Dampak HIVAIDS Terhadap Keluarga

BAB IV DAMPAK HIVAIDS BAGI MASYARAKAT DI KOTAMADYA MEDAN 1987-1990 Pada saat ini orang sangat mudah berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, satu kota ke kota lain, dan satu pulau ke pulau lain. Hal ini karena didukung oleh lancarnya transportasi dan komunikasi disamping adanya faktor-faktor pendukung lain seperti faktor ekonomi dan pariwisata. Perpindahan ini mengkibatkan tumbuh suburnya sarana untuk penyebaran penyakit menular khususnya HIVAIDS. Akibat penularan HIVAIDS yang tidak terkontrol tadi secara langsung atau tidak langsung akan membawa dampak pada masyarakat. penyebaran HIVAIDS mempunyai dampak luas pada kependudukan, sosial, ekonomi dan keluarga.

4.1 Dampak HIVAIDS Terhadap Keluarga

Keluarga sebagai lembaga pertama kali yang dikenal oleh individu, mempunyai peranan yang cukup penting di dalam prasosialisasi anak sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Karena dalam keluargalah anak sebagai individu mulai diperkenalkan dengan nilai-nilai dan sikap yang terdapat di dalam dan dianut oleh masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan kontribusi terbesar seseorang dalam menyalahgunakan narkoba sehingga pada akhirnya akan terjangkit AIDS. Hal ini sering terjadi dikarenakan beberapa penyebab yaitu : a. Kematian orang tua broken home by death b. Kedua orang tua bercerai atau pisah broken home by divorceseparations Universitas Sumatera Utara c. Hubungan kedua orang tua dan anak tidak harmonis poor parent child relationship d. Suasana rumah tangga yang tegang hidh tensions e. Suasana rumah tangga yang tanpa kehangatan low warmth f. Orang tua sibuk dan jarang di rumah absence g. Orang tua mempunyai kelainan kepribadian personality disorder 56 Hal-hal tersebut di atas merupakan penyebab terbesar dari seorang individu itu terjerumus untuk menggunakan narkoba. Selain dari pada lingkungan keluarga, masyarakat juga mempunyai peranan penting di dalam tumbuh kembang seorang remaja. Karena, lingkungan merupakan tempat yang paling dekat dengannya setelah keluarga. Dalam lingkungan masyarakat seorang remaja akan berinteraksi dengan dunia luar selain kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya. Remaja biasanya mempunyai teman akrab yang kemudian secara otomatis membentuk suatu kelompok, yang mau tidak mau harus mentaati peraturan yang ada didalam kelompok itu. Biasanya dalam kelompok, para remaja ini mulai mencoba hal-hal yang baru dan bertujuan untuk mencari pengalaman. 57 Ketika mulai mencoba mencari pengalaman baru itu di dalam kelompoknya, maka hal ini akan membuka kesempatan dan peluang bagi remaja untuk menggunakan penyalahgunaan narkoba yang kemudian mengakibatkan seorang remaja itu terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan berujung pada AIDS. Keluarga merupakan suatu unit sosial masyarkat yang dapat dengan cepat mangalami dampak buruk AIDS. Keluarga memikul banyak beban dari AIDS ini dalam 56 Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Jakarta: PT. Dhana Bakti Prima Yasa, 1996, hal. 142 57 Danni Yatim dan Irwanto, Kepribadian, Keluarga, dan Narkotika; Tinjauan Sosial Psikologis, Jakarta: Arcan, 1991, hal. 40 Universitas Sumatera Utara fungsinya sebagai unit utama untuk mengatasi wabah ini dan konsekuensi- konsekuensinya. Ketika seorang anggota keluarga terinfeksi HIV, maka akan terjadi kekacauan pada seluruh aspek kehidupan keluarga. Selain informasi bahwa penyakit ini tidak dapat diobati, keluarga tersebut hanya menerima sedikit konseling mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat timbul akibat dari infeksi tersebut. Seks merupakan cara paling umum dari penularan HIV, dan respon spontan yang paling sering terjadi adalah menyalahkan. Sering kali di dalam sebuah keluarga, salah satu atau kedua pasangan suami istri saling menyalahkan atas terjadinya infeksi pada anak-anaknya. Rumah tangga akan diliputi suasana putus asa, ketakutan, dan pengucilan. Konflik kemudian timbul diantara kedua orang tua, dan anak-anak menyadari adanya ketidakharmonisan di antara kedua orang tuanya besamaan dengan semakin dekatnya ajal anak mereka. Ketegangan serta kebingungan mereka semakin meningkat dengan dijatuhkannya tuduhan bahwa kelakuan ayahlah yang mengakibatkan timbulnya penyakit fatal pada saudara kandung mereka. Stigma sosial menyebabkan pasangan tersebut menghindari diskusi dengan orang luar. Mereka menghindari pembicaraan satu sama lain, keadaan ini selanjutnya merusak ikatan keluarga pada saat di mana anggota keluarga justru saling membutuhkan untuk berbagi kepedihan. Dalam situasi tegang dan sunyi ini, anak-anak akan takut dan merasa tidak menentu mengenai nasib saudara kandung mereka, hubungan kedua orang tua menjadi retak, serta berakibat krisis bagi anak-anak. Suami istri harus membicarakan hubungan seksual mereka serta kemungkinan kehamilan di masa mendatang. Walaupun sangat penting tapi hal ini sangat jarang sekali dilakukan. Dalam hubungan yang normal sekalipun, umumnya mereka tidak ingin Universitas Sumatera Utara membicarakan hubungan seksualnya. Terkadang di antara pasangan suami istri, kontrasepsi bukanlah satu pilihan utama. Pada pasangan yang terinfeksi, mereka mungkin tidak melakukan hubungan seksual karena berusaha melindungi dirinya, atau karena suami merasa malu, marah dan takut melakukan hubungan seks dengan istri yang telah terinfeksi. Sebaliknya apabila suami yang terinfeksi maka istri tidak dapat menolak ajakan suaminya untuk melakukan hubungan seksual, hal ini dipengaruhi juga oleh ajaran agama yang menganggap bahwa seorang istri harus taat kepada suaminya; seorang istri haruslah “bersedia” kapan pun suaminya menginginkan hubungan badan. Ada sebuah Hadist Nabi yang menerangkan bahwa jika seorang istri menolak ajakan suaminya pada malam hari, Allah dan malaikat akan melaknat sang istri hingga pagi hari tiba. 58 Apaila istri memilih untuk menolak melakukan hubungan seks, maka sama saja dengan ia telah berdosa. Anggota keluarga dekat lainnya juga akan mengalami tekanan jiwa. Bila istri yang jatuh terinfeksi maka pada umumnya ibunya pindah ke rumah pasangan itu untuk merawatnya. Ia akan sedih, dan menyalahkan menantunya atas kematian cucunya dan penyakit yang diderita anaknya. Walaupun ibu suami dan keluarga dekatnya tinggal berdekatan dengan mereka, tetapi komunikasi yang terganggu membuat mereka merasa tidak dapat berbuat apa-apa untuk membantu. Walaupun keluarga suami juga merasakan kehilangan dan kepedihan yang sama, tetapi mereka tidak tahu bagaimana harus menghibur mertua si suami, sementara pihak keluarga suami dianggap bertanggung jawab atas terjadinya infeksi ini. 59 58 Hadis ini menngatakan, “Jika seorang wanita menghabiskan malam dengan meninggalkan suaminya karena enggan menerima ajakannya berhubungan badan, maka Allah dan para malaikatnya akan mengutuknya hingga pagi hari,” HR Bukhari Muslim 59 Wawancara dengan Ibu Yanti di kantor LSM Medan Plus pada tanggal 11 Mei 2009. Universitas Sumatera Utara Tekanan ini kadang-kadang memaksa istri untuk kembali ke keluarganya untuk mendapatkan perawatan, tetapi saudaranya merasakan beban karena harus memberikan bantuan mendadak maupun bantuan di masa mendatang bagi anak-anak yang akan ditinggal oleh orang tuanya ini. Jarang sekali terjadi diskusi yang sungguh-sungguh mengenai bagaimana anak-anak itu akan dirawat. Lingkaran semacam ini kemudian akan terjadi lagi apabila suami jatuh sakit. Pada akhirnya keluarga yang kehilangan ini akan terluka secara permanen, menderita bukan hanya karena rasa sedih dan kehilangan akan tetapi juga karena isolasi sosial yang diterima masyarakat. Yang menjadi masalah kemudian adalah nasib dari anak-anak yang orang tuanya mengidap penyakit mematikan ini. Anak-anak menjadi perawat bagi orang tuanya yang mengidap AIDS, banyak anak-anak kemudian menjadi yatim piatu di usia yang masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian penuh dari kedua orang tuanya, tetapi karena orang tuanya telah meninggal dunia, maka hak asuh mereka jatuh kepada kakek dan nenek yang sudah lanjut usia dan kurang mampu, sehingga anak-anak tersebut menjadi terlantar. Selain dari pada itu, anak-anak yang orang tuanya tertular AIDS memiliki masalah-masalah dilingkungan tempat ia hidup diantaranya seperti masalah sosial kurang mandiri, tidak percaya diri, agresif terhadap teman, masalah keluarga anak kekurangan waktu bersama dengan orang tua, dan masalah sekolah dimana sering terjadi tindakan disriminasi dan stigmatisasi oleh orang-orang yang ada dilingkungan sekolahnya. Nasib janda dari penderita AIDS juga memprihainkan. Mereka sering tidak dapat mewarisi harta kekayaan suaminya dan terpaksa menjadi WTS atau minta-minta untuk mempertahankan hidupnya. Pada tingkat keluarga, adanya seorang dewasa yang Universitas Sumatera Utara menderita AIDS mengakibatkan penurunan pendapatan yang drastis yang antara lain dapat mengurangi nilai gizi, kemampuan membayar uang sekolah dan kemampuan untuk meningkatkan taraf hidupnya. 60

4.2 Dampak Ekonomi