Provinsi Bengkulu Provinsi Jawa Barat

variabel lainnya basis perikanan rakyat maka kebijakan yang dapat diarahkan di provinsi Lampung adalah kebijakan pro-growth, karena merupakan sektor basis.

5.2.1.5 Provinsi Jawa Timur

Dalam perikanan rakyat, variabel yang menjadi basis adalah variabel jumlah olahan dibanding dengan variabel yang lain dalam perikanan rakyat. Pengembangan perikanan tangkap perikanan rakyat di provinsi D.I Yogyakarta dapat diarahkan pada kebijakan pro-growth, karena empat variabel pada perikanan rakyat merupakan sektor basis.

5.2.1.6 Provinsi Nusa Tenggara Barat

Dalam perikanan rakyat, variabel yang menjadi basis adalah variabel jumlah olahan, dibanding variabel lain pada perikanan rakyat. Pengembangan perikanan tangkap perikanan rakyat di provinsi Nusa Tenggara Barat dapat diarahkan pada kebijakan pro-growth, karena tiga variabel pada perikanan rakyat merupakan sektor basis. 5.2.1.7 Provinsi Kalimantan Timur Potensi sumberdaya perikanan kelautan provinsi Kalimantan Timur meliputi: panjang garis pantai ± 1.185 km, dengan luas wilayah laut 98.000.000 km². Kebijakan pro-growth dapat diterapkan untuk pengembangan perikanan tangkap. Program yang dapat mendukung kebijakan ini adalah pengembangan yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas produksi, restrukturisasi UKM dan revitalisasi UMKM.

5.2.1.8 Provinsi Banten

Sektor perikanan rakyat sebagai sektor basis perlu dikembangkan dengan kebijakan pro-growth , untuk lebih meningkatkan kapasitas produksi yang telah ada. Program restrukturisasi dan revitalisasi UKMUMKM perlu dilakukan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan. Pentingnya strukturisasi dan revitalisasi UKMUMKM dimaksudkan agar adanya peremajaan baik itu kelembagaan maupun organisasi, misalnya penigkatan SDM yang ada untuk menunjang produktivitas.

5.2.2 Provinsi dengan kebijakan pro-business

5.2.2.1 Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Sektor perikanan rakyat di Provinsi NAD bukan merupakan sektor basis. Dalam perikanan rakyat, variabel yang menjadi basis adalah variabel jumlah hasil olahan, sedangkan variabel lain tidak ada yang basis. Tingginya hasil olahan perikanan rakyat mungkin terjadi akibat produksi dari sektor industri tidak diolah dalam skala industrial, namun justru diolah secara tradisional. Pengembangan perikanan tangkap di provinsi NAD dapat diarahkan pada kebijakan pro-business, karena empat variabel pada sektor perikanan industri merupakan sektor basis. Kondisi provinsi NAD pasca tsunami tahun 2004 yang telah memporak- porandakan wilayah pesisir telah menghancurkan sebagian besar asset perikanan. Namun ternyata nilai LQ perikanan industri masih menunjukkan sebagai sektor basis. Sehingga sektor ini perlu dikembangkan lagi untuk meningkatkan tujuan bisnis. Investasi diperlukan untuk mengembangkan industri pengolahan hasil perikanan. Program yang dapat dikembangkan di Provinsi NAD saat ini antara lain, penguatan permodalan program KKMBKonsultan Keuangan Mitra Bank, dimana fungsi KKMB tersebut memfasilitasi para UMKM dengan perbankan dalam penguatan modal usaha, peningkatan kewirausahaan dengan pengembangan atau diseminasi teknologi tepat guna.

5.2.3 Provinsi dengan kebijakan pro-business dan pro-poor

5.2.3.1 Provinsi Sumatera Utara

Pengembangan perikanan industri dapat diarahkan pada kebijakan pro- busines karena tiga variabel pada sektor perikanan industri sudah menjadi sektor basis. Investasi diperlukan untuk menambah sarana pelelangan ikan dan mengembangkan industri pengolahan hasil perikanan, agar industri perikanan tidak menjual produksinya ke daerah lain. Dalam perikanan rakyat, variabel yang menjadi basis adalah variabel jumlah produksi perikanan tangkap dan variabel jumlah hasil olahan, sedangkan variabel lain tidak ada yang basis. Tingginya hasil olahan perikanan rakyat mungkin terjadi akibat produksi perikanan tidak diolah secara modern, namun diolah secara tradisional.