Putusan Hakim Pertimbangan dan Putusan Hakim
hakim tidak berhak menentukan suatu dokter telah melakukan suatu perbuatan melawan hukum dalam medis melainkkan MKDKI. Pendapat
penulis juga didasarkan pada Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 66 ayat 1 yang menyebutkan bahwa
“Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat
mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
” Selanjutnya dalam ayat 3 disebutkan pengaduan “Sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak menghilangkan hak
setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang berwenang danatau menggugat kerugian perdata ke pengadilan.
” Hal ini juga senada dengan yurisprudensi putusan 287PDT.G2011P.JKT.PST
yakni mengenai gugatan malapraktik medis yang diajukan orang tua pasien karena anaknya berinisial ND diduga telah menjadi korban malapraktek
medis oleh 7 tujuhdokter di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo RSCM. Pada pertimbangannya orang tua korban selaku penggugat telah mengajukan
pengaduan ke MKDKI tekait kasus malapraktek medis yang di alami ND, kemudian dibalas dengan oleh MKDKI dengan surat MKDKI nomor:
250UMKDKIII2011 yang menjelaskan bahwa meskipun MKDKI belum memutus apakah ke 7 tujuh dokter yang melakukan pembedahan tanpa
persetujuan penggugat informed consent adalah perbuatan malapraktek medis. Hal tersebut tidak menghilangkan hak penggugat untuk mengajukan
gugatan ke pengadilan baik seara pidana maupun perdata. Dalam
yurisprudensi tersebut jelas bahwa ada atau tidaknya suatu putusan MKDKI yang menyatakan seorang dokter telah melakukan malapraktek medis, korban
atau keluarganya tetap bisa menggugat dokter tersebut ke pengadilan negeri. Penulis berpendapat seharusnya hakim dalam perkara nomor: 329 Pdt.G
2012 PN.Jkt.Tim menolak eksepsi dari para tergugat dan melanjutnya kasus tersebut sampai pada pokok perkara.