda belajar mengenal perbuatan seksual ditambah lagi dengan tidak adanya kontrol dari orang
tua sehingga mereka dapat leluasa untuk berjalan di malam hari. Disamping itu suasana pekerjaanpun menjadi salah satu faktor penting untuk terjadinya pelacuran seperti
pelayan night club, hotel-hotel, panti pijat, salon-salon kecantikan dan lain-lain.
3.2 Kekeliruan Mengenai Penularan
Seperti yang telah ditegaskan sebelumnya bahwa HIV adalah virus yang hanya dapat ditularkan lewat media darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh
lainnya konsentrasi virus ini sangat kecil sekali, sehingga cairan tersebut tidak dapat menularkan virus tersebut kepada orang lain. Implikasi dari sifat HIV ini adalah HIV juga
tidak bisa ditularkan lewat udara seperti Tuberclosis TBC.
42
Ternyata banyak berita, baik itu media massa ataupun cetak tidak menjelaskan cara penularan HIV dan hal itu mengakibatkan masyarakat merasa kebingungan. Mereka
menganggap bahwa daerah rawan penyebaran HIVAIDS adalah tempat pelacuran non formal ataupun liar dan jalur lalu lintas padat. Kesimpulan ini seperti ini merupakan suatu
kekeliruan besar. Sebagai contoh apabila orang berdesakan di bus dimana keberadaan manusia berada didalam satu bus di tengah lallulintas yang padat, sama sekali tidak
membawa bahaya terinfeksi HIV. Walaupun apabila salah satu diantara mereka merupakan orang yang terinfeksi HIV.
43
Kecenderungan untuk mengecap daerah tertentu sebagai daerah rawan AIDS juga keliru. Karena bukan suatu tempat yang rawan AIDS,
42
Ahmad Syams Madyan, Op.Cit., hal. 70.
43
Syaiful W. Harahap, Pers Meliput AIDS, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000, hal 21.
Universitas Sumatera Utara
tetapi manusia yang berperilaku resiko tinggi terhadap penularan HIVAIDS di manapun mereka berada merupakan hal yang patut untuk diwaspadai.
Penularan HIV yang hanya berdasarkan pada cairan tertentu didalam tubuh manusia memunculkan anggapan baru bahwa penyakit ini ditularkan terutama dari
hubungan seksual yang menyimpang dari nilai dan norma masyarakat. Dengan anggapan yang demikian ini maka hubungan seksual apabila menyimpang dari norma akan
mengakibatkan tertular HIV. Akan tetapi perlu kita garis bawahi sebelumnya bahwa penularan virus ini hanya dapat terjadi dalam kondisi yang sangat spesifik dan hubungan
seksual yang tidak aman, yaitu tanpa memakai kondom yang mempunyai persentase terbesar untuk dapat tertular virus ini. Selain itu penularan virus ini juga menular melalui
transfusi dengan darah yang sudah tercemar atau jarum suntik yang tercemar virus HIV. Seperti yang kita ketahui bahwa sebenarnya penularan terbesar dari virus ini terdapat
pada pengguna narkoba dengan menggunkan alat suntik akan tetapi masyarakat cenderung beranggapan bahwa penderita HIV seluruhnya berasal dari perilaku seksual
saja.
44
Permasalahan ini kemudian timbul akibat kurangnya pemberitaan tentang bagaimana cara penularan dari virus ini, sehingga masyarakat masih sangan awam
tentang cara penularan virus ini. Akibatnya rasa takut tertular melalui pergaulan biasa terjadi di tengah-tengah masyarakat. Apabila pandangan yang keliru ini masih terus
dipelihara tanpa ada perbaikan dari pihak-pihak terkait maka perlakuan masyarakat terhadap penderita HIVAIDS dan keluarga dari penderita itu sendiri tidak akan pernah
berubah. Perlakuan masyarakat yang mendiskriminasi penderita HIVAIDS akan tetap subur
44
Ibid., hal. 26.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Stigma Sosial dan Diskriminasi Masyarakat