hanya tidak hanya keliru dan salah, tapi juga akan menimbulkan dan mempertahankan kondisi yang memudahkan penularan HIVAIDS.
b. Hak untuk memperoleh kemerdekaan dan rasa aman, penderita HIVAIDS
hendaknya tetap berada ditengah-tengah masyarakat tanpa adanya diskriminasi dan penggucilan dari masyarakat. Di penjara seorang tahanan yang terinfeksi
HIVAIDS tidak boleh dipisahkan atau diisolasi dari tahanan lain. c.
Hak untuk menikah. Penderita HIVAIDS mempunyai hak untuk menikah, dan untuk menghormati hal tersebut seharusnya tersedia untuk penderita penyakit ini
dan pasangannya. d.
Hak untuk mendapatkan pendidikan. Masalah pendidikan untuk penderita HIVAIDS seharusnya tidak dibatasi dan interaksi sosial di sekolah perlu dibina
dengan baik agar penderita HIVAIDS tidak tersingkir. e.
Hak asasi manusia untuk perempuan berstatus penderita HIVAIDS. f.
Hak asasi manusia untuk penderita HIVAIDS anak-anak. Hak anak adalah hak yang juga berlaku untuk layanan kesehatan, perlakuan non-diskriminatif dan
sebagainya.
52
Apabila kita lihat masalah hak asasi pada HIVAIDS sebetulnya kita mengkaji masalah hak asasi manusia yang paling hakiki dan universal. Dan sebenarnya kita sedang
melihat masalah kemanusiaan secara umum, baik yang berhubungan maupun yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan HIVAIDS.
3.4 Pelayanan Medis Yang Tidak Memihak
Infeksi HIV akan membawa dampak psikososial pada orang yang terinfeksi. Penderitanya tidak hanya akan mengalami gejala klinis tetapi juga menghadapi berbagai
52
Proyek Pendokumentasian yang dilakukan oleh Kelompok Sebaya, Op.cit., hal. 10-13.
Universitas Sumatera Utara
masalah psikis dan sosial. Sebagai warga negara penderita HIV juga sama seperti warga negara lainnya mempunyai hak dan kewajiban. Karena AIDS masih merupakan stigma
maka ketakutan sebagai anggota masyarakat terhadap penderita HIVAIDS mengakibatkan beberapa hak penderita HIV tersebut terabaikan.
Sumpah Dokter misalnya, mewajibkan setiap dokter untuk menolong semua orang tanpa membedakan latar belakang penyakitnya. Penderita HIV seperti layaknya
penderita penyakit lain sudah sewajarnya mendapatkan hak yang sama dalam memberikan layanan kesehatan baik itu di instansi layanan kesehatan swasta ataupun
pemerintah. Akan tetapi pada kenyataannya di lapangan terjadi pengabaian hak penderita HIV, ini disebabkan oleh ketidaktahuan atau ketidakpedulian unit yang bersangkutan
terhadap sumpah dokter yang telah mereka ucapkan. Banyak rumah sakit yang tidak siap untuk merawat pasien HIVAIDS. Apabila
ada pasien yang setelah dilakukan pemeriksaan terbukti positif HIV, mereka cenderung mendapatkan perlakuan diskriminatif dan terkadang pihak rumah sakit menolak untuk
memberikan perawatan dan menunjuk pasien tersebut ke rumah sakit lain, dalam hal ini rumah sakit yang sering dijadikan bahan rujukan untuk pasien HIV dan AIDS ini adalah
rumah sakit pemerintah.
53
Selain daripada itu adanya cara-cara isolasi medis dalam penanganan HIVAIDS dengan penempatan penderita diruang khusus merupakan bentuk pendiskriminasian dan
menstigmatisasi penderita HIVAIDS. Seperti yang kita ketahui bahwa penularan penyakit HIVAIDS tidaklah mudah sehingga isolasi medis sebenarnya tidak perlu
dilakukan. Secara psikologis baik itu penderita maupun keluarga benar-benar terpukul dengan kondisi ini. Di lain pihak banyak kasus yang terjadi dimana pihak rumah sakit
53
Wawancara dengan Ibu Dewi, di kantor LSM SPKS pada tanggal 8 Agustus 2009.
Universitas Sumatera Utara
dan dokter yang menolak untuk merawat pasien HIVAIDS karena mereka mengetahui bahwa pasien tersebut terinfeksi HIV.
54
Salah satu masalah lain dalam pemeliharaan kesehatan penderita HIV adalah sikap sebagian perusahaan asuransi yang tidak mau mengganti biaya pengobatan bila
diketahui klien terinfeksi HIV.
55
Hal ini terjadi karena pihak asuransi tidak mau dirugikan dengan mengeluarkan biaya yang besar untuk pengobatan penderita HIVAIDS.
Seharusnya instansi kesehatan dan alat-alat kesehatan sudah sepatutnya untuk memihak kepada masyarakat tanpa membedakan penyakit apa yang diderita oleh pasien
tersebut. Penolakan dan pengisolasian penderita merupakan tindakan yang tidak tepat karena penderita HIVAIDS juga merupakan manusia, sehingga sudah seharusnya
mendapatkan perlakuan yang sama seperti manusia lainnya
54
Wawancara dengan Bapak Roman di klinik VCT RSUP H. Adam Malik pada tanggal 28 Mei 2009.
55
Wawancara dengan Bapak Rahmad Nur Kurniawan di kantor LSM SPKS pada tanggal 10 Agustus 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV DAMPAK HIVAIDS BAGI MASYARAKAT DI
KOTAMADYA MEDAN 1987-1990
Pada saat ini orang sangat mudah berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, satu kota ke kota lain, dan satu pulau ke pulau lain. Hal ini karena didukung oleh
lancarnya transportasi dan komunikasi disamping adanya faktor-faktor pendukung lain seperti faktor ekonomi dan pariwisata. Perpindahan ini mengkibatkan tumbuh suburnya
sarana untuk penyebaran penyakit menular khususnya HIVAIDS. Akibat penularan HIVAIDS yang tidak terkontrol tadi secara langsung atau tidak
langsung akan membawa dampak pada masyarakat. penyebaran HIVAIDS mempunyai dampak luas pada kependudukan, sosial, ekonomi dan keluarga.
4.1 Dampak HIVAIDS Terhadap Keluarga