cxvii informasi melalui proses verifikasi, refleksi dan akurasi hingga baru berhenti jika
dirasa informasi yang akan disampaikannya sudah akurat. Lain halnya dengan siswa bersikap percaya diri rendah, mereka cenderung lebih cepat puas dengan
informasi sementara yang mereka peroleh tanpa menempuh proses verifikasi, refleksi dan akurasi informasi. Informasi yang dimaksudkan disini adalah materi
atau konsep yang dipelajari siswa.
3. Hipotesis Ketiga
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada beda pengaruh sikap sosial terhadap prestasi belajar kimia p-value sikap sosial siswa = 0,702 0.050
dalam proses pembelajaran. Sikap sosial siswa baik pada kategori sikap sosial tinggi maupun rendah tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia, khususnya
pada materi reaksi oksidasi reduksi. Tingkat sikap sosial siswa tidak memberikan efek berbeda terhadap
pencapaian prestasi belajar kimia, dimana siswa yang memiliki tingkat sikap sosial tinggi mendapatkan rerata prestasi sebesar 91,04 pada STAD dan 89,11 untuk
model TGT. Sedangkan siswa yang memiliki tingkat sikap sosial rendah mendapatkan prestasi yang rendah juga yaitu sebesar 89,47 pada STAD dan 87,61
untuk model TGT. Dalam hal ini tingkat sikap sosial tidak menyebabkan beda pengaruh yang cukup signifikan terhadap prestasi, yaitu pengaruhnya cenderung
positif untuk sikap sosial tinggi dan negatif untuk sikap sosial rendah. hal ini dapat terlihat jelas pada gambar analisis rerata prestasi berikut,
cxviii
T in g g i Re n d ah
9 3 9 2
9 1 9 0
8 9 8 8
8 7 8 6
K- Sikap So s. M
e a
n
8 7 , 3 3 0 9 1 , 4 2 0
8 9 , 3 7 5
Gr a f ik Ana l isis Re r a t a Pr e st a si v s Sik a p Sosia l Sisw a
Alpha = 0,05
Gambar 4.8 Grafik Analisis Rerata Sikap sosial terhadap Prestasi Belajar Kimia
Tetapi jika diperhatikan mengenai penggunaan model pembelajaran, maka siswa dengan kategori memiliki sikap sosial tinggi maupun sikap sosial rendah lebih
tertarik dengan penggunaan model pembelajaran STAD
4. Hipotesis Keempat
Hasil analisis data dari uji hipotesis sebelumnya menunjukkan bahwa ada beda pengaruh sikap percaya diri terhadap prestasi belajar kimia, akan tetapi hasil
pada hipotesis keempat tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan sikap percaya diri terhadap prestasi belajar kimia p-value interaksi antara model dengan
percaya diri = 0,825 0,050. Hal ini terjadi karena semua siswa memberikan
respon positip terhadap penggunaan model STAD dan TGT sebagai perangsang untuk proses belajarnya sehingga keduanya sama-sama memberikan efek yang
seragam, akibatnya tidak ada perbedaan pengaruh model. Jadi, kedua model sama berpengaruhnya. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa penggunaan model
pembelajaran tersebut sudah tepat untuk membelajarkan siswa pada materi reaksi
cxix oksidasi reduksi. Dilain pihak, meskipun sikap percaya diri siswa sangat
berpengaruh terhadap prestasi, ternyata tidak cukup kuat untuk menyebabkan perbedaan pengaruh saat diinteraksikan dengan pengaruh model pembelajaran.
Bila diperhatikan berdasarkan pada model diperoleh informasi bahwa model STAD relatif lebih baik prestasi reratanya daripada model TGT baik pada siswa
dengan sikap percaya diri kategori tinggi maupun rendah. Demikian juga bila diperhatikan berdasarkan sikap percaya diri siswa diperoleh informasi bahwa siswa
dengan kategori sikap percaya diri tinggi maupun rendah memperoleh prestasi relatif lebih baik jika dibelajarkan dengan model STAD daripada TGT. Siswa yang
memiliki tingkat sikap percaya diri tinggi mendapatkan rerata prestasi 95,88 pada model STAD dan 92,30 pada model TGT, sedangkan siswa yang memiliki tingkat
sikap percaya diri rendah mendapatkan rerata prestasi sebesar 85,47 pada model STAD dan 81,38 pada model TGT. Hubungan antara model dengan sikap percaya
diri siswa terhadap prestasi adalah linier, semakin tinggi sikap percaya dirinya semakin baik pula prestasi yang diperoleh siswa.
5. Hipotesis Kelima