menderita AIDS mengakibatkan penurunan pendapatan yang drastis yang antara lain dapat mengurangi nilai gizi, kemampuan membayar uang sekolah dan kemampuan untuk
meningkatkan taraf hidupnya.
60
4.2 Dampak Ekonomi
Sudah menjadi kenyataan bahwa prostitusi menimbulkan penyakit-penyakit kelamin seperti Syphilis dan HIVAIDS. Alasan seseorang itu melakukan praktek
prostitusi adalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan fasillitator dari penyebaran HIV, karena banyak di antara pekerja seks komersial tersebut tetap melakukan praktek
prostitusi dengan lelaki langganannya walaupun ia telah mengetahui status positifnya. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menutupi keadaan sesungguhnya untuk
mendapatkan uang. Kemiskinan sering membuat orang bisa melakukan apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk melacurkan diri ke lingkaran prostitusi.
Karena kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan, mobilitas masyarakat miskin
untuk pencarian nafkah, banyaknya penderita penyakit menular seksual PMS yang
tidak terobati, kurangnya akses ke informasi tentang kesehatan, khususnya tentang
kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual, dan HIVAIDS, dan kesulitan
masyarakat miskin untuk mendapatkan akses pada kondom.
AIDS mengancam setiap jaringan masyarakat, membahayakan penduduk usia produktif yang membawa akibat pada berbagai biaya ekonomi yang langsung ataupun
tidak langsung. Secara umum dampak HIVAIDS dapat digambarkan dalam skema berikut.
60
Wawancara dengan Bapak Edo, di kantor Dinas Kesehatan Kotamadya Medan pada tanggal 20 Juli 2009.
Universitas Sumatera Utara
Fase I: Penyebaran virus Dalam fase ini makin banyak orang terinfeksi namun masa inkubasinya lama,
belum banyak yang sakit. Fase II: Penyakit dan Kematian
Penularan virus berjalan terus dan orang yang terinfeksi makin banyak yang sakit dan mati. Beban dari pelayanan kesehatan bertambah.
Fase III: Dampak pada keluarga yang ditinggaalkan Anak-anak, janda ataupun duda, orang lanjut usia dan lain-lain ditinggalkan tanpa
jaminan untuk hidup mereka. Beban dari pelayanan sosial bertambah. Fase IV: Dampak sosial dan ekonomi
Berkurangnya tenaga kerja, dampak buruk terhadap sektor produksi dan sosial, keluarga dan masyarakat.
Fase V: Dampak jangka panjang Keresahan di bidang sosial dan politik, bertambahnya kemiskinan desintegrasi
sosial, keruntuhan aspirasi dan terganggunya perkembangan ekonomi.
61
Mengingat bahwa HIV banyak menjangkiti orang muda dan mereka yang berada pada usia produktif utama 94 berada pada usia 19-49 tahun, hal ini akan
mempertinggi angka kematian pada kelompok tersebut. Di sisi lain HIVAIDS berdampak langsung pada jumlah populasi dan pertumbuhan jumlah angkatan kerja, dan
struktur populasi dengan demikian semakin banyak muncul tenaga kerja muda yang belum terdidik memasuki lapangan kerja, tentu akan menurunkan produktifitas.
HIVAIDS juga akan meningkatkan jumlah kemiskinan dan ketidakseimbangan ekonomi yang diakibatkan oleh dampaknya pada individu, rumah tangga, dan
61
AIDS dan Kesejahteraan Sosial, Prisma, No.3 tahun 1995, hal. 9-10.
Universitas Sumatera Utara
pemerintah. Dari sudut pandang individu, penderita HIVAIDS berarti tidak dapat masuk kerja, jumlah hari kerja yang berkurang, kesempatan kerja yang terbatas untuk
mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih baik dan umur masa produktif yang lebih pendek. Dampak individu ini harus diperhitungkan bersamaan dengan dampak ekonomi
pada keluarga, perusahaan tempat penderita HIVAIDS itu bekerja dan pada pemerintah. Bagi rumah tangga dengan anggota keluarga yang terkena AIDS, dampak ini akan
permanen berupa jebakan kemiskinan. Oleh karena, produktifitas kerja akan semakin menurun hal ini disertai pula dengan jumlah penghasilan akibat menurunnya jam kerja
baik karena sakit ataupun pemeliharaan anggota keluarga yang sakit. Di sisi lain, meningkatkan pengeluaran untuk biaya kesehatan dan perawatan kesehatan di rumah
tangga. Sementara itu pada level perusahaan, dengan ekspektasi bahwa AIDS
memperlambat pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan merosotnya permintaan konsumsi. Hal ini berarti sebuah peringatan akan melambatnya akses pasar bagi
perusahaan yang juga tergantung pada konsumen lokal. Lebih jauh lagi dampak yang meluas terhadap pasar tenaga kerja melalui penawaran tenaga kerja, produktifitas tenaga
kerja dan permintaan tenaga kerja kelihatannya dapat mempengaruhi upah dan lapangan kerja.
Dampak bagi dunia usaha cukup signifikan dan dapat dilihat dari: a.
Berkurangnya produktifitas yang disebabkan oleh:
Cuti sakit atau ketidakhadiran karyawan
Pergantian karyawan
Hilangnya karyawan yang berpotensi
Universitas Sumatera Utara
b. Meningkatnya pengeluaran yang harus dipikul oleh perusahaan untuk:
Merekrut dan melatih karyawan pengganti
Biaya kesehatan dan asuransi
Pensiun dini
62
HIVAIDS juga berperan dalam menurunnya kepercayaan diri pekerja takut akan diskriminasi, kehilangan rekan kerja, dan rasa khawatir dan juga pada penghasilan
pekerja akibat meningkatnya permintaan untuk biaya perawatan medis dari pusat pelayanan kesehatan pekerja, pembayaran dini dari dana pensiun, pensiunan akibat
kematian dini, dan meningkatnya kematian. Perkembangan ekonomi akan tertahan apabila HIVAIDS semakin berkembang yang kemudian menyebabkan kemiskinan bagi
para penderitanya sehingga meningkatkan kesenjangan ekonomi dan menimbulkan lebih banyak lagi keadaan yang tidak stabil.
Meskipun kemiskinan merupakan faktor yang paling jelas dalam menimbulkan keadaan resiko tinggi dan memaksa banyak orang kedalam perilaku beresiko tinggi,
kebalikannya dapat pula berlaku. Pendapatan yang berlebih, terutama diluar pengetahuan keluarga dapat pula menimbulkan resiko yang sama. Pendapatan yang besar umumnya
tersedia pada pekerja yang terampil dan pada pekerjaan yang professional membuka kesempatan bagi individu untuk masuk pada perilaku resiko tinggi yang sama, bepergian
jauh dari rumah, pasangan seks yang banyak, berhubungan dengan wanita Tuna susila, obat terlarang, minuman keras dan lain-lain.
63
62
Elizabeth Reid, HIV dan AIDS Interkoneksi Global, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995, hal.
2-3.
63
Wawancara dengan Bapak Andi Ilham Lubis, di kantor Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 22 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
Bagi pemerintah, jebakan kemiskinan ini akan mengurangi kemampuannya untuk meningkatkan penerimaan pajak, sementara di sisi lain terjadi desakan terhadap kenaikan
belanja pemerintah untuk berbagai program termasuk didalamnya program penanggulangan kemiskinan. Pada akhirnya pengeluaran pemerintah akan semakin
meningkat untuk hal-hal di atas yang sudah tentu akan menguras tabungan atau minimal sebagian dari pendapatan akan diambil yang seharusnya dimasukkan ke dalam kas
daerah. Rendahnya tingkat pendapatan akan memperburuk iklim investasi mengakibatkan penurunan kegiatan ekonomi dan pembangunan serta produktifitas tenaga kerja.
Melihat dampak ekonomi yang diakibatkan oleh HIVAIDS, maka secara nyata penderita HIVAIDS akan rentan dalam kemiskinan. Meskipun demikian, pada dasarnya
mereka potensial untuk dilatih agar bisa bekerja. Kendalanya ialah, mereka tidak memiliki ketrampilan khusus, kurang mempunyai relasi, dan lain sebagainya. Kondisi
ekonomi yang cukup rendah sehingga tidak memiliki modal untuk memulai usaha, dan belum memiliki semangat untuk kemandirian sehingga banyak diantara mereka yang
masih bergantung kepada orang tua.
4.3 Dampak Pada Kesehatan