Pertanggungjawaban Dokter terhadap Malapraktik Medis Ditinjau

menentukan ada atau tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter atau dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran atau kedokteran gigi dan menetapkan sanksi bagi dokter atau dokter gigi yang dinyatakan bersalah. 18 Jika sidang pemeriksaan disiplin dokter atau dokter gigi selesai maka majelis pemeriksa disiplin MPD akan menetapkan keputusan terhadap teradu. Keputusan tersebut dapat berupa 19 : 1. Dinyatakan tidak melakukan pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi; 2. Pemberian sanksi disiplin, berupa : a. Peringatan tertulis; b. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan, yang dapat dilakukan dalam bentuk : 1 Reedukasi formal di institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi yang terakreditasi; 2 Reedukasi nonformal yang dilakukan dibawah supervise dokter atau dokter gigi tertentu di institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi yang terakreditasi, fasilitas pelayanan kesehatan dan jejaringnya, atau fasilitas pelayanan kesehatan lain yang ditunjuk, sekurang-kurangnya 2 dua bulan dan paling lama 1 satu tahun. 18 Eka Julianta J Wahjoepramono, Konsekuensi Hukum Dalam Profesi Medik, Bandung: Karya Putra Darwati, 2012, 301 19 Eka Julianta J Wahjoepramono, Konsekuensi Hukum Dalam Profesi Medik, Bandung: Karya Putra Darwati, 2012, 301 c. Rekomendasi pencabutan STR atau SIP yang bersifat : 1 Sementara paling lama 1 satu tahun; 2 Tetap atau selamanya; 3 Pembatasan tindakan asuhan medis tertentu pada suatu area ilmu kedokteran atau kedokteran gigi dalam pelaksanaan praktik kedokteran. 3. Apabila terbukti melakukan pelanggaran disiplin, maka setelah keputusan dokter atau dokter gigi yang diadukan dapat mengajukan keberatan terhadap keputusan MKDKI kepada Ketua MKDKI dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari sejak dibacakan atau diterimanya keputusan tersebut dengan mengajukan bukti baru yang mendukung keberatannya; 20 4. Dalam hal menjamin netralitas MKDKI, Pasal 59 ayat 1 Undang- Undang Praktik Kedokteran, disebutkan bahwa MKDKI terdiri atas 3 tiga orang dokter dan 3 tiga orang dokter gigi dari organisasi masing-masing, seorang dokter dan seorang dokter gigi mewakili asosiasi rumah sakit dan 3 tiga orang sarjana hukum 20 . Sehingga tidak dikhawatirkan lagi pihak dokter akan membela rekan sejawatnya.

D. Pertanggungjawaban Dokter terhadap Malapraktik Medis Ditinjau

dari Hukum Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengatur mengenai pertanggungjawaban dokter jika terjadi malapraktik medis, pengaturan ini 20 Eka Julianta J Wahjoepramono, Konsekuensi Hukum Dalam Profesi Medik, Bandung: Karya Putra Darwati, 2012, h. 317 dapat di temukan dalam beberapa pasal yaitu: 21 1. Pasal 359 KUHP, yakni apabila seorang dokter karena kesalahannya menyebabkan kematian pada pasiennya maka di hukum pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau pidana kurungan paling lama 1 satu tahun; 2. Pasal 360 KUHP, yakni apabila dokter karena kesalahannya mengakibatkan pasien mengalami luka berat maka di hukum pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau pidana kurungan 1 satu tahun. Apabila seorang dokter menyebabkan luka-luka sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu maka di hukum pidana penjara paling lama 9 sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama 6 enam bulan; 3. Pasal 361 KUHP, jika seseorang melakukan perbuatan dalam pasal 359 dan 360 KUHP dalam menjalankan suatu jabatan atau pencarian dalam hal ini adalah jabatan dokter, maka hukuman pidana ditambah sepertiga.

E. Pertanggungjawaban

Penyelenggara Kesehatan terhadap Malapraktik Medis Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dirumah sakit. 22 Pasal 3 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 21 Budi Sampurna, dkk, Bioetik dan Hukum Kedokteran, Jakarta: Pustaka Dwipar, 2007, h. 95-96 22 Cecep Triwibowo, Etika Hukum Kesehatan, Yogyakarta: Nuha Medika, 2014, h.231- 232

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Orang yang Dengan Sengaja Tidak Melaporkan Adanya Tindak Pidana Menguasai Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 409/Pid.B/2014/PN.Mdn.)

2 54 90

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan)

1 57 110

Penegakan Hukum Terhadap Oknum Polri Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 479/Pid.B/2011/Pn.Mdn)

1 50 102

Penerapan Hukum Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Terhadap Beberapa Putusan Hakim di Pengadilan Negeri Medan)

0 47 117

Pertanggungjawaban Pidana Dokter (Studi Putusan Makamah Agaung Nomor 365 K/Pid/2012)

4 78 145

Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Merek Dagang Asing di Indonesia (Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor:69/PDT.SUS/Merek/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst.)

1 16 0

Hak-Hak Isteri Pasca Cerai Talak Raj'i (Analisis Perbandingan Antara Putusan Pengadilan Agama Tuban Nomor 1781/Pdt.G/2014/PA.Tbn dengan Putusan Pengadilan Agama Bojonegoro Nomor 154/Pdt.G/2014/PA.Bjn)

0 32 143

Analisis Putusan Pengadilan Tentang Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi (Studi Kasus Putusan Nomor 35/Pdt.G/2012/PN.YK dan Putusan Nomor 42/Pdt.G/2012/PN.YK)

1 9 63

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Perdagangan Manusia (Trafficking) (Analisis Hukum Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sibolga Nomor 03/Pid.B/2012/Pn.Sbg Dan Putusan Nomor 04/Pid.B/2012/Pn.Sbg)

0 1 27