Hak Pasien Hak Pasien dan Kewajiban Dokter

danatau garansi atas barang yang dibuat danatau yang diperdagangkan; f. Memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang danatau jasa yang diperdagangkan; g. Memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian apabila barang danatau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Di dalam Pasal 51 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran diatur mengenai kewajiban dokter, yaitu: a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien; b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan; c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia; d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi. Pengaturan mengenai kewajiban dokter diatur lebih lanjut di dalam Pasal 58 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan, yaitu: a. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan profesi, standar prosedur operasional, dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan penerima pelayanan kesehatan; b. Memperoleh persetujuan dari penerima pelayanan kesehatan atau keluarganya atas tindakan yang akan diberikan; c. Menjaga kerahasiaan kesehatan penerima pelayanan kesehatan; d. Membuat dan menyimpan catatan danatau dokmen tentang pemeriksaan, asuhan, dan tindakan yang dilakukan; dan e. Merujuk penerima pelayanan kesehatan ke tenaga kesehatan lain yang mempunyai kompetensi dan kewenangan yang sesuai. Kewajiban dokter juga diatur dalam Pasal 14, 15, 16 dan 17 KODEKI, yang berbunyi: a. Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu; b. Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah pribadi lainnya; c. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia; d. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

D. Standar Profesi dan Standar Prosedur

Dalam Pasal 51 Huruf a Undang-Undang Praktik Kedokteran jo Pasal 53 Ayat 2 Undang-Undang Kesehatan, mewajibkan dokter untuk mengikuti standar profesi dan standar prosedur operasional dalam menjalankan profesinya. 10 Salah satu cara untuk membuktikan apakah suatu perbuatan dokter termasuk dalam kategori malapraktik dilihat dari apakah tindakan-tindakan dokter tersebut tidak memenuhi standar profesi dan standar proesedur operasional kedokteran. Leenen dan van der Mijn ahli hukum kesehatan Belanda berpendapat bahwa dalam melaksanakan profesinya, seorang tenaga kesehatan perlu berpegang pada tiga ukuran umum, yaitu: 11 1. Kewenangan; 2. Kemampuan rata-rata; dan 10 Adami Chazawi, Malapraktik Kedokteran, Malang: Bayumedia Publishing, 2007, h. 28 11 Wila Chandrawila Supriadi, Hukum Kedokteran, Bandung: CV Mandar Maju, 2001, h. 52 3. Ketelitian yang umum. Penjelasan Pasal 50 Undang-Undang Praktik Kedokteran menerangkan bahwa standar profesi medis adalah batasan kemampuan knowledge, skill, and professional attitude minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi. Leenen menjelaskan tentang standar profesi kedokteran sebagai berikut : 1. Berbuat secara telilitseksama; 2. Sesuai ukuran ilmu medis; 3. Kemampuan rata-rata dibanding kategori keahian medis yang sama; 4. Situasi dan kondisi yang sama; 5. Sarana upaya yang sebanding dengan tujuan konkrit tindakan perbuatan tersebut. 12 Disamping standar profesi yang harus diturut dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan, Pasal 50 Undang-Undang Praktik Kedokteran juga menyebutkan standar prosedur operasional. Pengertian standar prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksilangkah- langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu. Standar prosedur operasional memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan 12 Budiya to, “ta dar Profesi , Artikel diakses pada 4 Juli 6 dari https:budi399.wordpress.com20101122standar-profesi

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Orang yang Dengan Sengaja Tidak Melaporkan Adanya Tindak Pidana Menguasai Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 409/Pid.B/2014/PN.Mdn.)

2 54 90

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan)

1 57 110

Penegakan Hukum Terhadap Oknum Polri Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 479/Pid.B/2011/Pn.Mdn)

1 50 102

Penerapan Hukum Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Terhadap Beberapa Putusan Hakim di Pengadilan Negeri Medan)

0 47 117

Pertanggungjawaban Pidana Dokter (Studi Putusan Makamah Agaung Nomor 365 K/Pid/2012)

4 78 145

Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Merek Dagang Asing di Indonesia (Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor:69/PDT.SUS/Merek/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst.)

1 16 0

Hak-Hak Isteri Pasca Cerai Talak Raj'i (Analisis Perbandingan Antara Putusan Pengadilan Agama Tuban Nomor 1781/Pdt.G/2014/PA.Tbn dengan Putusan Pengadilan Agama Bojonegoro Nomor 154/Pdt.G/2014/PA.Bjn)

0 32 143

Analisis Putusan Pengadilan Tentang Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi (Studi Kasus Putusan Nomor 35/Pdt.G/2012/PN.YK dan Putusan Nomor 42/Pdt.G/2012/PN.YK)

1 9 63

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Perdagangan Manusia (Trafficking) (Analisis Hukum Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sibolga Nomor 03/Pid.B/2012/Pn.Sbg Dan Putusan Nomor 04/Pid.B/2012/Pn.Sbg)

0 1 27