Tabel 40. Arah pengembangan perikanan tangkap pada provinsi Sulawesi
Selatan
NO VARIABEL
LQ PI
PR 1
NELAYAN 0.764295246
1.45968369 2
PRODUKSI 1.083060303
0.893178948 3
ARMADA 0.158145135
1.104950626 4
ALAT 1.373572903
0.916958775 5
OLAHAN 0.600503662
1.40617364
4.2.28 Provinsi Maluku
Provinsi Maluku mempunyai sektor basis pada perikanan rakyat, dengan tiga variabel dominan yaitu pada variabel jumlah nelayan, jumlah armada dan jumlah
alat tangkap Tabel 41. Namun perikanan rakyat ini menunjukkan bahwa jumlah produksi dan jumlah hasil olahan memiliki nilai LQ yang rendah.
Tabel 41. Arah pengembangan perikanan tangkap pada provinsi Maluku
NO VARIABEL
LQ PI
PR 1
NELAYAN 0.912078934
1.195589592 2
PRODUKSI 1.505071294
0.567206955 3
ARMADA 0.406462377
1.070851855 4
ALAT 0.836229557
1.056407845 5
OLAHAN 1.96552825
0.115556507
4.2.29 Provinsi Maluku Utara
Provinsi Maluku Utara memiliki basis sektor perikanan industri, dengan tiga
variabel dominan, yaitu variabel jumlah produksi, alat tangkap, dan hasil olahan. Tabel 42. Arah pengembangan perikanan tangkap pada provinsi Maluku Utara
NO VARIABEL
LQ PI
PR 1
NELAYAN 0.912163513
1.195434823 2
PRODUKSI 1.469124936
0.601771767 3
ARMADA 0.684221368
1.044415468 4
ALAT 1.41437821
0.75324388 5
OLAHAN 1.192794715
0.76772727
Berdasarkan Tabel 42 perikanan rakyat ini menunjukkan bahwa jumlah nelayan memiliki nilai LQ yang rendah.
4.2.30 Provinsi Papua
Kurang lebih sama seperti dengan provinsi lain di Indonesia Timur, Provinsi Papua memiliki basis pada sektor perikanan industri, dengan tiga variabel yang
dominan, yaitu variabel jumlah produksi, jumlah alat tangkap dan hasil olahan Tabel 43. Namun perikanan industri ini menunjukkan bahwa jumlah nelayan
dan jumlah armada memiliki nilai LQ yang rendah.
Tabel 43. Arah pengembangan perikanan tangkap pada provinsi Papua
NO VARIABEL
LQ PI
PR 1
NELAYAN 0,711404423
1.607054286 2
PRODUKSI 1.839332972
0.389837241 3
ARMADA 0.873973637
1.000032298 4
ALAT 1.239180911
0.987378106 5
OLAHAN 2.063234299
0.029341931
Hasil analisis terhadap setiap provinsi di atas dapat digunakan baik untuk menyusun maupun mengevaluasi implementasi kebijakan pengembangan
perikanan secara nasional di daerah, khususnya tingkat provinsi Tabel 44. Secara umum, 19 provinsi dapat dikembangkan untuk mewujudkan satu jenis
kebijakan saja, yaitu strategi pro-growth 13 provinsi, strategi pro-business 6 provinsi; tidak ada provinsi yang dapat dikembangkan hanya dengan satu
kebijakan pro-poor ataupun pro-job. Pada 6 provinsi lainnya, perikanan tangkap dapat dikembangkan untuk mewujudkan dua jenis kebijakan, yaitu kebijakan pro-
poor dan pro-business 3 provinsi: Sumatera Utara, Jawa Tengah, DKI Jakarta,
kebijakan pro-job and pro-growth 2 provinsi: Lampung dan Banten, kebijakan pro-poor
dan pro-growth 1 provinsi: Sulawesi Tenggara. Selain itu, ada 1 provinsi yang dapat dikembangkan dengan 3 kebijakan,
yaitu kebijakan pro-poor, pro-growth dan pro-business 1 provinsi: Jambi, kebijakan pro-poor, pro-job dan pro-growth 3 provinsi: Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, sedangkan provinsi yang dapat mengembangkan perikanan dengan 4 jenis kebijakan adalah provinsi Riau.
Sebaran provinsi dan jenis-jenis kebijakan untuk pengembangan sektor perikanan tangkap disajikan dalam Gambar 2.
Secara umum, kebijakan pro-growth merupakan jenis kebijakan yang paling banyak diperlukan oleh provinsi dalam mengembangkan sektor perikanan