hal yang terjadi kemudian adalah perkembangan kasus penyakit ini akan semakin susah untuk diminimalkan.
4.5 Dampak Terhadap Kependudukan
HIVAIDS melumpuhkan sistem kekebalan tubuh manusia, maka benih penyakit atau infeksi sangat ringan pun dapat menjadi amat berbahaya bagi kesehatan seorang
pengidap HIVAIDS.
65
Cepat atau lambat pengidap HIVAIDS akan menemukan ajalnya. Bila kita tidak melakukan pencegahan dan penanggulangan secara dini terhadap
HIVAIDS, pasti angka kematian akan meningkat secara drastis. Semakin tinggi angka kematian, harapan hidup semakin rendah, umur rata-rata penduduk semakin menurun. Di
samping para ibu yang mengidap HIVAIDS secara potensial dapat menularkan HIVAIDS pada bayinya, maka kelahiran baru juga mengalami gangguan, dan kematian
akan merenggut anak-anak yang masih usia muda. Jika banyak orang menjadi penderita AIDS, komposisi angkatan kerja akan condong kepada penduduk yang berusia 40 tahun
ke atas.
66
Selain itu kelincahan gerak dan kesegaran kesehatan mulai menurun, produktifitas dan efisiensi juga mulai menurun. Maka kita akan mengalami masalah sulitnya mencari
tenaga kerja muda yang produktif dan berkualitas tidak hanya pada sektor sumber daya manusia, tetapi juga mengganggu investasi tenaga terlatih dan penguasaan teknologi.
Dengan kata lain HIVAIDS akan berdampak pada angkatan kerja dan produktifitas kerja suatu bangsa.
65
Julius R. Siyaranamual, Etika, Hak Asasi, dan Pewabahan AIDS, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997. hal. 225.
66
Aris Ananta, Biaya HIVAIDS di Indonesia, Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI, 1994 , hal. 18.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
HIVAIDS merupakan penyakit menular dengan angka kematian yang tinggi dan dapat menjangkiti seluruh lapisan masyarakat mulai bayi sampai dewasa baik itu laki-laki
ataupun perempuan. Secara epidemiologi HIVAIDS dikenal sebagai fenomena gunung es, bila ada satu kasus yang tercatat maka diasumsikan terdapat dua ratus kasus yang
tidak tercatat. Pada Kotamadya Medan penderita HIVAIDS di sekitar tahun 1987-1990 masih sedikit dijumpai walaupun demikian hal ini harus tetap diwaspadai mengingat
bahwa jumlah penderita yang terdata tidak sama dengan jumlah penderita yang ada di lapangan.
Penderita HIVAIDS yang ada di Kotamadya Medan lebih cenderung tertular virus HIV yang disebabkan oleh penggunaan narkoba dengan memakai jarum suntik dan
penularan melalui hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, baik itu homoseksual ataupun biseksual. Dan rata-rata umur penderita HIVAIDS ini berkisar
pada 15-25 tahun yaitu orang dewasa muda yang berada dalam usia produktif. Apabila dilihat dari jenis kelamin, maka penderita HIVAIDS yang terbesar
adalah laki-laki. Hal ini terjadi karena laki-laki pada umumnya untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan seksualnya sering kali menggunakan jasa pekerja seks komersial,
seperti pembahasan pada bab sebelumnya bahwa pekerja seks komersial merupakan orang dengan resiko yang tinggi sebagai tempat penularan HIVAIDS. Dalam kenyataan
Universitas Sumatera Utara
sehari-hari, juga dapat kita lihat bahwa pengguna narkoba dengan menggunakan jarum suntik paling banyak adalah laki-laki walaupun ada sebagian yang berjenis kelamin
wanita. Penderita AIDS menghadapi berbagai masalah dan penderitaan sehubungan
dengan penyakit mereka. Mereka menderita akibat gejala penyakitnya panas, diare, lemas, batuk, sesak nafas, dan sebagainya dan masalah-masalah lainnya yang dihadapi
penderita penyakit berat. Pada saat yang sama mereka harus menghadapi masalah sosial akibat kesan buruk
masyarakat pada penderita AIDS. Banyak pasien AIDS yang mengalami penderitaan akibat diskriminasi dan stigma buruk dari masyarakat. Bila penyakit infeksinya membaik
maka penderita AIDS masih membutuhkan pengobatan akibat tekanan batin, kesedihan, dan kegelisahan karena orang-orang disekitarnya mulai menjauhi dan kenyataan bahwa
penyakit yang ia derita belum ditemukan obatnya. Dampak yang dirasakan dari timbulnya penyakit ini tidak hanya dirasakan oleh
penderita saja tetapi sudah meluas ke segala aspek kehidupan. Baik itu aspek ekonomi, sosial, kesehatan, serta demografi. Melihat kenyataan ini maka dampak yang ditimbulkan
oleh AIDS harus diwaspadai. Tindakan yang tepat dalam memperkecil dampak akibat penyakit ini adalah dengan memperkecil jumlah penderita HIV.
AIDS sebagai penyakit hendaknya perlu diwaspadai, dan penderita AIDS tidak perlu mendapatkan sikap diskriminatif, dibenci dan ditakuti. Mereka justru sangat
mendambakan perhatian orang lain, terutama orang-orang yang ada di sekelilingnya dan pengertian dari masyarakat. Walaupun pada kenyataannya mereka pernah memiliki
perilaku yang buruk sebelum ia terkena virus tersebut.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran