Pembangunan Daerah TINJAUAN PUSTAKA

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Daerah

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan per kapita merupakan tolok ukur utama bagi pembangunan suatu daerah. Tolak ukur lainnya, seperti struktur politik, kepastian hukum, kelembagaan sosial, budaya, dan kelestarian lingkungan hidup berperan untuk kemajuan dan pemerataan dari waktu ke waktu. Sasaran utama yang banyak dicanangkan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam pengembangan wilayahnya adalah meningkatkan pertumbuhan produktivitas productivity growth, memeratakan distribusi pendapatan income distribution, memperluas kesempatan berusaha atau menekan tingkat pengganguran unemployment rate, serta menjaga pembangunan tetap berjalan secara berkesinambungan sustainable development Alkadri dan Djajadiningrat 2002. Salah satu tujuan dari kebijakan pembangunan adalah mengurangi perbedaan atau kesenjangan dalam tingkat perkembangan dan pembangunan dan kemakmuran antar daerah yang satu dengan daerah yang lain Kadariah 1985. Adanya kesenjangan pembangunan antar daerah merupakan indikator dari tidak tercapainya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya di antara berbagai daerah. Untuk mendorong terwujudnya pemerataan pembangunan, perencanaan pembangunan daerah hendaknya juga menjadi bagian dari perencanaan pembangunan nasional hingga kini terus berkembang Alkadri dan Djajadiningrat 2002. Setiap daerah mempunyai potensi pertumbuhan yang berbeda dengan daerah lain. Potensi sumberdaya alam, kondisi sosial, budaya, ekonomi masyarakat, ketersediaan infrastruktur, dan lain-lain sangat berpengaruh pada penerapan konsep pembangunan daerah yang dipergunakan. Secara garis besar, berikut ini dikemukakan beberapa konsep perencanaan pembangunan di suatu daerah Alkadri dan Djajadiningrat 2002 : 1 Perencanaan pembangunan daerah berbasis sumberdaya Sumberdaya merupakan semua potensi yang dimilki oleh alam dan manusia, baik dalam bentuk tanah, bahan mentah, modal, tenaga kerja, keahlian, keindahan alam, maupun sosial budaya. 2 Perencanaan pembangunan daerah berbasis komoditas unggulan Konsep ini menekankan motor penggerak pembangunan suatu daerah pada komoditas-komoditas yang dinilai bisa menjadi unggulan, baik di tingkat domestik maupun internasional. 3 Perencanaan pembangunan daerah berbasis efisiensi free market mechanism Konsep ini menekankan pembangunan daerah melalui pembangunan bidang ekonomi yang porsinya lebih besar dibandingkan bidang-bidang lainnya. Pembangunan ekonomi itu sendiri dijalankan dalam kerangka pasar bebas atau pasar persaingan sempurna free market mechanism. 4 Perencanaan pembangunan daerah menurut peranan pelaku pembangunan Perencanaan pembangunan daerah dapat pula ditempuh dengan mengedepankan peranan setiap pelaku pembangunan ekonomi. Menurut PBB 1968 yang diacu dalam Alkadri dan Djajadiningrat 2002, pelaku pembangunan ekonomi dipilah menjadi lima kelompok, yaitu : 1 Usaha kecilrumah tangga household, seperti petani, nelayan, pedagang, dan usaha kecilrumah tangga lainnya. 2 Usaha lembaga sosial nonprofit institution, seperti pendidikan, rumah sakit, lembaga keagamaan, dan usaha lembaga sosial lainnya. 3 Lembaga bukan keuangan nonfinancial institution, seperti usaha pertambangan, perkebunan, industri tekstil, semen, mobil, dan berbagai bentuk usaha di sektor riil lainnya. 4 Lembaga keuangan financial institution, seperti bank, asuransi, pegadaian, pasar modal, dan lembaga keuangan lainnya. 5 Pemerintah government, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, melalui BUMN dan BUMD. Di Indonesia, di samping kelima pelaku di atas dapat pula ditambah satu pelaku, yaitu koperasi yang mempunyai dasar hukum sangat kuat sebagaimana tercantum dalam UUD 1945. Perencanaan daerah dimaksudkan agar semua daerah dapat melaksanakan pembangunan secara proposional dan merata sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Manfaat perencanaan daerah adalah untuk pemerataan pembangunan. Apabila perencanaan dan pembangunan daerah berkembang dengan baik, maka diharapkan daerah dapat tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri Soekartawi 1990. Menurut Anwar dan Rustiadi 2000, perencanaan pembangunan selalu memerlukan skala prioritas, karena 1 setiap sektor memiliki sumbangan langsung dan tidak langsung yang berbeda kepada pencapaian sasaran-sasaran pembangunan penyerapan tenaga kerja, pendapatan regional dan lain-lain, 2 setiap sektor memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya dengan karakteristik yang berbeda-beda, dan 3 aktivitas sektoral tersebar tidak merata dan bersifat spesifik, sehingga beberapa sektor cenderung terpusat dan terkait dengan sebaran sumberdaya alam, sumberdaya buatan infrastruktur dan sumberdaya sosial adat istiadat yang ada. Oleh karena itu di setiap wilayahdaerah selalu terdapat sektor-sektor yang bersifat strategis akibat besarnya sumbangan yang diberikan dalam perekonomian wilayah serta keterkaitan sektoral dan aspek spasialnya Dalam perencanaan pembangunan daerah terdapat teknik analisis daerah yang dapat dipergunakan untuk menentukan atau memilih aktivitas ekonomi yang dikembangkan dalam suatu daerah atau menentukan lokasi yang sesuai dengan aktivitas ekonomi. Teknik-teknik analisis tersebut di antaranya adalah basis ekonomi, multplier effect, model gravitasi, analisis titik pertumbuhan dan analisis input -output Richardson 1991.

2.2 Location Quotient LQ