Syarat Malapraktik Medis Syarat dan Unsur Malapraktik Medis

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya. Di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan mengenai hak-hak pasien yaitu: a. Setiap orang berhak atas kesehatan; b. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan; c. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau; d. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya; e. Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan; f. Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab; g. Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan. Pengaturan mengenai hak pasien diatur lebih lanjut di dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, yaitu: a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis; b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain; c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis; d. Menolak tindakan medis; dan e. Mendapatkan isi rekam medis. Dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia KODEKI, telah juga dirumuskan ketenttuan tentang hak-hak pasien sebagai berikut: 9 a. Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri dan hak untuk mati secara wajar; b. Hak memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai dengan standar profesi kedokteran; c. Hak memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari 9 Soekidjo Notoatmodjo, Etika Hukum Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 173 dokter yang mengobatinya; d. Hak memperoleh penjelasan diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan dapat menarik diri dari kontrak terapeutik; e. Hak memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan diikutinya; f. Hak menolak atau menerima keikutsertaanya dalam riset kedokteran; g. Hak dirujuk kepada dokter spesialis apabila diperlukan dan dikembalikan kepada dokter yang merujuknya setelah selesai konsultasi atau pengobatan untuk memperoleh perawatan atau tindak lanjut; h. Hak kerahasiaan dan rekam medisnya atas hak pribadi; i. Hak berhubungan dengan keluarga, penasihat atau rohaniwan dan lain-lainnya yang diperlukan selama perawatan; j. Hak memperoleh penjelasan tentang perincian biaya rawat inap, obat, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan Rontgen, Ultrasonografi USG, CT-Scan, Magnetic Resonance Immaging MRI, dan sebagainya.

2. Kewajiban Dokter

Sama seperti hak-hak pasien, kewajiban dokter juga diatur di beberapa peraturan perundang-undangan dan kode etik kedokteran. Dokter dalam hal ini dokter dikatakan sebagai pelaku usaha karena menyediakan jasa pelayanan kesehatan kepada pasien konsumen. Oleh karena itu, dokter memiliki kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu : a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan; c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; d. Menjamin mutu barang danatau jasa yang diproduksi danatau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang danatau jasa yang berlaku; e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, danatau mencoba barang danatau jasa tertentu serta memberi jaminan

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Orang yang Dengan Sengaja Tidak Melaporkan Adanya Tindak Pidana Menguasai Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 409/Pid.B/2014/PN.Mdn.)

2 54 90

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan)

1 57 110

Penegakan Hukum Terhadap Oknum Polri Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 479/Pid.B/2011/Pn.Mdn)

1 50 102

Penerapan Hukum Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Terhadap Beberapa Putusan Hakim di Pengadilan Negeri Medan)

0 47 117

Pertanggungjawaban Pidana Dokter (Studi Putusan Makamah Agaung Nomor 365 K/Pid/2012)

4 78 145

Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Merek Dagang Asing di Indonesia (Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor:69/PDT.SUS/Merek/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst.)

1 16 0

Hak-Hak Isteri Pasca Cerai Talak Raj'i (Analisis Perbandingan Antara Putusan Pengadilan Agama Tuban Nomor 1781/Pdt.G/2014/PA.Tbn dengan Putusan Pengadilan Agama Bojonegoro Nomor 154/Pdt.G/2014/PA.Bjn)

0 32 143

Analisis Putusan Pengadilan Tentang Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi (Studi Kasus Putusan Nomor 35/Pdt.G/2012/PN.YK dan Putusan Nomor 42/Pdt.G/2012/PN.YK)

1 9 63

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Perdagangan Manusia (Trafficking) (Analisis Hukum Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sibolga Nomor 03/Pid.B/2012/Pn.Sbg Dan Putusan Nomor 04/Pid.B/2012/Pn.Sbg)

0 1 27