Informed Consent LANDASAN TEORI

satu pihak dokter maka harus berbuat sesuatu secara maksimal dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya kepada pihak lain pasien. Kewajiban pokok seorang dokter terhadap pasiennya adalah inspanning, yakni suatu usaha keras dari dokter tersebut yang harus dijalankan dan yang diperlukan untuk menyembuhkan kesehatan dari pasien. 21 Transaksi terapeutik antara dokter dan pasien bukan termasuk perjanjian resultaats karena objek perjanjian bukan hasil pelayanan medis oleh dokter, tetapi tingkah laku atau perlakuan pelayanan medis yang di lakukan dokter. Dokter tidak mampu menjamin hasil akhir. 22

G. Risiko Medis

Perlu dibedakan antara malapraktik medis dengan risiko medis pada tindakanpelayanan medis. Risiko medis merupakan suatu cedera yang terjadi dalam suatu tindakan medis, yang tidak dapat dibayangkandiperkirakan sebelumnhya dan bukan sebagai akibat dari kekurangcakapan di pihak dokter melainkan sebuah takdir, dan dokter tidak betanggungjawab secara hukum. 23 Suatu perbuatan dokter yang dikategorikan risiko medis adalah apabila dokter telah melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi atau standar prosedur danatau standar pelayanan medis yang baik namun tetap terjadi cedera pada pasien yang di luar dugaan. 21 Oemar Seno Adji, Etika Profesional dan Hukum Pertanggungjawaaban Pidana Dokter, Jakarta: Erlangga, 1991, h.109 22 Bahar Azwar, Sang Dokter, Jakarta: Kesaint Blanc, 2002, h.50 23 Sri Siswati, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013, h. 122 Keadaan semacam ini seharusnya disebut dengan risiko medis, dan risiko ini terkadang dimaknai oleh pihak-pihak diluar profesi kedokteran sebagai medical malpractice. Untuk katagori risiko medis ini, dokter tidak bisa langsung disalahkan karena apa yang dilakukan sudah sesuai dengan standar profesi. Sedangkan untuk medical malpractice itu sendiri adalah kesalahan dalam menjalankan profesi medis yang tidak sesuai dengan standar profesi medis dan etika kedokteran dalam menjalankan profesinya. Untuk ini dokter dapat diminta pertanggungjawabannya baik secara pidana, perdata, perlindungan konsumen, maupun kode etik.

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Orang yang Dengan Sengaja Tidak Melaporkan Adanya Tindak Pidana Menguasai Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 409/Pid.B/2014/PN.Mdn.)

2 54 90

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan)

1 57 110

Penegakan Hukum Terhadap Oknum Polri Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 479/Pid.B/2011/Pn.Mdn)

1 50 102

Penerapan Hukum Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Terhadap Beberapa Putusan Hakim di Pengadilan Negeri Medan)

0 47 117

Pertanggungjawaban Pidana Dokter (Studi Putusan Makamah Agaung Nomor 365 K/Pid/2012)

4 78 145

Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Merek Dagang Asing di Indonesia (Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor:69/PDT.SUS/Merek/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst.)

1 16 0

Hak-Hak Isteri Pasca Cerai Talak Raj'i (Analisis Perbandingan Antara Putusan Pengadilan Agama Tuban Nomor 1781/Pdt.G/2014/PA.Tbn dengan Putusan Pengadilan Agama Bojonegoro Nomor 154/Pdt.G/2014/PA.Bjn)

0 32 143

Analisis Putusan Pengadilan Tentang Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi (Studi Kasus Putusan Nomor 35/Pdt.G/2012/PN.YK dan Putusan Nomor 42/Pdt.G/2012/PN.YK)

1 9 63

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Perdagangan Manusia (Trafficking) (Analisis Hukum Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sibolga Nomor 03/Pid.B/2012/Pn.Sbg Dan Putusan Nomor 04/Pid.B/2012/Pn.Sbg)

0 1 27