29 Gambar 2 menjelaskan bahwa sumberdaya hutan sebagai sumberdaya
publik yang dapat diakses oleh siapa saja. Pernyataan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 yang menyatakan bahwa hutan dan sumberdaya lainnya dikuasai oleh Negara dan
untuk kemakmuran rakyat, menjadikan hutan seharusnya menjadi sumbedaya bersama yang boleh diakses siapa saja, dan tidak dimiliki secara individual
maupun kelompok. Namun, dalam mengartikannya terkadang timbul perbedaan yang dapat menjadi sumber timbulnya konflik. Selain perbedaaan dalam menilai
sumberdaya hutan perbedaan tatanilai, perbedaan persepsi, perbedaan pengetahuan, perbedaan kepentingan, dan perbedaan akuan hak pemilikan juga
menjadi sumber-sumber penyebab konflik lainnya. Konflik yang terjadi pun dapat berada pada basis konflik kehutanan, konflik lahan, maupun konflik air. Upaya
pengelolaan dan penyelesaian konflik dilakukan dalam menangani konflik. Upaya-upaya tersebut dapat ditempuh melalui jalur persidangan maupun di luar
persidangan.
2.3 Definisi Konseptual
1. Sumberdaya hutan adalah semua unsur-unsur hayati, baik hewan maupun tumbuhan dan unsur nonhayati yang membentuk ekosistem hutan.
2. Sumber-sumber konflik merupakan penyebab-penyebab terjadinya konflik.
3. Perbedaan persepsi merupakan sumber konflik yang terjadi karena ada perbedaan dalam mempersepsikan sumberdaya hutan.
4. Perbedaan pengetahuan merupakan sumber konflik yang terjadi karena ada perbedaan pengetahuan dalam mengelola sumberdaya hutan.
5. Perbedaan tatanilai merupakan sumber konflik yang terjadi karena ada perbedaan dalam memaknai dan menilai hutan.
6. Perbedaaan kepentingan merupakan sumber konflik yang terjadi karena ada perbedaan kepentingan dalam mengelola dan memanfaatkan hutan.
7. Perbedaaan akuan hak pemilikan merupakan sumber konflik yang terjadi karena ada perbedaan dalam pengakuan kepemilikan klaim terhadap
hutan wilayah yang sama. 8. Konflik Kehutanan adalah benturan antar dua pihak yang disebabkan
adanya perbedaan nilai, kepentingan, akuan hak kepemilikan, perbedaan
30 pengetahuan, dan perbedaan persepsi antar pihak-pihak yang bertikai atas
sumberdaya hutan. 9. Basis konflik adalah arena di mana konflik terjadi, dapat berupa basis
kehutanan, basis lahan, dan basis air. 10. Alternatif pengelolaan dan penyelesaian konflik merupakan upaya-upaya
yang dilakukan dalam menangangi konflik di luar persidangan yang mengadung unsur win-win solution.
11. Negosiasi adalah pihak yang berkonflik bersama-sama menyelesaikan konflik tanpa melibatkan pihak ketiga.
12. Konsoliasi adalah menyatukan kedua belah pihak yang berkonflik untuk bersama-sama melihat konflik dengan tujuan menyelesaikan konflik.
13. Mediasi adalah penyelesaian konflik dengan intervensi oleh pihak ketiga yang bersifat netral untuk mencapai kesepakatan.
14. Komunitas Adat adalah komunitas yang tinggal di wilayah adat nenek moyangnya dan memiliki kedaulatan atas lahan dan sumberdaya alam,
juga memiliki nilai-nilai dan idelogi, struktur sosial, sistem ekonomi dan politik dan budaya yang diatur oleh hukum dan institusi adat.
31
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian yang dilakukan untuk menganalisis konflik sumberdaya hutan
ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih peneliti
karena mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci mengenai suatu peristiwa atau gejala sosial, serta mampu menggali realitas dan proses sosial
maupun makna yang didasarkan pada pemahaman yang berkembang dari subjek yang diteliti Sitorus, 1998. Pendekatan kualitatif dan deskriptif memungkinkan
peneliti dapat memahami mengapa orang mempunyai tingkah laku tertentu, dan dapat melihat dunia ini seperti subjek melihatnya Wiradi, 2009. Pendekatan
kualitatif dilakukan untuk menggali konflik-konflik sumberdaya hutan yang terjadi serta faktor-faktor penyebabnya, kemudian menggali bentuk-bentuk
penyelesaian konflik yang dilakukan.
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode studi kasus. Metode studi kasus pada pelaksanaannya di lapangan dilakukan dengan menggunakan
wawancara mendalam, pengamatan berperan serta terbatas, maupun penelusuran analisis data sekunder sebagai instrumennya. Strategi studi kasus yang
diterapkan oleh peneliti mampu menghindari terbatasnya pemahaman yang diikat oleh suatu teori tertentu dan yang hanya berdasar pada penafsiran peneliti.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan secara sengaja purposive di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak tepatnya masyarakat adat Kasepuhan Sinar Resmi di
Kampung Sinar Resmi, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Beberapa alasan memilih lokasi ini sebagai lokasi
penelitian, yaitu: 1 kajian di lokasi penelitian ini dapat menjawab permasalahan pokok studi ini secara mendalam dan spesifik; 2 Kampung Sinar Resmi
merupakan salah satu kampung yang lahan garapannya berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak; 3 berdasarkan wawancara dengan salah
satu informan kunci Bapak PPN 53 tahun, Tokoh Masyarakat Kampung Lebak Nangka, sudah ada warga kampung di Kampung Lebak Nangka yang ditangkap