24 pengambilan suatu hak, besarnya ganti rugi, danatau mengenai bentuk tindakan
tertentu yang harus dilakukan untuk memulihkan fungsi hutan Pasal 75.
2.1.5 Masyarakat Adat
Nasdian dan Dharmawan 2007 sebagaimana dikutip oleh Tishaeni 2010 menyebutkan pemahaman yang lebih luas mengenai “komunitas” ialah
suatu unit atau kesatuan social yang terorganisasikan dalam kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama communities of common interest baik yang bersifat
fungsional maupun yang mempunyai territorial. Istilah community dapat diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”. Istilah komunitas dalam batas-
batas tertentu dapat menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok besar maupun kecil,
hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi
disebut komunitas. Komunitas adat menurut Siregar 2002 sebagaimana dikutip oleh Aulia
2010 adalah komunitas yang hidup berdasarkan asal usul leluhur di atas wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial
yang diatur oleh hukum adat, dan lembaga adat yang mengelola keberlangsungan kehidupan masyarakatnya. Komunitas adat juga merupakan kelompok sosial yang
bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan, baik sosial ekonomi maupun politik.
Definisi masyarakat adat berdasarkan hasil Kongres Masyarakat Adat Nasional 1, seperti yang diungkapkan oleh Moniaga 2004 sebagaimana dikutip
Khalil 2009, yaitu kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur secara turun temurun di wilayah geografis tertentu serta memiliki sistem nilai, ideologi,
ekonomi, politik, budaya, sosial dan wilayah sendiri. Menurut Keraf 2002 ada beberapa ciri yang membedakan masyarakat
adat dengan kelompok masyarakat lainnya, yaitu: 1. mendiami tanah-tanah milik nenek moyangnya, baik seluruhnya atau
sebagian.
25 2. mempunyai garis keturunan yang sama, yang berasal dari penduduk asli
daerah tersebut. 3. mempunyai budaya yang khas, yang menyangkut agama, sistem suku,
pakaian, tarian, cara hidup, peralatan sehari-hari, termasuk untuk mencari nafkah.
Kleden et al. 2009 menyebutkan bahwa pada pertemuan pergerakan masyarakat adat pertama digelar di Jakarta pada Maret 1999, istilah Indegenous
People berubah menjadi “masyarakat adat”. Masyarakat adat memiliki definisi sebagai komunitas yang tinggal di wilayah adat nenek moyangnya dan memiliki
kedaulatan atas lahan dan sumberdaya alam. Mereka juga memiliki nilai-nilai dan idelogi, struktur sosial, sistem ekonomi dan politik dan budaya yang diatur oleh
hukum dan institusi adat. Menurut Syafaat et al. 2008 sebagaimana dikutip oleh Tishaeni 2010,
masyarakat adat dimaksudkan sebagai kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur secara turun temurun di wilayah geografis tertentu serta memiliki
sistem nilai, ideologi, politik, ekonomi, budaya, sosial dan wilayah sendiri. Lebih lanjut Syafaat et al. 2008 mengemukakan bahwa pengertian tersebut sesuai
dengan Konvensi International Labour Organization ILO Nomor 1969 Pasal 1 1.b yang isinya sebagai berikut, “Tribal peoples adalah mereka yang berdiam di
Negara-negara merdeka di mana kondisi sosial, budaya, dan ekonominya membedakan mereka dari masyaraka lainnya di Negara tersebut.”
Definisi formal komunitas adat terpencil menurut Keppres RI No. 1111999 adalah kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta
kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial, ekonomi maupun politik, sedangkan definisi operasional menurut Keppres tersebut,
komunitas adat terpencil adalah kelompok sosial budaya yang bersifat lokal, relatif kecil, tertutup, tertinggal, homogeni, terpencar dan berpindah-pindah,
kehidupannya masih berpegang teguh pada adat istiadat, pada kondisi geografis yang sulit dijangkau. Penghidupannya tergantung pada sumberdaya alam setempat
dengan teknologi yang masih sederhana dan ekonomi yang subsistem serta
26 terbatasnya akses pelayanan sosial dasar. Secara teknis definisi operasional
tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel-1 Kriteria Komunitas Adat
No. UNSUR
URAIAN 1
Jumlah Komuntas Kecil, terjangkau oleh hubungan
personal 2
Beragam Suku Homogen, menurut garis keturunan
sesuku 3
Sikap terhadap Perubahan Tertutup
4 Letak Geografi
Umumnya terpencil dan relatif sulit dijangkau
5 Teknologi
Sederhana, tetapi fungsional bahan dan manfaat sesuai dengan kebutuhan
6 Ketergantungan pada Lingkungan
Hidup dan SDA Relatif tinggi antar anggota komunitas
dalam memanfaatkan SDA 7
Kehidupan Sosial Bertumpu pada Sistem Kekerabatan
8 Sistem Ekonomi
Kehidupan dan Sistem Ekonomi Subsisten
9 Pelayanan Sosial Dasar
Belum ada atau sangat terbatas 10
Transportasi Belum ada atau ditempuh melalui jalur
transportasi tertentu 11
Hubungan Sosial Hubungan di dalam komunitasnya dan
dengan komunitas lain menurut kepentingan tertentu
12 Mata Pencaharian Hidup
Umumnya meramu makanan, berburu, dan dari hasil hutan
13 Institusi Sosial
Kepercayaan tradisi nenek moyang Sumber: Keppres RI No. 1111999 tentang Pembinaan Komunitas Adat Terpencil
Apabila merujuk pada definisi operasional pada tabel-1, maka masyarakat adat Kasepuhan Sinar Resmi masih memenuhi kriteria-kriteria sebagai masyarakat
adat. Sebagai contoh, dalam aspek ketergantungan terhadap Lingkungan Hidup dan SDA, masyarakat adat Kasepuhan Sinar Resmi memiliki ketergantungan yang
tinggi dalam memenuhi kebutuhan akan kayu bakar untuk memasak, kayu untuk membangun sarana dan prasarana, serta hasil hutan non kayu untuk tambahan
pangan. Selain itu, dalam aspek perubahan dan teknologi masyarakat Kasepuhan sangat terbuka dengan adanya perubahan dan masuknya teknologi baru, namun
masih mempertahankan teknologi tradisional terutama dalam pengolahan pertaniannya dan tidak bertentangan dengan adat yang telah diturunkan
leluhurnya. Institusi sosial masyarakat masih mempercayai segala hal yang diturunkan oleh para leluhur dalam menjalani kehidupan.
27 Ada pun unsur institusi sosial yang hidup dalam komunitas adat terpencil
KAT dapat dilihat sebagai berikut: Tabel-2 Unsur Institusi Sosial dalam Komunitas Adat
No Institusi Sosial
Uraian 1
Kepercayaan Tradisi nenek moyang
2 Pengetahuan
Transformasi dari generasi ke generasi, secara lisan, praktek dan teladan
3 Pendidikan
Di dalam keluarga individu, kerabat sosial dan magang dalam praktek
4 Kesehatan
Preventif dan kuratif oleh dukun atau penyembuh lain melalui mantra, jampi, dan
obat-obatan tradisional 5
Perkawinan Endogami dalam satu suku besar, dan eksogami
dalam suku lainnya 6
Keturunan Komunitas bentukan melalui garis keturunan
satu sub suku 7
Politik Di bawah tradisi pemimpin komunitas atau suku
yang kharismatik melalui otoritas adat 8
Kepemilikan Kepemilikan individu terbatas, diperoleh melalui
warisan. Kepemilikan sosial luas karena digunakan untuk kepentingan bersama yang
diatur menurut adat.
9 Bahasa
Alat komunikasi penting berdasarkan bahasa lisan
Sumber: Keppres RI No. 1111999 tentang Pembinaan Komunitas Adat Terpencil
Masyarakat adat Kasepuhan hingga saat ini masih memenuhi kriteria sebagai komunitas adat seperti yang disebutkan dalam tabel-2. Dalam aspek
pendidikan dan pengetahuan, walaupun masyarakatnya sudah mengenyam pendidikan formal, mereka masih mendapatkan pendidikan dan pengetahuan yang
berasal dari keluarga secara turun temurun terutama terkait spiritualitas dan sistem pertanian. Dalam aspek kepercayaan, walaupun semua masyarakat mengaku
beragama Islam, mereka masih menjalankan ritual-ritual yang berasal dari para leluhur dan mempercayai segala hal yang berasal dari para leluhur. Aspek
kesehatan, masih ada penyembuh-penyembuh yang berasal dari adat, yang disebut dengan Dukun Manusia berperan untuk menyembuhkan penyakit manusia,
Paraji berperan dalam membantu persalinan, dan Dukun Hewan berperan untuk menyembuhkan pernyakit pada hewan. Aspek kepemilikan dalam hal lahan,
masih bersifat komunal, dan penggunaan lahan diatur oleh Abah sebagai pimpinan
28 adat. Bahasa yang digunakan sehari-hari dan dalam upacara dan ritual adat
masyarakat adat Kasepuhan adalah bahasa Sunda.
2.2 Kerangka Pemikiran