Transaksi Terapeutik LANDASAN TEORI

Keadaan semacam ini seharusnya disebut dengan risiko medis, dan risiko ini terkadang dimaknai oleh pihak-pihak diluar profesi kedokteran sebagai medical malpractice. Untuk katagori risiko medis ini, dokter tidak bisa langsung disalahkan karena apa yang dilakukan sudah sesuai dengan standar profesi. Sedangkan untuk medical malpractice itu sendiri adalah kesalahan dalam menjalankan profesi medis yang tidak sesuai dengan standar profesi medis dan etika kedokteran dalam menjalankan profesinya. Untuk ini dokter dapat diminta pertanggungjawabannya baik secara pidana, perdata, perlindungan konsumen, maupun kode etik. 28

BAB III TINJAUAN UMUM PERTANGGUNGJAWABAN DOKTER TERHADAP

MALAPRAKTIK MEDIS A. Pertanggungjawaban Dokter terhadap Malapraktik Medis Ditinjau dari Hukum Perdata Dari sudut hukum perdata, hubungan hukum dokter – pasien berada dalam suatu perikatan hukum verbintenis. 1 Perikatan artinya hal yang mengikat subjek hukum yang satu terhadap subjek hukum yang lain. 2 Perikatan tadi melahirkan hak dan kewajiban kepada dokter dan pasien yang harus dipatuhi oleh kedua belah pihak. Disamping melahirkan hak dan kewajiban para pihak, hubungan hukum dokter-pasien juga membentuk petanggungjawaban hukum masing-masing. Bagi pihak dokter, prestasi berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam hal ini in casu tidak berbuat salah atau keliru dalam perlakuan medis yang semata ditujukan bagi kepentingan kesehatan pasien adalah kewajiban hukum yang sangat mendasar dalam perjanjian dokter-pasien perjanjian terapeutik yang dalam Pasal 39 Undang-Undang Praktik Kedokteran disebut sebagai kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien. 3 Dilihat dari sumber lahirnya perikatan, ada dua kelompok perikatan hukum, kelompok pertama ialah perikatan yang lahir oleh suatu 1 Adami Chazawi, Malapraktik Kedokteran, Malang: Bayumedia Publishing, 2007, h. 41 2 Abdulkadir Muhamad, Hukum Perikatan, Bandung: Penerbit Alumni, 1982,h. 5 3 Adami Chazawi, Malapraktik Kedokteran, Malang: Bayumedia Publishing, 2007, h. 42 kesepakatan dan kedua ialah perikatan yang lahir oleh undang-undang. Hubungan hukum dokter-pasien berada dalam kedua jenis perikatan hukum tersebut. Bentuk perlindungan hukum terhadap korban malapraktik oleh dokter yang diatur dalam KUH Perdata, yaitu berupa pengaturan pertanggungjawaban dokter yang melakukan malapraktik untuk memberikan ganti rugi kepada korban malpraktek atas kerugian yang timbul karena : a. Tidak ditepatinya perjanjian terapeutik yang telah disepakati oleh dokter atau wanprestasi cidera janji, yaitu berdasarkan Pasal 1243 KUH Perdata. b. Perbuatan melawan hukum, yaitu berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata. c. Kelalaian atau ketidakhati-hatian dalam berbuat atau bertindak, yaitu berdasarkan Pasal 1366 KUH Perdata. d. Melalaikan kewajiban berdasarkan Pasal 1367 Ayat 3 KUH Perdata. Pelanggaran kewajiban hukum dokter dalam perikatan hukum karena kesepakatan perjanjian terapeutik membawa suatu keadaan wanprestasi. Pelanggaran suatu kewajiban hukum atas kewajiban hukum dokter karena undang-undang membawa suatu keadaan perbuatan melawan hukum onrechmatige daad. 4 Penjelasan mengenai malapraktik kedokteran karena wanprestasi dan perbuatan melawan hukum dari segi perdata adalah sebagai berikut:

1. Wanprestasi dalam Malapraktik Kedokteran

Hubungan dokter dengan pasien selalu diawali dengan transaksi terapeutik, yaitu dokter berjanji untuk melakukan upaya 4 Adami Chazawi, Malapraktik Kedokteran, Malang: Bayumedia Publishing, 2007, h. 43

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Orang yang Dengan Sengaja Tidak Melaporkan Adanya Tindak Pidana Menguasai Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 409/Pid.B/2014/PN.Mdn.)

2 54 90

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan)

1 57 110

Penegakan Hukum Terhadap Oknum Polri Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 479/Pid.B/2011/Pn.Mdn)

1 50 102

Penerapan Hukum Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Terhadap Beberapa Putusan Hakim di Pengadilan Negeri Medan)

0 47 117

Pertanggungjawaban Pidana Dokter (Studi Putusan Makamah Agaung Nomor 365 K/Pid/2012)

4 78 145

Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Merek Dagang Asing di Indonesia (Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor:69/PDT.SUS/Merek/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst.)

1 16 0

Hak-Hak Isteri Pasca Cerai Talak Raj'i (Analisis Perbandingan Antara Putusan Pengadilan Agama Tuban Nomor 1781/Pdt.G/2014/PA.Tbn dengan Putusan Pengadilan Agama Bojonegoro Nomor 154/Pdt.G/2014/PA.Bjn)

0 32 143

Analisis Putusan Pengadilan Tentang Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi (Studi Kasus Putusan Nomor 35/Pdt.G/2012/PN.YK dan Putusan Nomor 42/Pdt.G/2012/PN.YK)

1 9 63

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Perdagangan Manusia (Trafficking) (Analisis Hukum Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sibolga Nomor 03/Pid.B/2012/Pn.Sbg Dan Putusan Nomor 04/Pid.B/2012/Pn.Sbg)

0 1 27