Latar Belakang Ekonomi Latar Belakang Penderita HIVAIDS

Lapisan sosial yang berbeda pada masyarakat menyebabkan kerentanan yang berbeda pula terhadap penderita suatu penyakit. Ini bukan hanya disebabkan oleh suatu faktor tunggal, namun tergantung pada banyak sekali faktor, terutama ekonomi pendidikan, dan sosial, di samping biologis dan lingkungan. Cara hidup dan gaya hidup manusia juga merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan kemunculan dan berkembangnya suatu penyakit yang sebelumnnya tak dikenal orang. AIDS merupakan salah satu contoh dimana gaya dan cara hidup manusia yang secara langsung ataupun tidak langsung ikut membantu kemunculan dan berkembangnya jumlah penderita penyakit ini. 31 Khusus di Kotamadya Medan penyakit ini banyak menyerang pada kelompok masyarakat yang mempunyai perilaku beresiko tinggi. Penderita penyakit ini kebanyakan adalah wanita pekerja seksual, pengguna narkoba khususnya pada mereka yang memakai narkoba dengan menggunakan alat suntik, dan pada lelaki homoseksual. Walaupun pada perkembangan selanjutnya penderita penyakit ini adalah ibu rumah tangga yang ditularkan oleh suami yang berperilaku beresiko tinggi dan anak-anak yang ditularkan melalui ibunya selama dalam masa kehamilan. 32 Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapatlah diklasifikasikan atau digolongkan latar belakang penderita penyakit HIVAIDS dari beberapa sudut pandang. Yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini.

3.1.1 Latar Belakang Ekonomi

31 Benyamin Lumenta, Penyakit Citra, Alam, dan Budaya Tinjauan Fenomena Sosial, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1989, hal. 40-41. 32 Wawancara dengan Bapak Andi Ilham Lubis, di Kantor Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara bidang Pemberantasan Penyakit Menular Langsung dan Penyehatan Lingkungan pada tanggal 22 Mei 2009. Universitas Sumatera Utara Ekonomi merupakan faktor penting dari kehidupan manusia, dan ini merupakan sifat manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari, yang dalam kesempatan mana ada yang menempuh jalan yang terhormat dan ada jalan yang tercela. Dalam kaitannya dengan latar belakang penderita HIVAIDS masalah ekonomi memiliki peranan sangat penting, dimana hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan seorang individu itu dapat terjangkit virus HIV. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penderita HIVAIDS yang terbanyak berasal dari pengguna narkoba yang menggunakan alat suntik secara bergantian dan pekerja seks komersial. Mereka yang berprofesi sebagai wanita tuna susila WTS pada umumnya melakukan profesi tersebut karena terdesak kebutuhan ekonomi. Dalam hal ini prostitusi merupakan jalan untuk mendapatkan nafkah, sehingga banyak wanita yang kemudian terjerumus menjadi WTS. Menurut Hull dan Sulistyaningsih ada berbagai cara wanita dapat terjebak didalam praktek pelacuran “Ada banyak jalan perempuan terjun ke dunia seks, masing-masing berhubungan dengan berbagai sector yang berbeda di industri ini. Ada yang terbujuk iming-iming imbalan uang besar yang ditawarkan oleh berbagai jenis pekerja seks, keuntungan yang mereka dapat dan yang bisa mereka raih dari menjual jasa seks ke pelanggan jenis tertentu, dan kemudian memilih dunia pelacuran daripada bekerja di bidang lain. Namun hal ini sangat jarang. Yang lebih banyak terjadi adalah para perempuan tersebut dipaksa oleh berbagai keadaan yang menyudutkan, kegagalan pernikahan atau percintaan, kurang adaya pilihan pekerjaan lain, tapi yang paling sering terjadi adalah keputusasaan dalam mendapatkan penghasilan untuk menunjang hidup mereka, keluarga dan anak-anak mereka”. 33 Mereka dalam melakukan praktek prostitusinya ada yang secara terang-terangan dan ada yang melakukannya secara terselubung. WTS yang secara terang-terangan melakukan praktek prostitusi dan liar, baik secara perorangan ataupun kelompok. 33 Hull, Jones, terj Sulistyaningsih, Prostitusi di Indonesia: sejarah dan evolusi, Jakarta: Pustaka sinar Harapan, 1998, hal. 51. Universitas Sumatera Utara Perbuatannya tidak terorganisir, tempatnya tidak tertentu. Bisa disembarang tempat, mencari “mangsa” sendiri. Sedangkan WTS yang melakukan praktek prostitusinya secara terselubung biasanya mereka mempunyai pekerjaan sampingan yang menutupi status mereka sebagai seorang WTS. hal ini dapat kita jumpai pada tempat-tempat hiburan, penginapan, konsentrasi wisatawan asing, salon-salon kecantikan dan panti-panti pijat. 34 Pada umumnya mereka yang melacurkan diri kurang mempedulikan kesehatannya, karena belum tentu mereka itu mau memeriksakan kesehatannya ke dokter. 35 Dengan demikian WTS yang secara terang-terangan melacurkan diri dengan WTS yang terselubung sama-sama mempunyai resiko tinggi untuk terkena HIV begitu juga dengan pria-pria yang memakai jasa mereka. Pada penderita HIV yang berasal dari pengguna narkoba suntik berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas, sehingga mereka dapat dengan mudah membeli dan menggunakan narkoba tersebut secara bergantian. Selain itu, pengguna narkoba suntik cenderung juga melakukan kegiatan seks dengan berganti-ganti pasangan hubungan seks beresiko tinggi.

3.1.2 Latar Belakang Pendidikan