dapat mengakomodasi kapal perikanan hingga 1.000 GT, merupakan point lebih, karena tidak akan menjadi masalah lagi bila ada peningkatan jumlah armada.
Program yang dapat dikembangkan untuk mendukung kebijakan pro-growth antara lain: KKMB, motorisasi kapal nelayan, atau peningkatan industri
pengolahan rakyat. Dengan demikian, diharapkan ke-empat variabel yang sudah
ada tersebut dapat ditumbuhkan lagi menjadi lebih besar. 5.2.1.2 Provinsi Bangka Belitung
Dalam perikanan rakyat, variabel yang menjadi basis adalah variabel jumlah produksi perikanan tangkap, jumlah armada dan variabel jumlah hasil olahan,
sedangkan variabel jumlah nelayan dan jumlah alat tangkap tidak merupakan yang basis. Tingginya produksi perikanan rakyat mungkin terjadi akibat produksi dari
sektor industri tidak diolah dalam skala industrial, namun justru diolah secara tradisional.
Pengembangan perikanan tangkap rakyat di provinsi Bangka Belitung dapat diarahkan pada kebijakan pro-growth, karena tiga variabel pada perikanan rakyat
merupakan sektor basis.
5.2.1.3 Provinsi Bengkulu
Dalam perikanan rakyat, variabel yang menjadi basis adalah variabel jumlah produksi perikanan tangkap, jumlah armada, jumlah alat tangkap dan
variabel jumlah hasil olahan, sedangkan variabel jumlah nelayan tidak merupakan basis. Tingginya produksi olahan perikanan rakyat mungkin terjadi karena
propinsi Bengkulu memfokuskan pada produksi olahan usaha skala kecilrakyattradisional.
Pengembangan perikanan tangkap rakyat di Provinsi Bengkulu dapat diarahkan pada kebijakan pro-growth, karena lebih dari tiga variabel pada
perikanan rakyat merupakan sektor basis. Program yang perlu dilakukan untuk mendukung kebijakan pro-growth antara adalah pengembangan yang berkaitan
dengan kapasitas produksi dan restrukturisasi UKM dan revitalisasi UMKM.
5.2.1.4 Provinsi Jawa Barat
Dalam perikanan rakyat, variabel yang menjadi basis adalah variabel jumlah produk olahan ,sedangkan variabel jumlah nelayan tidak merupakan yang
basis, dan dalam perikanan rakyat variabel jumlah olahan lebih tinggi dari tiga
variabel lainnya basis perikanan rakyat maka kebijakan yang dapat diarahkan di provinsi Lampung adalah kebijakan pro-growth, karena merupakan sektor basis.
5.2.1.5 Provinsi Jawa Timur
Dalam perikanan rakyat, variabel yang menjadi basis adalah variabel jumlah olahan dibanding dengan variabel yang lain dalam perikanan rakyat.
Pengembangan perikanan tangkap perikanan rakyat di provinsi D.I Yogyakarta dapat diarahkan pada kebijakan pro-growth, karena empat variabel pada
perikanan rakyat merupakan sektor basis.
5.2.1.6 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Dalam perikanan rakyat, variabel yang menjadi basis adalah variabel jumlah olahan, dibanding variabel lain pada perikanan rakyat. Pengembangan
perikanan tangkap perikanan rakyat di provinsi Nusa Tenggara Barat dapat diarahkan pada kebijakan pro-growth, karena tiga variabel pada perikanan rakyat
merupakan sektor basis. 5.2.1.7 Provinsi Kalimantan Timur
Potensi sumberdaya perikanan kelautan provinsi Kalimantan Timur meliputi: panjang garis pantai ± 1.185 km, dengan luas wilayah laut 98.000.000
km². Kebijakan pro-growth dapat diterapkan untuk pengembangan perikanan tangkap. Program yang dapat mendukung kebijakan ini adalah pengembangan yang
berkaitan dengan peningkatan kapasitas produksi, restrukturisasi UKM dan revitalisasi UMKM.
5.2.1.8 Provinsi Banten
Sektor perikanan rakyat sebagai sektor basis perlu dikembangkan dengan kebijakan pro-growth , untuk lebih meningkatkan kapasitas produksi yang telah
ada. Program restrukturisasi dan revitalisasi UKMUMKM perlu dilakukan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan. Pentingnya strukturisasi dan revitalisasi
UKMUMKM dimaksudkan agar adanya peremajaan baik itu kelembagaan maupun organisasi, misalnya penigkatan SDM yang ada untuk menunjang
produktivitas.