cxiii
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model STAD untuk kelas eksperimen ke-1 dan model TGT untuk kelas eksperimen ke-2.
Pengukuran sikap percaya diri dan sikap sosial dilakukan sebelum pembelajaran berlangsung dengan mengisi angket . Setelah pembelajaran selesai dilakukan tes
kemampuan kognitif untuk mengukur prestasi belajar kimia siswa.
1. Hipotesis Pertama
Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh p-value model pembelajaran = 0,189 0.050, maka Ho tidak ada
perbedaaan pengaruh penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar
tidak ditolak, ini berarti bahwa antara model STAD dan TGT tidak ada perbedaan
pengaruhnya terhadap prestasi belajar kimia siswa. Meskipun demikian kedua model pembelajaran ini sama-sama dapat meningkatkan prestasi belajar kimia pada
materi reaksi oksidasi reduksi. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata nilai prestasi belajar kimia yang lebih tinggi dari standar kelulusan atau kriteria ketuntasan
minimal 70. Hal ini terbukti dari rerata kelas yang besarnya masing-masing 90,39 pada kelas STAD dan 88,36 untuk kelas TGT. Dengan demikian kedua model
pembelajaran ini sama-sama dapat digunakan dalam pembelajaran kimia khususnya pada materi reaksi oksidasi reduksi.
STAD dan TGT merupakan model yang sesuai untuk siswa usia remaja, dalam kehidupan keseharian para remaja seringkali berkelompok, bermain dan saling
sharing pengalaman sekaligus berkompetisi dalam hal tertentu. Oleh sebab itu
model STAD dan TGT dapat diterapkan pada pembelajaran kimia untuk materi
cxiv reaksi oksidasi reduksi.
Kenyataan dilapangan yang peneliti temukan adalah siswa terlihat lebih aktif, lebih enerjik dan lebih santai tidak tegang. Pembelajaran
dengan model STAD menjadikan materi yang terlihat sulit menjadi menarik untuk dipelajari bersama. Melalui model TGT yang digunakan di kelas menampilkan
permainan Game yang ringan dan menarik sehingga melibatkan semua komponen kelas. Pada dasarnya, kedua model tersebut mampu menciptakan kondisi santai
pada saat siswa belajar dan siswa tidak akan merasa bahwa mereka sedang digurui. STAD dan TGT juga memberikan suasana baru dari cara belajar lama yang hanya
berkisar dari guru dan buku teks. Model STAD dan TGT disini nampak sangat familiar dan menyenangkan bagi siswa sebab sesuai familiar dengan tahap
perkembangan siswa yang sedang pada tahapan psikologis untuk saling mengenal, berbagi dan disatu sisi juga sedang giat-giatnya mengasah karakter kompetisi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Rachel A. Diana et.all, The effect of unitization on Familiarity-Based Source Memory: Testing a Behavioral Prediction
Derived From Neuroimaging Data 2008, ditemukan bahwa pesan akan diterima dengan baik jika memenuhi azas familiaritas. Pada penelitian ini, model dikemas
sesuai dengan tahapan psikologis siswa sehingga familiar bagi siswa. Semakin familiar pesan yang diterima semakin besar penerimaan yang terjadi. Berkaitan
dengan penggunaan model dan pengaruhnya terhadap prestasi di atas, dapat dijelaskan bahwa semakin familiar sifat model yang digunakan semakin banyak
informasi yang mampu disimpan dan dipanggil kembali, sehingga informasi yang mereka terima bisa dicerna dan disimpan serta dikelola dengan baik, akibatnya
informasi tersebut menjadi familiar dalam ingatan siswa dan oleh sebab familiar
cxv informasi tersebut mudah untuk dipanggil kembali. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Abu, Rosini B dan Jim Flowers dalam artikelnya The Effects Of Cooperative Learning Methods On Achievement, Retention, And Attitudes Of Home Economics
Students In North Carolina mereka mengungkapkan bahwa “cooperative learning methods were as effective as noncooperative methods with regard to achievement
and retention, so concerns about the effectiveness of cooperative learning methods in these areas have been addressed”. Apa yang ditemukan oleh Rosini dan Jim
memperjelas peran dari model STAD dan TGT, yang merupakan dua dari sekian model pembelajaran kooperatif, dari segi efektifitasnya mampu memberikan
terobosan model pembelajaran, dimana kooperatif tidak kalah efektifnya dengan model pembelajaran non kooperatif. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
tidak adanya perbedaan pengaruh kedua model pembelajaran tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: a. Kedua model sama-sama memiliki aspek familiaritas
sesuai dengan tahapan psikologis siswa, sehingga sama-sama bermaknanya, dan b. Model Pembelajaran STAD maupun TGT sama-sama efektifnya dalam memberikan
pengalaman belajar pada siswa.
2. Hipotesis Kedua