Dapat diambil kesimpulan sebenarnya arus perpindahan mereka bukan disebabkan karena pengaruh parahnya kehidupan di daerah asal, tetapi oleh faktor lain,
yaitu motif ekonomi merupakan dasar utama dan perbedaan fasilitas-fasilitas kehidupan antara kota dan desa ikut membantu di dalamnya.
2.4 Keadaan Kesehatan Penduduk di Kotamadya Medan Secara Umum.
Keadaan kesehatan rakyat di Kotamadya Medan boleh dikatakan cukup baik atas adanya usaha-usaha dari Dinas Kesehatan Rakyat Kotamadya Medan untuk memperbaiki
kesehatan masyarakat kotanya. Usaha-usaha yang dilakukan tersebut menurut keterangan yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kotamadya Medan adalah :
1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui Puskesmas, Balai
Pengobatan, Balai Kesehatan Ibu dan Anak BKIA, dan Klinik Gigi. 2.
Memberikan perawatan persalinan di Klinik-klinik Bersalin DKK Medan. 3.
Untuk menambah pengetahuan dari pada masyarakat telah diadakan usaha penyuluhan Kesehatan Masyarakat melalui ceramah-ceramah, kunjungan
kerumah-rumah, poster, slide, dan juga turut dalam kegiatan Dinas-Dinas lain. 4.
Dalam rangka terlaksananya usaha-usaha peningkatan kesehatan ini Dinas Kesehatan juga melaksanakan korelasi secara lintas sektoral.
5. Kepada anak-anak sekolah melalui UKS Usaha Kesehatan sekolah dan UKGS
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah telah diberikan pendidikan Kesehatan dan kepada Guru beserta orang tua murid diberikan penyuluhan mengenai cara hidup
sehat.
Universitas Sumatera Utara
6. Untuk peningkatan Gizi masyarakat telah diberikan penataran kepada tokoh-tokoh
masyarakat dan telah dilakukan dibeberapa desa serta memberikan ceramah- ceramah mengenai gizi dan pameran gizi.
Dari usaha-usaha yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan ini, jelaslah sudah bagi kita bahwa Dinas Kesehatan lebih mengutamakan menjaga jangan timbulnya penyakit
rakyat. Tidak seperti yang pernah dilakukan oleh kaum penjajah didaerah jajahannya, mereka hanya dapat menyembuhkan penyakit-penyakit daripada menjaga timbulnya.
Dalam hal perbaikan hygiene Sanitasi lingkungan diadakan : 1.
Pemeriksaan control air buang, air sungai, air minum, dsb. 2.
Pembangunan jamban keluarga dan sumur pompa tangan 3.
Pengawasan makanan atau minuman ditempat-tempat umum 4.
Pengawasan penggunaan Peptisida 5.
Membentuk team gerak cepat untuk menanggulangi penyakit menular 6.
Melakukan pengawasan terhadap pramuria-pramuria melalui VD control pada dua tempat.
7. Mengadakan penyemprotan pada daerah-daerah tersangka adanya Malaria dan
Demam Berdarah 8.
Mengadakan TB Control pada dua tempat untuk menanggulangi penyakit TBC 9.
Mengadakan Surveilans Epidemiologis untuk menanggulangi penyakit menular 10.
Menyediakan obat-obatan standar diseluruh Instalasi DKK Medan Puskesmas, BP, BKIA dengan penyebaran yang relatif murah sesuai dengan perda yang
berlaku.
Universitas Sumatera Utara
Dalam usaha mengurangi penyakit rakyat Dinas Kesehatan Kotamadya Medan telah melakukan berbagai usaha, disamping mempertinggi atau memperbaiki kesehatan
masyarakat. Usaha-usaha tersebut antara lain ialah pemberian kekebalan, Vaksinasi Cacar, Rabies, perbaikan Hygene Sanitasi. Pemeriksaan air buangan, sungai, air minum
dan sebagainya. Pembangunan jamban, sumur pompa dan pengawasan Pestisida. Masalah penyakit menular di Kotamadya Medan Dinas Kesehatan melakukan
pemberantasan peyakit tersebut dengan tujuan untuk mematahkan mata rantai penularan. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan sumber atau pembawa penyakit, mencegah
hubungan dengan penyebab penyakit atau memberi kekebalan kepada penduduk. Selanjutnya dalam menentukan penyakit-penyakit apa saja yang harus diberantas
Dinas Kesehatan Kotamadya Medan mempergunakan faktor-faktor pertimbangan sebagai berikut:
a. Ikatan perjanjian dengan luar negeri International Health Regulation yang
dituangkan dalam Undang-Undang Karantina Cacar, Kolera dan Pes b.
Penyakit yang merupakan masalah kesehatan rakyat dan telah diketahui cara-cara pemberantasannya yang efektif seperti Malaria, Tuberclosis paru-paru, Kusta,
Framboesia dan Penyakit Kelamin. c.
Penyakit lain yang timbul sebagai wabah dan perlu diambil tindakan seperlunya Anthrax, Demam Berdarah dan penyakit yang perlu dipersiapkan
penanggulangannya dengan mengadakan survei, studi dan percobaan pemberantasan
Universitas Sumatera Utara
Sebagai kegiatan yang merupakan dasar penyokong atau penunjang pemberantasan peyakit menular di atas, yang sekaligus dapat mengatasi permasalahan yang ada atau
timbul di daerah-daerah dilakukan pula : a.
kegiatan penelitian keadaan penyakit dan pola penyebarannya Epidemiological Surveillance di daerah-daerah yang meliputi: penemuan penderita penyakit
menular tertentu, pengumpulan data epidemiology tertentu sehubungan dengan timbulnya penyakit pada penderitanya, menganalisa data dan menyampaikan
analisa data tersebut kepada yang bertugas mengambil tindakan. b.
Pemeriksaan laboratorium serta meningkatkan fasilitas ruangan kerja, peralatan dan tenaga yang terlatih serta sistim penghubung yang seluas-luasnya.
c. Kegiatan karantina dengan meningkatkan pencegahan masuk atau keluarnya
penyakit menular ke atau dari Kotamadya Medan berdasarkan pertimbangan epidemiology, yang dalam hal ini memerlukan rehabilitasi fasilitas kerja.
d. Usaha hygiene dan sanitasi dengan memperbaiki persediaan air minum dalam
rangka pemberantasan atau pencegahan penyakit Kolera dan mendidik masyarakat dalam hal kebiasaan hidup yang higienis.
Dinas kesehatan Kotamadya Medan membagi masalah penyakit menular ini didalam dua bagian yaitu :
a. Penyakit menular wabah terjadi suatu saat melonjak dan kemudian menghilang.
Penyakit menular yang termasuk didalam jenis ini adalah: -
Kolera -
Demam Berdarah -
Cacar
Universitas Sumatera Utara
- Pest
b. Penyakit menular Endemis terjadi sepanjang tahun. Penyakit menular Endemis
ini terdiri dari: -
TBC -
Kelamin VD -
Malaria -
Kusta -
Frambusia dan sebagainya Dalam menanggulangi penyakit menular wabah Dinas Kesehatan menghimbau
kepada masyarakat agar segera memberitahukan kepada instansi kesehatan terdekat dalam waktu 1x24 jam setelah mengetahui adanya penderita penyakit menular ini maka
segera dilakukan pengobatan sesuai dengan penyakit masing-masing, dan pencegahan dilakukan dengan vaksinasi atau imunisasi. Sedang penentuan kepastian penyakit
dilakukan melalui pemeriksaan bahan-bahan sesuai dengan penyakitnya masing-masing. Misalnya tinja, darah dan sebagainya.
Sedangkan penanggulangan terhadap penyakit Endemis dilakukan dengan pengobatan terhadap penderita secara berkelanjutan dan penentuan penyakitnya melalui
pemeriksaan Laboratorium. Pemeriksaan Laboratorium terhadap Specimen, contoh bahan pemeriksaan seperti darah, dahak dan sebagainya untuk mengetahui secara pasti Invasi
atau penyerangan penyakit dilakukan pemeriksaan terhadap seluruh daerah penderita. Dalam upaya memberantas penyakit kelamin maka kebijaksanaan yang diambil oleh
Dinas Kesehatan Kotamadya Medan adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Melaksanakan penemuan penderita Case Finding aktif dengan pemeriksaan STS
Test Serologik terhadap Syphilis terhadap golongan-golongan masyarakat tertentu Closed Communities.
b. Melanjutkan penyuntikan sekali seminggu terhadap para WTS yang dilokalisir
Regular Mass TreatmentRMT dan razia terhadap WTS liar. c.
Meningkatkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat mengenai penyakit kelamin.
d. Mengembangkan cara pemberantasan Gonorrhea
Selain menghadapi masalah penanggulangan penyakit-penyakit rakyat hal lain yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kotamadya Medan dalam upayanya meningkatkan
kesehatan masyarakat Kotamadya Medan adalah masalah penanggulangan ketergantungan obat narkotika. Pada umumnya korban narkotik adalah para remaja yang
berumur antara 16-25 tahun, satu hal yang sangat mencemaskan mengingat bahwa mereka adalah generasi penerus, yang berarti juga menyangkut masa depan bangsa dan
negara kita. Penyalahgunaan narkotika ini adalah satu dari gejala-gejala kenakalan remaja
yang melanda Kotamadya Medan, di samping gejala-gejala lainnya seperti pergaulan yang terlalu bebas, kurangnya sopan santun, perkelahian-perkelahian, pengebutan-
pengebutan dan lain sebagainya. Dalam menghadapi situasi ini Pemerintah telah bertindak cepat dan tegas dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No. 61971. Dengan
berlandaskan Instruksi Presiden ini dibentuklah Team Narkotika dan Kenakalan Remaja, yang bertugas melakukan koordinasi usaha penanggulangan kenakalan ramaja di seluruh
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Departemen Kesehatan, dalam hal ini diwakili oleh Direktorat Kesehatan Jiwa, ikut aktif dalam usaha ini.
Lembaga Ketergantungan Obat ini meliputi beberapa unit yaitu detoxifikasi, outpatient ambulatoir, rehabilitasiresosialisasi, epidemiologi dan Laboratorium.
Dengan demikian terhimpun kerjasama antara para dokter, psikiater, pekerja sosial, psikolog, perawat dan tenaga administrasi untuk pemulihan kesehatan dan pengembalian
para remaja yang dirawat ke dalam masyarakat dan lingkungannya.
27
27
Ibid., hal. 103
Universitas Sumatera Utara
BAB III PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP
PENDERITA HIVAIDS DI KOTAMADYA MEDAN 1987-1990
Indonesia pertama kali mengetahui adanya kasus AIDS pada bulan april 1987 dengan meninggalnya seorang wisatawan Belanda disalah satu RS terbesar di Bali.
Sebelumnya penyakit ini sebenarnya telah berada di Indonesia sejak tahun 1983, hal ini dibuktikan oleh dr. Zubairi Djoerban dari hasil penelitian yang ia lakukan terhadap 20
orang wanita tuna susila terdapat 3 orang yang positif terinfeksi HIV, dengan demikian sebenarnya HIV telah ada di Indonesia sebelum tahun 1987. Sikap pemerintah pada
mulanya justru menutupi adanya kasus tersebut di Indonesia. Sebagian masyarakat juga menyangkalnya. Masalah AIDS rasanya tidak mungkin berkembang di Indonesia karena
masyarakatnya masih memegang norma-norma dan adat ketimuran. Hal ini merupakan
salah satu sikap irasional yang memungkiri adanya kasus ini.
Respon pemerintah terhadap masalah AIDS baru terlihat karena, penyakit ini bukan saja menyerang para warga negara asing tetapi justru sudah melanda warga Negara
Indonesia. Korban pertama AIDS di Indonesia adalah mereka yang tergolong berperilaku resiko tinggi
28
seperti kelompok pekerja seks komersial yang sering melakukan hubungan seks yang tidak aman lewat anus dan berganti-ganti pasangan seks. Kelompok lain adalah
28
Perilaku beresiko tinggi adalah sikap dan perilaku individu yang memungkinkan dirinya untuk tertular virus HIV, misalnya melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa
menggunakan alat kontrasepsi kondom dan pemakaian narkoba melalui jarum suntik yang tidak steril.
Universitas Sumatera Utara
kelompok homoseksual, dan para pengguna narkoba suntik. Dari sejak semula kelompok- kelompok inilah yang dianggap paling berpotensi tertular HIVAIDS, selain karena
pengetahuan mereka masih sangat terbatas mengenai penyakit ini, kondisi kehidupan mereka juga menghadapkan mereka dengan resiko tertular virus HIV.
Sikap dan tindakan lain yang muncul di masyarakat adalah dalam bentuk pengucilan penderita dan keluarganya karena mereka dianggap menodai lingkungan
masyarakat. Penderita AIDS adalah anggota masyarakat yang melakukan perilaku yang tercela sehingga mereka pantas mendapat hukuman dari Tuhan dan patut dikucilkan dari
pergaulan. Semua sikap tersebut merupakan reaksi social masyarakat yang emosional karena kurangnya pemahaman mereka tentang perjalanan penyakit ini, terutama tentang
cara penularannya. Kotamadya Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia juga tidak luput dari
virus ini. Kasus pertama HIV di Kotamadya Medan diindikasikan telah ada pada tahun 1987, dimana penderita pertama di Kotamadya Medan adalah seorang Nahkoda. Kasus
penyakit ini ditemukan melalui metode serosurvei
29
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara pada daerah-daerah yang merupakan daerah rawan
penyebaran virus HIV.
30
3.1 Latar Belakang Penderita HIVAIDS